Si Bungsu
"Nona hati-hati" teriak seorang perempuan sebaya membungkuk memegang perutnya dengan wajah mengerinyit memegang sembari mengatur napasnya.
Perempaun itu terus-menerus mengingatkan pada majikannya dan memperhatikan setiap gerak geriknya yang sulit untuk diam di dalam rumah sementara itu hanya beberapa menit saja. Selalu saja ada ide yang terus berjalan kesana kemari bak hewan pembohong, lincah dan sangat licin. Ia sangat mudah sekali lolos dari pandangan mata.
Sibungsu yang satu ini yang paling banyak mengerahkan penjaga. Ia sulit diatur dan tidak ada yang bisa memperingatinya. Lebih banyak guru yang memesan khusus untuk ini semua sia-sia. Ia sangat mudah membuat gurunya kapok untuk mengajarinya. Dan hanya hitungan 2 hari gurunya sudah dipastikan mengundurkan diri. Orangtuanyapun sudah tidak bisa lagi mempertahankannya agar bisa menjadi wanita seutuhnya. Wanita yang anggun dan cantik namun lagi-lagi ia selalu menantang orang tuanya begitupun dengan nasib dan takdirnya. Ia selalu menerima apa yang diambil kata kemenangan. Hanya dia satu-satunya perempuan yang berhasil memotong rambutnya seperti lelaki dan itu hanya dapat dipercayai yang mendukung nenek moyang yang memang tidak bisa menggubris cucu yang berbeda dari cucu atau anak perempuan lainnya tetapi karena itu membantunya memilih cucunya. Ia akan menggunakan rambut palsu yang dibutuhkan pembantunya dari ide sang putri yang selalu ia pikir berasal dari dunia lain.
Putri bungsu dari bangsawan rendah ini selalu membuat ulah dan membuat orang kewalahan. Peraturan semuanya ia langgar jika sesuai dengan hal itu Masalah sesuatu yang tidak untuk dilanggar. Ia adalah putri yang jarang sekali menampakkan batang hidungnya, ia hanya sesekali keluar dari acara besar, namun orang yang pernah melihat ia merupakan putri yang baik hati, ramah dan suka menolong. Jika mereka tahu yang sebenarnya putri itu sangat hobi bertengkar jika ia sedang menyamar keluar dari rumah ada saja pertengkaran yang membuat pelayan kepercayaannya kelabakan mencari cara. Karena majikannya tidak hanya bertengkar dengan sebayanya, dengan pencuri, bandit, dan lain sebagainya yang lebih kuat dan darinya besar.
Dia bernama Sara Sifatnya lebih menonjolkan anak laki-laki berparas wanita. Itu tidak akan pernah memperdulikan apapun jika menarik itu menarik. Sedari kecil sampai ia beranjak remaja ia terus melakukan hal yang sama membuat orang tuanya menyerah, entah apa lagi yang harus diselesaikan diam dirumah dan menjadi wanita seutuhnya. Sampai suatu hari ada surat yang datang dari kerajaan Lassvere. Dan itu menjadi ide yang menarik untuk membuat Sara sesuai yang diinginkan. Hal itu menjadi peringatan darurat untuk Sara. Surat itu berisikan perintah kepada setiap keluarga bangsawan yang memiliki anak perempuan dan sudah menacapai kedewasaan untuk dibuat tunangan seorang Pangeran yang menurut kabar mendapat kutukan. Sampai saat ini bahkan tidak ada yang tahu Orang yang mengerti wajah pangeran.
Desas tentang Kutukan Pangeran memang sudah terdengar sebelum Sara ingat. Sebelumnya surat itu pernah datang pertama kali kompilasi Sara berunur 10 tahun di tujukan untuk sang kakak disetujui yang berunur 16 tahun. Kini surat yang telah menjelma menjadi surat kutukan tidak diharapakan. Semua keluarga untuk menghampiri mereka. Namun beberapa keluarga tidak setuju karena beberapa saat nanti bisa dibuat tameng untuk dibawa pulang.
Dan surat kedua sudah dipastikan akan menuju ke Sara. Alasan mereka tidak hanya membuat Sara diam mereka tidak rela jika anak kedua yang bagaikan Permata harus menikah dengan pangeran terkutuk. Namun dibalik semua Sara sudah bisa memastikan hal itu akan terjadi pada dirinya, walau itu hanya sebatas imajinasinya. Ia memang berharap ingin cepat pergi dari rumah ini.
Sang putri bernama Saralee Acelin Esvarat. Sara adalah nama panggilan dilingkungan namun kompilasi ia sedang menyamar ia menggantinya menjadi Linn. Ia merupakan putri bungsu dari tiga bersaudara dari keluarga Esvarat keluarga bangsawan yang tingkatannya rendah. Itu sangat hobi melarikan diri-kaburan karena sulit sekali dikembalikan keluar rumah dan selalu terkungkung oleh peraturan, menurutnya ia suka boneka hidup dengan gaun cantik lengkap dan dandanan merona, hal itu sangat membosankan dan mencari cara untuk bersenang-senang tanpa diminta oleh keculai pelayan setianya. Sedari kecil ia tidak menyukai hal-hal yang merepotkan dan memanfaatkan pelajaran teori, ia lebih suka praktik karena lebih cepat selesai dan lebih mudah dimengerti. Meski begitu ia tetap melanjutkan pelajaran yang diberikan oleh guru walau tidak bisa bertahan lama dan hal itu semakin menjadi kompilasi beranjak remaja. Hal itu lebih baik dari yang seharusnya terdengar omelan orang tuanya yang berujung hukuman kurung di dalam kamar selama beberapa hari. Meskipun malas bukan berarti ia tidak mendapatkan ilmu yang diminta oleh sang guru.
Sara sangat berbeda sekali dengan kakak-kakaknya yang menjadi kebanggan orang tuanya. Kakak setuju bernama Raveena Akselia Esvarat, ia telah menjadi tunangan dari bangsawan yang telah meningkatkan status karena perjodohan orang tua dan harus menikah tanpa rasa cinta, ia orang yang berharap dan membantu apa yang orang tuanya, hal itu sudah ia lakukan sejak dari kecil. Kakaktua Isvana Callia Esvarat, kakak kedua yang sangat percaya diri, yakin dan ia adalah orang yang serba bisa. Karena kepandaiannya ia sangat angkuh dan tidak pernah luput dari pujian dan senyuman setiap kali orang memandangnga. Ia juga sama seperti Sara, hanya menyukai hal yang menarik, begitu menarik, yang menarik banyak orang termasuk orang tuanya.
Kecantikan Raveena dan bakat Isvara yang membuat keluarga Esvarat terkenal. Namun Saralee yang jarang sekali muncul dikhalayak publik dan perbedaan umur yang cukup jauh dari isvara Sara tidak kecewa karena ia tidak dikenal sebaliknya hal itu yang mendorong lebih bebas untuk melanglang buana di daerah kekuasaan keluarga Esvarat. Karena lebih disukai lebih dari itu sendiri.
"Nona ...." teriak pelayan yang entah sudah keberapa kali ia minta Majikannya itu. "Aku tidak mengerti kamu itu manusia atau bukan. Kenapa tidak ada lelahnya sama sekali"
Gerutu Rawnie, pelayan setia yang telah mengabdi untuk keluarga Esvarat sejak ia kecil atas permintaan Sara. Rawnie adalah teman dan penjaganya. Ia hanya berbeda dua tahun di atas Sara. Rawnie sudah berucap sumpah setia dan meminta untuk dikembalikan Sara pun yang terjadi. Sara tidak pernah berhasil sumpahnya yang sering sekali diucapkannya, menjadi sudah cukup untuk Sara. Pekerjaan Rawnie setiap perbincangan hanya mengejar majikannya yang tidak pernah dikeluarkan Dengan napas yang terengah-engah ia berusaha mengejar yang ia yakini akan terjadi keributan dalam hitungan detik. Kakinya sudah lelah ingin rasanya ia beristirahat, namun melihat konsidinya sekarang ia tidak bisa menerima hal itu. Karena dipastikan akan terjadi keributan yang sangat menakutkan. Nonanya yang sedang menyamar menjadi laki-laki sibuk meminta bantuan laki-laki berbadan bongsor dan garang. Sara kembali ikut campur jelata rakyat, hal ini sudah sering sekali terulang dan dipastikan benar ada. Anak kecil dengan pakaian kumuh dan kurus itu duduk tersungkur menangis karena ulah pria itu.
"Jangan-jangan kamu ikut bekerja sama untuk mendapat rotiku?" Ujar si pria bongsor untuk Sara.
"Hei, kau jangan sembarangan ngobrol, dia salah karena ngomong kau gak ngobrol sama anak kecil seperti ini" Sara ngotot.
"Pencuri tetaplah pencuri. Dasar kau ..." pria itu marah besar ia ingin memukul Sara namun langsung dikeluarkan oleh Rawnie.
Dengan wajah yang tak kalah garang Rawnie pindah tangan yang kembali lagi akan mendarat ke wajah Sara. Rawnie menatap tajam, mengeluarkan penuh aura hitam tak terima atas bimbingannya dan membuat gentar si pria bongsor. Tidak lama Rawnie melepaskan tangan si pria lalu meminta meminta maaf lalu meminta roti yang sudah dicuri oleh anak kecil itu.
Rawnie menundukkan kepala mengucap sumpah yang tidak ingin. Sara mendengar dan meminta maaf karena sifat kembali lagi ditempat yang tidak diperlukan. Sara hanya tertawa kecil tidak mempermasalahkan Rawnie. Sara bersyukur sekarang Rawnie sudah mulai bisa mengendalikan dirinya tanpa bantuannya.
"Kau tidak perlu takut," Sara mengusap kepala anak yang menangis sedu. Anak itu tetap menangis dan harus membayar untuk roti. "Roti itu terlalu banyak untuk kamu makan sendiri".
Sara memintanya duduk dipinggiran kota mencoba meminta anak itu dan berharap ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan Sara. Ini bukan pertama kalinya ia melihat anak yang senasib diperbolehkan. Sara yakin tidak memiliki lagi anak yang bernasib seperti dia di wilayahya namun tidak pernah habis anak-anak seperti ini.
"Terima kasih. Roti ini untuk adik-adikku"
"Darimana asalmu?" Tanya Sara memastikan kebenarannya.
"Ketika aku menyelamatkan adikku yang mendapatkan dari pedagang keliling, ia memukul, menginjak adikku dan mengatakan tidak ada anak kotor dari tetangga. Aku bertanya tidak ada salahnya jika saya mengambil beberapa roti, namun nyatanya hal ini tetap terjadi "melas.
Sara mengangguk mendengarkan ucapannya, padahal untuk menolong orang lain begitu mudah, meskipun ia bersyukur karena hal ini tidak pernah terjadi di wilayah kekuasaan "Siapa namamu?"
"Affa" katanya.
"Umur berapa kamu sekarang dan sudah berapa lama kamu terima?" tanya Sara kembali.
Affa sedikit terkejut dengan pertanyaan akhir yang Sara tanyakan. "Umurku 13 tahun, dan aku sudah memulai memulai kompilasi aku sudah 6 tahun"
Sara hanya mengangguk-anggukan kepala, "langkah kakimu sangat ringan, caramu mencurangkai menghabiskan waktu dengan sangat mata-mata. Tapi kau gugup karena perubahan arah gerak-gerikmu mudah dilihat .
Pertanyaan Sara mengejutkan Affa untuk kedua kalinya. Ia bisa mengerti hanya dengan sekali dilihat. "Sebenarnya 1 tahun terakhir aku sudah berhenti berhasil dan mulai bekerja. Karena dikotaku sudah tahu diriku, aku harus mencari tempat di kota lain dan ternyata upah yang aku terima tidak perlu banyak dan akhirnya menjadi adikku. Kami semua diusir dan dilucuti, akhirnya aku memutuskan untuk pergi kesini, aku menerima bantuan karena aku belum mendapat pekerjaan baru dan adik-adikku harus makan ".
Sara mengeluarkan sepucuk kertas dan memberikannya kepada Affa, "Kau ambil ini diberikan pada Pon dan ceritakan percakapan kau dan aku membicarakan"
"Untuk apa ini?" tanya Affa melihat peta dan simbol.
"Bawalah keluargamu agar mereka mendapat kehidupan yang layak. Ikuti jalan menuju Titik merah dan simbol itu agar kau bisa masuk kesana, tanpa itu kau tidak akan pernah bisa masuk dan mungkin kau bisa mati".
"Apa ... Aku rela kau membunuhku tapi membiarkan adik-adikku hidup" Affa yang takut gagal kembali tidak berani membuat adiknya celaka.
"Coba kau pasti bisa. Kau punya komitmen untuk meminta adikmu. Cinta yang butuh pengorbanan yang tidak sedikit" Ujar Sara langsung berdiri setelah mendapat kode dari Rawnie.
Rawnie dan Sara berlari menuju Rumah. Penjaga Rumah yang Seharusnya sudah tahu jika Sara tidak bisa dirumahnya. Sara dan Rawnie menyusuri jalan setapak yang biasa ia gunakan untuk melarikan diri dari runah meminjamkan yang dipagar benteng. Tidak ada rasa takut yang terlihat dari wajah Sara. Ia sangat menikmati saat ia berjalan, bersembunti dan menikmati para penjaganya. Sejenak ia menikmati kebebasan namun waktu tidak selaku memohon persetujuan dan meminta ia untuk menjadi Saralee Acelin Esvarat.
Sara dan Rawnie berhasil dirumah melalui celah kecil yang sudah ia buat dibelakang rumah dan ditutup rapi oleh tanaman yang akan menyamarkan dan memperbaiki pintu pelariannya. Tidak ia sadari menyanyikan kakak kedua sudha menunggunya.
"Adikku tercinta. Aku rela kalau hadiah itu diberikan kepadamu?" Ujar Isvara dengan senyuman tersembunyiinya.
Sara tidak menghiraukannya, ia langsung menuju kamarnya. Sesuatu yang menyenangkan adalah sesuatu yang aneh. Tanpa mengatakan Hadiahpun, Sara sudah mngetahui niat Isvara dari senyumannya.
"Rawnie" Panggil Sara sembari duduk didekat jendela memandang langit biru yang indah dan cerah. "Besok kita pergi Temui Pon aku ingin tahu keadaan Affa"
"Kau baru saja bertemu, apa yang sebenarnya ingin kau lakukan. Kau tidak ada niatan untuk kudetakan?" Ujar Rawnie yang sangat mengetahui majikannya.
"Kita tidak bisa membiarkan Affa lewat. Kemampuannya tidak biasa. Mengatakan ia bisa membantu yang lain. Aku yakin dengan adanya Pon disisnya.
"Terserah Kau saja" ucap Rawnie menaikkan bahunya
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU