"Aku masih tidak percaya ternyata Misaki-san punya masa lalu seperti itu."
Nanao memilih sayur dan bahan makanan untuk makan malam. Kali ini mereka akan memasak kare. Di belakangnya ada Minato yang membawa keranjang belanja. Tak jauh dari mereka ada Kaito dan Ryohei yang membeli beberapa botol jus.
Saat melewati bagian bumbu, Kaito melihat Seiya sedang sibuk memilih bumbu kare. Namun setelah lebih mendekat dia begitu terkejut.
"Seiya, begitu sukanya kau dengan makanan pedas sampai membeli bubuk cabai sebanyak itu."
Seiya menoleh. Dia tidak sadar jika mengambil sebanyak ini. "Gomen. Aku lupa membawa bumbu spesialku."
"Sebenarnya seberapa pedas makanan yang bisa kau makan," pikir Kaito.
"Seiya. Kaito. Ayo kita segera kembali," ucap Ryohei yang mendekat.
Kali ini mereka kembali lebih awal dari sebelumnya. Matahari masih bersinar dengan terang. Jika kembali sekarang mungkin masih ada tugas 'budak' untuk mereka. Tapi jika tidak segera kembali Masaki dan yang lainnya pasti akan khawatir lagi.
Setibanya kembali dari berbelanja, suasana kuil jadi lebih tenang dan sepi. Tapi kesibukan masih terlihat di dojo ketika mereka menengok ke sana. Ada hal tak terduga terlihat. Di sana Misaki sedang memberikan arahan dan masukan untuk anggota putri yang sedang berlatih.
Masaki sendiri berdiri menjauh dan hanya memperhatikan. Klub Kyudo Kazemai mendapat pelatih baru walau sementara.
Tak lama kemudian Masaki akhirnya menyadari keberadaan mereka.
"Oh, sudah selesai belanjanya. Kali ini tidak terjadi sesuatu yang buruk kan?"
Semua menggeleng.
"Masa-san, itu..."
"Aku meminta Misaki untuk membantu sedikit," ujar Masaki sembari menengok murid-murid perempuannya. "Baiklah, sebentar lagi kita akan istirahat. Untuk makan malam aku serahkan pada kalian."
"Hai'." Mereka semua berlalu.
***
Jika masalah dapur Minato-lah yang paling ahli di antara mereka berlima. Karena setelah kepergian ibunya dia jadi terbiasa hidup mandiri dan mengurus rumah. Ayahnya yang sibuk bekerja pun juga jarang di rumah.
"Minato hebat," puji Nanao yang memperhatikan.
Dengan lihai tangan Minato mengupas dan memotong sayuran menjadi bagian-bagian kecil. Seiya membantu mencuci bahan-bahan yang lain. Kaito mempersiapkan menanak nasi dan Ryohei mempersiapkan alat makan.
"Nanao, jangan hanya berdiam diri di situ."
"Wah, Kacchan menakutkan."
Semua memulai kesibukan sendiri-sendiri.
Tidak terasa waktu cepat berlalu. Minato melihat arah jam yang menunjukkan hampir waktunya makan malam. Anggota perempuan seharusnya sudah selesai istirahat sejak tadi.
Setelah mencicipi rasa kare buatannya, Minato meminta Seiya mencicipinya juga.
"Hmm.. ini enak. Minato memang hebat."
"Tapi jika Seiya pasti rasanya kurang pedas kan?"
Mereka berdua tertawa bersama. Lalu tanpa diduga dari arah pintu Misaki datang dengan pakaian yang sudah berganti. Dirinya tampak lebih segar dari sebelumnya karena baru saja mandi.
Dari pintu wanita itu langsung mendekati Minato yang sedang mengaduk sepanci besar kare. Misaki bisa mencium bau harum masakan memenuhi dapur. Setelah mengulas senyum, Misaki menyangga dagu dengan kedua tangannya di atas meja makan. Dia hanya tersenyum melihat kesibukan kecil di hadapannya.
"Ah, jadi rindu rasanya setiap kali melihat baju 'budak' itu. Apa kalian tau, dulu aku juga pernah menjadi 'budak' dalam camp pelatihan campuran. Heheh, waktu itu menyenangkan sekali," ujar Misaki masih menyangga dagu.
"Heh? Benarkah? Aku ingin mendengarnya," ucap Nanao penasaran. Di sampingnya Ryohei juga tampak seperti itu.
"Ah, Masaki-kun bilang kalian boleh istirahat. Biar aku yang urus sisanya. Sepertinya yang lain juga sedang bersiap kemari," kata Misaki terlihat mengalihkan pembicaraan.
"Hmm," Nanao menggembungkan pipinya.
"Akhirnya istirahat juga. Ayo semuanya," ajak Kaito.
Semua berhenti dari tugasnya dan pergi keluar dari dapur. Minato mengaduk karenya sebentar sebelum mengecilkan api kompor dan ikut meninggalkan dapur.
Masih dari meja makan Misaki memasang wajah tersenyumnya. "Otsukare," ucap wanita itu pada Minato seraya melambaikan tangan.
Minato, dia terdiam sebentar setelah keluar dari dapur. Pandangannya kembali menengok ke belakang ketika menyadari sesuatu. Namun panggilan dari Seiya membuat pikirannya kembali pada teman-temannya. Minato segera menyusul mereka.
***
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Seiya pada Minato.
Mereka yang baru saja kembali dari mandi berjalan bersama di lorong kuil menuju dapur. Minato tersenyum kecil ketika Seiya tau jika dia sedang memikirkan sesuatu. Mereka telah bersama sejak kecil. Seiya selalu perhatian pada Minato.
Mendengar pertanyaan Seiya, tiga orang yang berjalan di depan mereka juga ikut memperhatikan.
"Aku melihat bekas luka di tangan kanan Misaki-san," kata Minato. Semua berhenti berjalan. "Mulai dari pergelangan tangan dan mungkin sekitar 10 cm," lanjutnya.
"Apa Misaki-san mengalami kecelakaan ya?" pikir Ryohei.
"Itu benar."
"Wah!" teriak Ryohei terkejut. Di belakangnya Masaki sudah berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Masa-san..."
"Jika tidak cepat nanti makan malamnya habis loh." Masaki langsung berbalik dan berjalan menuju dapur. Minato dan yang lainnya segera melangkah kembali mengekor di belakang pelatih mereka.
Suasana jadi canggung. Mereka berlima hanya saling diam karena tidak enak untuk bertanya lebih lanjut pada Masaki. Tapi dalam kepala mereka mulai terlihat jelas alasan kenapa Misaki berhenti bermain Kyudo. Minato sendiri yang juga mulai bisa membayangkan apa yang terjadi mulai teringat dengan kecelakaan masa kecilnya. Tanpa sadar Minato memegangi perutnya. Luka waktu itu juga masih membekas.
Walau semua hampir jelas, tapi mereka semua masih dilanda rasa ingin tau. Kaito, entah kenapa dia ingin sekali mengetahui kejelasannya. Namun yang dilakukannya sama seperti yang lain. tertunduk diam dan sesekali melirik ke arah Masaki.
Memang bukan hal penting mengetahui masa lalu Hanaoka Misaki. Tapi jika berhubungan dengan Masaki, Kaito selalu saja bersikap aneh.
"Kecelakaan bus...." dari arah belakang, dengan suara pelan dan terdengar ragu-ragu, Seiya berucap, "...benar bukan?" lanjutnya. Kembali langkah mereka terhenti. Begitu juga Masaki.
Bagi Seiya yang membenci Masaki, membuat pelatihnya tidak suka atau kesusahan bukan hal yang aneh bagi orang-orang yang mengenal mereka berdua.
Masaki berbalik. Menatap Seiya dengan senyum tenang seperti biasanya. "Kenapa tidak kalian tanyakan sendiri pada orangnya?" jawabnya.
Seperti saran dari Masaki. Semua menikmati makan malam yang berbeda dari camp pelatihan kemarin. Anggota laki-laki begitu tenang sampai membuat heran anggota perempuan. Ren yang ikut makan malam pun juga merasakan ada yang berbeda. Sampai-sampai pria itu berbisik dan bertanya pada Masaki. Namun tentu saja Masaki hanya bersikap jika semua baik-baik saja. Karena ini masalah yang mereka ciptakan sendiri.
Setelah semuanya beres Masaki mulai membicarakan jika jadwal mereka besok akan berbeda. Anggota laki-laki akan dibebas tugaskan dari hukuman 'budak' mereka. Semua anggota akan melakukan latihan bersama. Walau begitu, anggota laki-laki tidak terlihat begitu bersemangat.
"Hei, ada apa dengan kalian?" Tanya Ren akhirnya.
Masih terdiam, namun Minato mulai melihat ke arah Misaki yang duduk di antara para gadis.
"Misaki-san," panggil Minato dengan tatapan serius. Semua orang tertuju pada Minato dan Misaki. Wanita itu memasang wajah bingung dan menunggu Minato melanjutkan kata-katanya. "Ano.. itu, bolehkan kami tau kenapa kau berhenti bermain Kyudo? Lalu.. luka di tangan kananmu..."
Misaki memiringkan kepalanya. "Boleh saja," jawabnya.
Di sisi lain meja makan Masaki menghela napas panjang, namun tetap tenang. Ren mulai tau apa yang sedang dipikirkan anak-anak di hadapannya sekarang ini. Semua mulai diam dan memperhatikan.
"Hanaoka Misaki. Mungkin sebagian dari kalian sudah mengenal nama itu dan tau siapa aku sebenarnya. Tapi kelihatannya ada juga yang baru mengenalku ya," kata Misaki memulai. Wanita itu menceritakan bagaimana saat dia terkenal di SMA karena memenangkan kompetisi individu berturut-turut. Bagaimana dia mengenal Masaki dan menjadi teman baik sampai saat ini.
"Waktu itu... itu kompetisi pertamaku. Tapi aku begitu gugup sampai-sampai demam. Lalu aku mengacaukannya," jelas Noa.
"Gugup kah... Semua orang pasti merasa gugup. Jika saat kompetisi kurasa aku juga pernah gugup. Ah, yang terparah waktu aku mengikuti kompetisi tim di kelas 2 SMA." Dahi Misaki saling bertaut. Dia mengingat-ngingat kejadian itu.
"Lautnya indah." Tiba-tiba saja Masaki menimpali. Semua orang jadi bingung.
Misaki malah terkekeh sendiri. "Itu benar. Lautnya indah sekali. Waktu itu aku naik kereta sampai melupakan pembehentianku dan terus naik kereta sampai di sebuah tempat di tepi laut. Hah, waktu itu sungguh gawat sekali," cerita Misaki dengan cengiran di wajah. "Aku terlalu takut jika mengacaukan seorang diri dan membuat harapan para senpai sia-sia. Di dalam kereta aku menggenggam jimat sambil terus menutup mata dan berdoa."
"Wah, aku baru tau hal itu. Misa-chan sungguh penuh kejuatan ya," tanggap Ren.
"Yah untung saja aku bisa kembali ke tempat kompetisi tepat waktu."
"Tapi saat tiba di sana Misaki malah terkena mabuk kendaraan dan lemas. Bahkan terlihat jelas wajahmu yang pucat," timpal Masaki lagi.
Semua orang begitu terkejut. "Pada akhirnya aku kena marah juga."
"Lalu pertandingannya?" Tanya Nanao segera.
"Tentu saja berjalan lancar," jawab Misaki seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Misaki itu... dia akan jadi orang yang berbeda saat membidik target. Seperti...." Masaki tidak melanjutkan kalimatnya. Misaki sendiri hanya menanggapi dengan senyum samar.
"Kalian berdua begitu akrab ya," ucap Ren yang siap memotret dengan kameranya.
"Begitulah," respon Misaki singkat.