Kekuasaan Mutlak
Sudah hampir 1 bulan Leo menduduki tahtanya sebagai Raja yang baru. Tidak dapat dipungkiri pemerintahan yang dijalankan oleh Leo lebih baik dibandingkan raja sebelumnya. Bahkan dalam waktu sekejap saja Leo mampu mengambil tanahnya kembali, menurut kabar dengan bantuan Kerajaan Inamar. Kekuasaan yang dibangun Leo membuat semua wilayahnya menggunakan sistemnya masing-masing sesuai dengan kemampuan wilayahnya itu. banyak yang tidak setuju karena beberapa wilayah ada yang tidak memiliki tanah yang bagus, hal itu mempersulit mereka untuk bertahan hidup bahkan beberapa wilayah menggunakan system perbudakanyang lebih kejam dari sebelumnya.
Sara akhirnya kembali bisa menggunakan identitasnya sebagai Linn, hanya saja entah mengapa ia tidak merasa bahagia dan tenang seperti sebelumnya. Untuk menimbulkan kecurigaan Sara mengatur pasukannya untuk menyebar dna dipastikan setiap wilayah ada. Pon dan anggota Lingga tidak diperbolehkan oleh Sara untuk meninggalakan Wilayah Aselin. Sara dan Rawnie tinggal bersama Addrin, Ratu dan Juga Ira, mereka tinggal diperbatasan Dagasr tempat tinggal Affa dulu. Sedangkan Luda, adia dan Worri tinggal diwilayah komandan besar kepercayaan Leo sedangkaan ke 50 prajurit Worri di sebarluaskan diseluruh wilayah Lasverre bahkan beberapa ada yang tinggal dikerajaan berbeda sebagai rakyat biasa untuk memantau perkembangan khususnya diwilayah kerajaan Inamar, mau tidak mau Sara sesekali Sara menyuruh Ryu untuk melakukan tugas baru sebagai pengantar pesan.
“Nak, bolehkah ibu membantumu untuk bekerja?” ujar Ratu yang merasa bosan dan menjadi beban untuk Sara.
Sara terdiam sejenak karena bagaimanapn setelah ia keluar dari rumah ini akan menjadi Linn, bukan lagi Sara seperti dihadapannnya ini. “Maafkan saya yang Mulia Ratu, tapi bukan bermaksud saya untuk tidak mengizinkan yang Mulia tapi karena konsisi saat ini tidak meungkinkan untuk yang Mulia pergi dari rumah ini”
“Ibu mnegerti maksudmu. Tapi tolong Nak jangan panggil ibu Ratu karena ibu tidak tinggal disitana dan kini ibu hanyalay seorang penduduk biasa tapi ibu tetpa berharap diamanpun ibu berada, ibu ingin kau memanggilku ibu” ujar Ratu yang memegan kedua pipi Sara dengan lembut.
“Sekali lagi maafkan Sara, ibu. Tapi mungkin ibu bisa ikut Rawnie untuk mencari kau bajar dihutan tapi Sara harap ibu jangan terlalu letih dan jangan sampai ibu pergi kekota” ujar Sara tersenyum.
Sara mengetahui betapa bosannya terus tinggal didalam rumah tanpa melakukan apapun ditambah lagi dengan tekanan yang mmbeua ibu Ratu pasti ingin mencari pelampiasan untuk menangkan hati dan pikrinnya. Beban ibu Ratu tidak hanya karena statusnya sebagai Ratu melainkan sebagai seorang ibu dari Ira dan Addrin. Ira sudah mulai bisa berbaur dengan masyarakat sekitar, ia mudah belajar ketika ia diajak Sara di saat festival waktu itu.Ira juga mulai menerima kehidupannya sebagai rakyat jelata justru ia lebih senang dan banyak tersenyum sayangnya hal itu tidak berlaku pada Addrin. Addrin terus terdiam semabri duduk melihat pepohonan sekitar hutan tempat tinggalnya. Tatapannya kosong sesekali ia menangis dan mengigau dalam tidurnya. Ratu sangat terpukul dan menyalahkan drinya sendiri karena tidak becus menjadi seorang ibu.Seharusnya sebagai seorang raja ia tidak pantas menunjukkan kelemahannya. Raja sekalipun, ia tetapalah manusia yang memiliki hati dan perasaan.
Sara selalu menemani Addrin. Ia memeluk Addrin dari belakang dengan hangatnya. Ia juga menyuapi Addrin sesekali ia juga menceritakan kebersamaan mereka berdua sembari mengenggam tangannya. Sara yang sangat perhatian kepada Addrin memberikan ia harapan, ia beruntung jika orang yang ditemuinnya dihutan bukanlah bandit ataupun orang yang sengaja memanfaatkan keadaan karena statusnya melainkan ia rela menolong. Untuk pertama kalinya ia melihat perempuan begitu perhatian Addrin bahkan disaat kondisi seperti ini. betapa malangnya Addrin seorang putra mahkota yang gagal menjadi Raja, seorang anak yang selalu membuat ibbunya menangis, seorang kekasih yang dipastikan membuat pasangan terluka dan seorang yang tidak mengandalakan dirinya sendiri. Addrin dikhianati oleh keluarga, orang kepercayaan ayahnya yang selalu memberikan senyuman dan juga mantan kekasihnya yang ia anggap malaikat. Addrin tidak buta dengan keadaan yang sekarang ia jug amemperhatikan semuanya termasuk ibu dan Sara tapi ia bukanya ingin berdiam diri seperti ini. mungkin ini adalah cara yang salah karena seolah memberikan beban yang lebih berat lagi untuk mereka tapi kenyataannya tidak ada yang bisa ia perbuat selain berdiam diri. Meski tubuhnya tidka bergerak, otaknya selalu bergerak berharap beberpa ingatan dan jalan keluar datan menghampirinya. Bahkan Addrin belum mnegetahui keberadaan sahabatnya Luda yang kini selalu bersamanya.
Addrin tidak menyadari jika Sara kini seolah menjelma sebagai Raja, ia terus memantau setiap pergerakan disemua wilayah dari kabar yang ia dapatkan dari teman-teman anggota Lingga, orang kepercayaannya dari istana dan pastinya prajurit kebanggan Worri. sara selalu meluangkan waktunya untuk demi melindungi kerajaan ini bukan karena tanggung jawabnya sebagai sebagai tunangan dari Addrin melainkan karena ia merasa tanggung jawab sebagai masyarakat Lasverre danjuga dikarenakan kakaknya yang telah tega membunuh Raja. Sara juga memantau keluarganya dimana sampai saat ini keluarganya tidak tahu keberadaan Isvara. Ayah dan ibu tirinya belum mengetahui jika anak kebanggannya selama ini telah mneorehkan presasi yang cukup membanggakan bagi leo dengan cara membunuh ayahnya. ia tidak membayangkan apa yang akan terjadi kepada kedua orang tuanya jika mereka mengethaui yang sebenanrya, masalah Esvaret tidak hanya sampai disitu, setelah diketahui Sara dan Luda melarikan diri dari penjara dengan cara yang begitu mengejutkan Leo, selebaranpun dipasang dimana-mana untuk mencari keberadaan Luda dan juga Sara yang sampai saat inni masih belum dikethaui keberadaannya. Selebaran itu sudah berada disetiap sudut wilayah kekuasaan kerajaan Lasvere. Sara beruntung karena selama ini ia keluar selalu menggunakan identitasnya sebagai Linn bukanlah sebagai Sara yang wajahnya sudah terpampang dimana-mana.
“Kakak, kau mau sampai kapan terus begini?” ujar Ira memecahkan keheningan rumah dikala siang ketika semu orang sedang sibuk diluar rumah. “AKu tahu kak kejadian yang menimpa Kak Raska dan Kak Sara semuanya hnyalah jebaka. Aku percaya pada mereka berdua. Kau ingin terus mneyiksa kak Sara yang selalu menangis setiap kali ia sedang bekerja dan melihat peta wilayah Lasverre. Kak dimana kakak dulu yang selalu ceria dan selalu melindungiku. Seharusnya kau yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerajaan ini”
“Iya kau benar itu semua hanyalah jebakan. Aku tahu itu karena akupun percaya kepada mereka berdua” ucap Addrin dalam hati.
“Kak Sara selalu menyimpan tangis dan sedihnya setiap kali ia bertemu dengan orang lain dan ia berusaha sebaik mungkin untuk mengatur semuanya. Bahkan ia lebih baik darimu Kak. Kau tidak hanya menyiksa Kak Sara, ibu, aku bahkan kau menyiksa semua anggota kerajaan dan juga masyarakat. Buka matamu kak, sampai kapan kau akan terus begini. Apa kau akan mati dengan cara seperti ini? Apa kau tidak akan pernah menyesal? Aku mohon Kak jika memang kau harus kalah, kalahlah diakhir kak setelah kau memperjuangkannya. Bukan hanya menerima kekalahan seperti ini”
Addrin terhanyut, ia telah lupa jika Selma ini keselamatan adiknya selalu dipertaruhkan selama ia didalam istana. Addrin juga tidkamenyangka jika adiknya kini sudha tumbuh besar dan dewasa, untuk pertma kalinya ia mendengar adiknya berbicara seperti ini kepadanya, biasanya ia hanya mengadu keluhan karena ketakutan yang selalu ia alami bahkan ketika ia tertidur. Dari perkataan Ira ada beberapa yang tidak Addrin mengerti, pekerjaan apa yang dimaksud Ira? Apa yang sedang dilakukan Sara? Selama ini hanya tahu ada banyak orang yang selalu menyakan Sara setiap hari dan itu mengharuskan Sara untuk meninggalkannya.
“Maafkan aku Addrin, karena baru kali ini aku barubertemu denganmu?” ujar Luda yang tidak sempat menjenguk langsung temannya kerna ia harus terlebih dahulu mneyelamatkan wilayahnya. “Kau hebat, sedari dulu kau selau saja hebat bahkan sekrang kau memiliki perempuan yang kuat dan tulus mencintaimu? Setidaknya kau beruntung karena dulu kau tidak langsung memberikan Liontin kepada MIsha. Aku senang karena Sara lebih baik darinya”
Addrin sedikit kaget dalam diamnya, liontin yang i berikan Sara sebagai hadiah Ulang tahun tidak ada yang mengetahuinya jik aitu miliki addrin kecuali adik dan juga Raska
“Jika kau terus seperti ini rasanya kau ingin sekali membunuhmu dengan tanganku daripada kau mati Karen kau menikmati waktumu seperti ini” ujar Luda membuat Addrinn terhenyak dan tersenyum sedikit.
Addrin yang membelakangi Luda terus tersenyum mendengar ucapan sahabatnya yang belum ia ketahui jika ia masih hidup. Addrin merasakan senang mendengar ocehannya, ia mengingatkannya kepada Luda sahabatnya yang Addrin pikir telah pergi meninggalaknnya untuk selamanya. Luda yng sudah tidak kuasa melihat sahabatnay selalu seperti ini selama bulan lebih, bahkan Sara yang seorang perempuan dan tidak memiliki tanggung jawab apapun rela untuk bekerja siang malam untuk merebut kembali kerajaan Lasverre demi dirinya. Luda mengahmpiri Addrin dan tidka kuasa meihat keadaan yang mebuatnya semakin benci dengan semua yang dilihatnya.
Buggghhh… Luda yang kesal langsung memukul Addrin.
Addrin merasakan sakit dan terdiam melihat seseorang yang telah memukulnya. Addrin mentapanya dan kini ia yakin jika ia telah bermimpi ataukah ia telah mati menyusul temannya. Addrin merasa senang karena ia telah pergi tanpa merasakan sakit disekujur tubuhnya walau terluka dalam hatinya tapi ia yakin semua itu akan hilang. “Luda” desahnya. “Akhirnya aku menyusulmu”
Bugghhhh… pukulan kedua melayang kembali setelah Luda mendengar ucapan yang jelas jika ia menyerah. “Aku berharap saat ini aku lebih baik mendekam dipenjara daripada akuharus melihatmu seprti ini”
Sara melihat perbuatan luda. Ia langsung menghampiri Addrin dan memluknnya dalam dekapan dadanya. Sara menangis dan memarahi Luda. “Luda, aku mohon jangan kau sakiti dia lagi”
“Apakah tidak hanya kau yang pergi menyusulnya. Apakah kau juga Sara?”
“Aku benci melakukan ini tapi aku lebih benci lagi melihatnya seperti ini” balas Luda.
Dalam dekapan Sara ia mendegar jika Sara dan Luda terus saling adu mulut.
“Bukan kau saja yang merasa seperti itu. tapi dengan memukulnya semuanya tidak akan beres seperti yang kau inginkan” jawab Sara dengan linangan air matanya menetes ke pipi Addrin.
“Aku mencintaimu Sara, ku mohon lepaskan aku. aku semakin takut kehilanganmu”
“Semua keadaan kacau Sara. Kita tidak hanya bisa menunggu” ujar Luda.
Sara terus menangis tidak mendnegarkan ucapan Luda ia emdnekap semakin erat Addrin, Addrinpun merasakan detak jantung Sara yang cepat dan isak tangisnya. Addrin merasa hangat ketika dua tangan itu merengkuhnya. Ia tidak memperdulikan Sara dan Luda sedang berdebat. Bahkan yang ia sadari saat ini, ia telah pergi meninggalkan dunia menyusul Luda. Sejenak ia senang karena ia telah pergi bersama orang yang dicintainya. Ia tidak perlu menderita karena kutukan itu dan ia juga tidak perlu melihat Sara menderita karena mencintainya.
Sara yang sedari tadi memeluk Addrin tidak disadari tertidur. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa menatap Sara lebih lama. Sara kini tertidur dipangkuan Addrin. Punggung tangan Addrin mengelus dengan lembut pipi Sara yang tertidur pulas. Ia juga mengelus dan menyibak rambut Sara yang tertiup angin dari jendela. Ini adalah kali kedua ia melakukan hal ini sebelumnya ia tidak sengaja melakukanhal ini ketika melihat wanita tidur dengan pulasnya dipinggir danau dan Ia baru mengetahui disaat itu jika wanita yang ada dihadapnnya adalah tunangannya dan juga wanita yang ingin sekali ia temui, karena wanita inilah ia merasakan cinta kembali.
“Seperti dirimu. ibu sangat bangga padanya. ia adalah wanita terhebat yang pernah ibu temui” sang ibu datang dari balik pintu melihat keadaan anaknya.
“Ibu” desahnya, sang ibu senang karena semenjak kejadian itu ia tidak mengatakan sepatahkatapun. “Ibu, apa ibu pergi menyusulku ataukah kau malaikat yang menyamar sebagai ibuku”
Mendengar anaknya berucap seperti itu, sebisa mungkin Tatiana menahan air matanya. “Apa kau sudah bertemu dengan ayahmu?”
Addrin hanya menggeleng.
Tatiana mendekati Addrin dan menyentuh pipi kananya. “Nak, kau sangat mirip sekali dengan ayahmu. Jika melihat ketidak adilan pasti ayahmu akan tertekan dan merasa seperti orang gagal. Bahkan ia mengutuk dirinya sendiri karena telah dilahirakn sebagai seorang Raja. banyak rakyat jelata berharap menjadi seroagn raja begitupun seperrti ayahmu yang seroang Raja berharap menjadi rakyat jelata. Yakinlah Nak semua orang yang hidup baik itu rakyat jelata, budah, bangsawan bahkan Raja sekalipun mempunyai masalahnya masing-masing. Meski ayahmu mengingkan menjadi seorang rakyat jelata belum tentu ia juga mneyelesaikan masalahnya dan disaat itu pasti ayahmu juga berharap ingin menjadi seorang raja. semua orang meiliki kehidupannya masing-masing bukan untuk menjadi dirinya sendiri bukan untuk menjadi orang lain. Lihatlah Nak, keberadaan wanita hebat dan kuat. Ia tidak pernah pantang menyerah, jalan sekecil apapun selagi masih ada harapan selalu ia lewati meski sulit. Ia merubah yang “tidak mungkin” menjadi “mungkin”. Bahkan ia seperi Raja dengan caranya sendiri bukan seperti dirimu ataupun ayahmu”
“Maafkan Addrin ibu” tangis Addrin membuat sara terbangun karena sesuatu terjatuh kewajahnya. “Mungkin Addrin rindu Luda bu, tadi Addrin bertemu dengannya”
Sang ibu tersenyum. “Luda selalu ada disisi kami Nak”
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU