Loading...
Logo TinLit
Read Story - Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu - Masaki dan Misaki dan Luka Masa Lalu-
MENU
About Us  

Malam ini suara desir angin terdengar jelas. Pepohonan yang hijau di sekitar tempat latihan menyanyikan lagu ketenangan ketika dedaunan saling bergesekan.

Suara langkah kakinya tak bersuara. Seakan menyatu dengan suasana tengah malam ini. Misaki dengan tenang duduk di dojo. Menatap di kejauhan. Di sana, ada sebuah target yang terpasang. Cukup lama Misaki dalam posisi bersimpuh dan berdiam sendirian. Entah apa yang dipikirkannya. Namun yang pasti dia begitu menikmati saat-saat ini.

Misaki memejamkan matanya perlahan. Lalu dari arah pintu masuk, tiba-tiba saja Masaki berjalan dan mendekati Misaki dalam diam. Masaki memposisikan dirinya duduk bersimpuh dengan kedua tangan di atas lutut. Masih tanpa sepatah katapun, pria itu memandang lurus ke depan.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihatmu mengenakan hakama lengkap seperti ini," ucap Masaki akhirnya.

Misaki pun perlahan membuka matanya. "Sakura," ucapnya amat pelan. "Aku melihat bunga sakura berguguran di bawah cahaya bulan," jelas Misaki.

"Aku juga melihatnya," jawab Masaki. Dia kemudian berdiri dan mengambil busurnya. Sementara itu Misaki masih duduk tenang dalam posisinya.

Masaki memasang senar busurnya. Mengenakan sarung tangan miliknya dan mengambil anak panah. Dia bersiap. Menghembuskan napas dan mengambil posisi. Setelah memasang kuda-kuda Masaki mulai menarik senar berserta anak panahnya. Melihat lurus ke depan pada target yang berada jauh di hadapannya. Dia membidik dengan tenang dan berikutnya anak panah itu melesat dalam seperkian detik. Tepat sasaran. Masaki mengambil posisi kembali. Mengambil anak panah, menarik busurnya, membidik dan mengenai target dengan tepat. Sampai pada anak panah kelimanya. Anak panah terakhir.

Masih seperti sebelumnya. Misaki masihlah duduk memperhatikan dengan tenang di belakang. Saat Masaki kembali mengambil posisi dan menyentuh anak panah terakhirnya dia menoleh ke belakang. Tatapannya bertemu dengan tatapan Misaki.

"Apa kau mau menembakkannya untukku?" Tanya Masaki dengan nada lembut.

Misaki mengepalkan kedua tangannya. Debaran jantungnya tak terkendali. Dia bisa merasakan matanya menghangat. Sesuatu mungkin bisa mengalir keluar jika terus seperti ini. Lama dia memikirkannya. Namun Masaki masih menatapnya tenang dan menunggu.

Setelah menghembuskan napas dalam-dalam wanita itu akhirnya berdiri. Dia mengambil sebuah busur dan memasang senarnya. Memakai sebuah sarung tangan dengan tangan bergetar. Begitu terpasang di tangan kanannya Misaki bisa melihat bekas lukanya dengan jelas. Muncul rasa takut dalam dirinya. Kembali tagannya terkepal. Lalu saat itulah terdengar suara gaduh dari arah pintu masuk. Dan Misaki tau suara berisik apa itu.

Tsurune.

Saat mendengarnya lagi, suara tsurune dari anak itu seperti memberinya dorongan. Membuatnya mendapat kekuatan untuk tidak menyerah kembali.

Setiap tembakan adalah 'pertemuan' dan 'perpisahan' yang tidak akan pernah kita alami lagi.

Misaki kembali menghembuskan napasnya. Kali ini perasaannya sudah lebih tenang. Kakinya kembali melangkah dengan yakin. Dia mengambil busurnya dan berjalan mendekati Masaki yang sudah menunggu. Wanita itu duduk bersimpuh. Sebuah anak panah diberikan Masaki dari belakangnya. Dalam detik berikutnya dia mengambil posisi dan memasang kuda-kuda. Misaki menggenggam busurnya erat-erat dan menarik senar beserta anak panah itu. Namun hanya sedikit tarikan saja  busur itu terlihat begitu bergetar. Amat sangat perlahan Misaki menarik busurnya.

Kembali jantungnya berdebar tak terkendali. Ini terasa berat baginya. Misaki yang masih berusaha dan tak menyerah itu melihat target di depan sana. Keempat anak panah yang ditembakkan Masaki semuanya tepat mengenai target. Melihatnya tidak membuatnya berharap banyak anak panah yang akan ditembakkannya mengenai target seperti itu.

Pendengaran Misaki menangkap suara gerakan. Terlihat bayangan Masaki bergerak mendekatkan tubuhnya dari belakang. Masaki mengambil posisi dan memasang kuda-kuda tanpa busur ataupun anak panah. Misaki tidak bisa melihatnya, tapi dia tau apa yang dilakukan pria itu. Kembali pandangannya terfokus ke depan pada target. Lalu mulai dari sinilah peran Masaki dimulai.

Pria itu lebih mendekatkan tubuhnya pada Misaki. Lalu tangan kirinya menggenggam tangan kiri Misaki yang memegang busur. Tangan kanannya menggenggam anak panah dan tangan kanan Misaki. Terasa gemetar. Masaki bisa merasakan wanita di dekatnya ini menarik dengan sekuat tenaga. Sudut bibit Masaki mulai terangkat, dia merasa senang sekaligus lega.

Masaki yang mendekatkan tubuhnya membuat Misaki mendapatkan ketenangan kembali. Entah kenapa dia selalu merasakan ketenangan dari pria satu ini. Tenang. Seperti angin yang berhembus. Perlahan tangan kanannya bisa merasakan tertarik ke belakang dengan kuat. Meski tangannya masih bergetar, tapi bisa dirasakannya sentuhan lembut Masaki yang memberikan bantuan untuknya.

Matanya terpejam sesaat dan terbuka kembali ketika dirinya, tidak, mereka berdua sudah bersiap menembak. Target di depan mereka berdua terlihat jelas dan secara bersamaan Misaki maupun Masaki melepaskan anak panah itu. Membiarkannya melesat pergi.

Begitu anak panah terlepas dari tangannya, Misaki merasakan kelegaan. Namun saat melihat anak  panah itu meleset dari target, Misaki hanya bisa terperajak. Ada sedikit perasaan kecewa yang menyerangnya. Setelah anak panah terakhir itu berhasil ditembakkan, Masaki melangkah mundur dan melakukan gerakan tanpa busur. Sementara itu Misaki masih menatap anak panah terakhir itu selama beberapa saat.

***

Misaki mengerjap beberapa kali ketika melihat telapak tangan kanannya. Luka itu masih ada. Membekas dan tak akan hilang. Luka itu akan menjadi sebuah pengingat baginya.

"Bagiamana perasaanmu?" Suara menenangkan Masaki mengalihkan perhatiannya. Masaki dan Misaki, mereka berdua dalam posisi menatap target di depan sana. Anak panah yang mereka tembakkan masih menancap di sana.

"Rasanya aneh," Misaki mulai berbicara. "Setelah aku merasakan anak panah itu terlepas dari tanganku entah bagaimana ya... seperti... beban yang selama ini kupikul sendiri di pundakku ikut terlepas. Begitu melegakan," jelasnya.

"Tapi kau terlihat kecewa setelahnya."

"Mungkin benar. Hehe, melihatmu bisa menembakkan anak panah itu tepat sasaran membuatku merasa menyesal."

Masaki mulai memperhatikan Misaki yang berbicara tanpa menoleh ke arahnya. Mata wanita itu berkaca-kaca. Namun senyum mengembang di wajahnya.

"Jika saja hal itu tidak terjadi mungkin sekarang ini aku masih...." Kata-katanya tidak berlanjut. Kembali kedua tangan wanita itu menggenggam erat.

"Apa kau membenci Kyudo?" Tanpa sadar Masaki kembali menanyakan hal itu pada orang lain. Apa kali ini dia ingin mendengar jawabannya? Saat memikirkan hal itu dia hanya bisa merutuki diri sendiri.

Bayangan Misaki ketika berada di Klub Kyudo SMA Hodo mulai terlintas di benaknya. Bagaimana dia selalu menikmati kegiatan Kyudo. Dan bagaimana saat dia melepaskan anak panah itu. Terlihat tenang dan indah. Dirinya selalu senang melihat Misaki yang pantang menyerah dan selalu penuh semangat itu. Senyum wanita itu selalu memberikan semangan pada yang lainnya. Tapi, setelah hari-harinya di universitar dimulai dan terjadi kecelakaan tersebut. Yang ditemui Masaki adalah sosok Hanaoka Misaki yang kehilangan senyum semangatnya.

Itu terjadi setelah dirinya mulai menjuah dari kakeknya. Pertemuan terakhir mereka yang memberinya kekuatan untuk kembali menemui kakeknya. Walau pada akhirnya hal itu sudah terlambat.

Kali ini giliran dirinya yang memberikan semangat untuk Misaki. Dia ingin melihat senyum itu kembali pada wanita di sebelahnya ini. Tapi kenapa dia malah menanyakan hal itu.

"Maaf. Lupakan barusan."

"Tidak. Aku akan menjawabnya."

Masaki tertegun. Tatapan mereka kembali bertemu dan Masaki bisa meilhat tatapan Misaki dipenuhi keyakinan. Pria itu memilih mengalah dan menunggu jawaban atas pertanyaannya.

"Walau dipikirkan berulang kali kurasa jawabanku tetap sama. Dalam masa-masa terpuruk itu melihat mereka yang bersenang-senang saat bermain Kyudo membuatku begitu frustasi. Aku mulai membenci mereka. Membenci Kyudo. Aku mulai menyibukkan diriku dengan banyak hal. Tapi tetap saja, rasanya segala hal di sekitarku selalu mengingatkanku pada Kyudo. Ah, rasanya begitu menyebalkan. Lalu aku mulai makin membencinya. Semuanya."

Misaki berhenti bercerita. Dia tenggelam dalam kenangan masa lalunya. Dalam masa rehabilitasnya yang begitu menyiksa batin, sudah berulang kali dia menghancurkan kamarnya. Membuang semua benda dan penghargaan yang berhubungan dengan Kyudo. Tapi semua selalu berakhir sama. Misaki selalu kembali memungut dan mengambili barang-barangnya itu. Dia akan kembali menyimpan benda yang masih dia anggap berharga itu.

"Aku membenci Kyudo. Begitu membencinya," jawabnya dengan mata terpejam. Dia mengusap luka di tangan kanannya. Masaki yang mendengar jawaban tersebut masih terdiam. Dia ikut memejamkan matanya. "Tapi.... tidak peduli seberapa banyak aku membenci Kyudo," perlahan mata Misaki terbuka.

Kembali dia melihat pemandangan di hadapannya. Angin yang berhembus membuat dedaunan saling bergesekan. Suara ketengan kembali merambat ke hatinya.

"Kebencianku tidak akan pernah bisa mengalahkan kecintaanku pada Kyudo. Tidak akan pernah," lanjutnya.

Masaki membuka mata lantas menatap ke arah Misaki. Wanita itu juga menoleh ke arahnya. Kali ini tatapan penuh kehangatan terpancar di sana. Senyum itu, senyum yang pernah memberinya dorongan dan semangat telah kembali pada sosok Hanaoka Misaki yang dulu. Hanaoka Misaki yang pernah dirindukannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
In Her Place
789      532     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
5872      1909     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
A D I E U
2137      851     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
Premium
Cinta si Kembar Ganteng
12199      1159     0     
Romance
Teuku Rafky Kurniawan belum ingin menikah di usia 27 tahun. Ika Rizkya Keumala memaksa segera melamarnya karena teman-teman sudah menikah. Keumala pun punya sebuah nazar bersama teman-temannya untuk menikah di usia 27 tahun. Nazar itu terucap begitu saja saat awal masuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Rafky belum terpikirkan menikah karena sedang mengejar karir sebagai pengusaha sukses, dan sudah men...
Love after die
471      321     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...
Bersua di Ayat 30 An-Nur
927      456     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang wanita muslimah yang penuh liku-liku tantangan hidup yang tidak tahu kapan berakhir. Beberapa kali keimanannya di uji ketaqwaannya berdiri diantara kedengkian. Angin panas yang memaksa membuka kain cadarnya. Bagaimana jika seorang muslimah seperti Hawna yang sangat menjaga kehormatanya bertemu dengan pria seperti David yang notabenenya nakal, pemabuk, pezina, dan jauh...
Laci Meja
495      333     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
THE DARK EYES
719      405     9     
Short Story
Mata gelapnya mampu melihat mereka yang tak kasat mata. sampai suatu hari berkat kemampuan mata gelap itu sosok hantu mendatanginya membawa misteri kematian yang menimpa sosok tersebut.
KASTARA
447      358     0     
Fantasy
Dunia ini tidak hanya diisi oleh makhluk hidup normal seperti yang kita ketahui pada umumnya Ada banyak kehidupan lain yang di luar logika manusia Salah satunya adalah para Orbs, sebutan bagi mereka yang memiliki energi lebih dan luar biasa Tara hanya ingin bisa hidup bebas menggunkan Elemental Energy yang dia miliki dan mengasahnya menjadi lebih kuat dengan masuk ke dunia Neverbefore dan...
LOVEphobia
411      273     4     
Short Story
"Aku takut jatuh cinta karena takut ditinggalkan” Mengidap Lovephobia? Itu bukan kemauanku. Aku hanya takut gagal, takut kehilangan untuk beberapa kalinya. Cukup mereka yang meninggalkanku dalam luka dan sarang penyesalan.