Snow White
Seluruh panitia School Drama telah mengumumkan lima nominasi terpilih yang bakal diikutsertakan dalam pensi School Drama akhir bulan ini. Semua perwakilan telah berkumpul di SMA 21. Mereka saling berkenalan satu sama lain demi membentuk kerjasama tim dalam mewujunkan sebuah kerjasama.
Salah satu pensi yang akan ditampilkan adalah pertunjukkan seni drama berjudul Snow White. Bernuansa remaja dan bergenre romance comedy.
Sudah satu minggu ini perwakilan dari SMA 45 yang terpilih menjadi pemain drama mengikuti kegiatan latihan bersama para pemain yang lain di gedung seni SMA 21.
Hari ini seluruh pemain sudah berkumpul untuk berlatih akting seperti biasanya. Selain anak kelompok drama, tim yang lain seperti vokal grup, dance, tari tradisional, juga tengah melatih kekompakan demi bisa menampilkan pertunjukkan terbaik mereka.
Dalam keramaian suasana di ruang latihan, tampak percakapan serius antara Vella dan sutradara drama, Noval.
“What?! Aku jadi Snow White? Bukannya harusnya Mella? Aku tuh jadi peri?” protes Vella.
Noval mengusap dagunya tampak berfikir keras. “Jadi gini, setelah gue pikir-pikir, lo lebih cocok jadi snow white.” Terangnya terdengar penuh pertimbangan.
“Aku juga setuju. Nggak apa-apa aku yang jadi peri. Soalnya aku pikir bakat acting kamu sia-sia banget kalau cuma jadi peri. Kamu lebih pas jadi Snow White-nya.” Ucap Mella berusaha membuat Vella yakin.
“Lagian kamu kan satu sekolah sama Aga. Kan lebih gampang kalau mau latihan bareng, iya nggak?”
Mendengar nama Aga disebut, sukses membuat Vella bungkam. Sampai detik ini dia nggak punya jawaban harus bersikap gimana, saat situasi mempertemukan dia dengan Aga. Yap, sejak kejadian ulang tahunnya beberapa waktu lalu. Vella merasa salting aja kalau ketemu Aga.
“Bener banget, bener banget!”
Vella manyun. “Itu dia.”
“Apanya?”
Mendadak, lidah Vella terasa kelu. “Yaa...itu... karena aku satu sekolah sama dia, aku tuh—
paling males nanggepin segala bentuk protes fans-nya dia kalau mereka tahu aku kudu beradu akting sama Aga.” Ia berusaha menjelaskan unek-unek semrawut di kepalanya. Ia nggak habis fikir, gimana jadinya kalau harus beradu akting sama cowok itu!
Mella terkejut mendengarnya. “Serius kamu Vell?” tanyanya panik. “Jadi Aga punya fans?”
“Ya iyalah—“
“Ah perasaan kamu aja kali.”
“Serius—“
“Oke fix. Aku juga nggak mau kalau seandainya harus terlibat sama fans-nya Aga.” Potong Mella. Dia melangkah menghampiri Vella, kemudian memberikan naskah drama dengan cover bertuliskan Snow White pada Vella. “Udah aku tandain biar bacanya lebih gampang. Aku yakin, kamu pasti bisa!”
“Nggak bisa gitu dong!” Vella segera mengembalikan naskahnya pada Mella. Namun Mella menolaknya dengan mengabaikannya. Dan terjadilah keributan kecil antara Mella dan Vella.
Akhirnya Noval buru-buru menengahi keduanya. Dia mengambil naskah yang sempat terlempar itu lalu memberikannya pada Vella.
“Kok aku sih?”
“Jadi ini karena kalian nggak mau diganggu fans-nya Aga.” kekeh Noval.
Mella dan Vella masih ngedumel sendiri. Saat itulah Mella punya ide. Ia lekas menemukan Aga di ruang latihan ini. Yaiyalah gampang banget menemukan Aga di antara lautan manusia yang lagi latihan di sini. Aga itu ibarat bintang yang cahayanya terang banget. Sebenarnya karena sosoknya yang tinggi, kulit putih, dan penampilan kerennya itu, membuat Aga lebih mudah ditemukan.
“Aga!” panggil Mella tiba-tiba seraya melambaikan tangannya begitu ia berhasil menemukan Aga.
Cowok cakep bertubuh tinggi yang tengah sibuk bercakap dengan lawan bicaranya lekas menengok ke sumber suara. Ia melihat Mella, tengah melambaikan tangan meminta perhatian.
“Bisa ke sini bentar nggak? Ada yang mau sutradara omongin ke kita!” lanjut Mella.
Aga terkesiap. Ia melihat Mella tengah berdiri bersama Noval dan Vella. Sadar kalau tiga orang itu tengah menatap ke arahnya, ia menduga pasti ada sesuatu yang penting. Ia bergegas menghampiri ketiganya.
“Mau ngomong apaan?” tanya Aga enteng menatap satu persatu tiga orang di hadapannya.
Vella menoleh. Selama sepersekian detik matanya beradu pandang dengan sosok Aga. Ia buru-buru berpaling.
“Aku duluan, sorry.” ceplos Vella segera melambaikan tangan pada semuanya. Ia bergegas pergi dari sana membuat semua orang memasang tampang bingung.
“Vella tunggu!” panggil Noval.
Vella nggak memperdulikannya.
“Tuh, begitu kamu dateng, dia pergi gitu aja. Dia kenapa?” selidik Noval. “Kamu punya masalah sama dia—“
“Fans kamu sering gangguin cewek yang lagi deket sama kamu ya? Termasuk Vella?” selidik Mella seraya menyipitkan mata.
Aga melangkah mundur saat ia diberondong pertanyaan begini. Alih-alih ia berusaha tidak penasaran kenapa tiba-tiba Vella pergi begitu dia bergabung di sini.
“Kalian ngomong apa si?” balas Aga bingung. Alih-alih ia mencuri perhatian berusaha menemukan sosok Vella yang sepertinya sudah hilang di antara kerumunan. Sampai sekarang dia juga nggak ngerti kenapa Vella seolah selalu ngehindar darinya. Nggak di sekolah nggak di tempat latihan.
“Ga!” panggil Noval.
Aga menoleh. “Iya iya, sebenernya kalian mau ngomongin apaan?” ulangnya lagi. Ia menatap keduanya curiga.
Mella dan Noval saling lempar pandang.
Mella berdehem. “Oke, sebenernya kami mau bilang kalau pemeran Snow White-nya diganti.” Tegas Mella.
“Nggak jadi kamu yang meranin?”
Mella menggeleng. “Bukan aku, tapi Vella.” Ia menghela napas. “Meskipun belum bisa dipastiin Vella mau nerima perannya yang sekarang, yang jelas aku nggak mau berurusan sama fans kamu,” terang Mella. Dia mulai beranjak.
Aga merasa terusik mendengarnya. “Tu—tunggu! Kamu bilang fans aku?”
Mella menoleh. Sebelah alisnya terangkat mewakili pertanyaannya. Ia berbalik. Membuang muka dan mendengus malas.
“Jadi kamu nggak tahu apa pura-pura nggak tahu? Atau kamu emang nggak pernah menyadarinya?”
Aga berjengit mendapati pernyataan tidak jelas macam ini. Dalam hati dia membenarkan kalau cewek itu emang makhluk paling susah dimengerti di dunia ini, titik.
“Nggak tahu soal apa, menyadari soal apa? Kalau ngomong yang jelas dong.” Cerocos Aga berusaha menekan emosi di dadanya karena merasa dipermainkan.
Mella terkekeh kecil. “Kamu itu punya banyak fans kan termasuk di sekolah ini juga pasti ada. Nah, siapapun orangnya yang dekat sama kamu, apapun alasannya, dia pasti bakal jadi
korban fans kamu! Dan bisa jadi sasarannya adalah pemeran
Snow White karena kamu yang bakal meranin pangerannya!” Ia memiringkan kepalanya.
Aga memiringkan kepalanya. Ia mencerna baik-baik pernyataan gadis berambut sebahu beralis tebal ini.
“Kamu takut ada fans yang ngeganggu kamu kalau kamu meranin snow white gitu?” celetuk Aga berusaha menarik kesimpulan.
Mella menjentikkan jarinya. “Bener banget.”
Aga terbelalak mendengarnya. “Apa iya bakal separah itu.” ia mengusap-usap dagunya. “Kalian nggak lagi lebay kan,” gumamnya masih tidak mempercayainya. Betapa dia tidak mengerti tentang hal ini.
“Coba deh kamu lebih respect sama sekitar kamu. Pasti kamu bakal tahu apa sebenarnya yang terjadi.”
Aga termenung. Buknakah ini aneh. Dia merasa dia bukanlah siapa-siapa tetapi tanpa dia tahu dia memiliki banyak fans. Dia ingin suatu saat fans-nya berhenti bersikap berlebihan. Dia harus meluruskan hal ini. Dia akan melakukan apapun agar mereka tidak lagi melakukan hal-hal yang membuatnya terlihat berbeda dari yang lainnya.
Aga mengangguk. “Oke. Kalau emang omongan kalian ada benernya. Aku bakal mengurus kekeliruan semacam ini. Thanks.” Ia bergegas beranjak meninggalkan Noval dan Mella.
“Oya!”
“Apa lagi?” Aga berbalik.
“Itu sebabnya aku putuskan tukeran peran sama Vella—“
“Apa? Vella?!” potong Aga kaget.
Pernyataan terakhir ini sukses membuyarkan fokusnya.
“Maksudmu Vella yang bakal jadi snow white?” tanya Aga tanpa memberikan penekanan pada suaranya.
Noval dan Mella mengangguk bersamaan dengan senyum lebar.
Sementara Aga, masih meratapi waktu yang seakan melambat. Tubuhnya terasa begitu ringan, dan cuma ada satu fakta yang menguras logikanya.
“Itu artinya—aku bakal beradu akting sama dia?”
***
@yurriansan makasiih banyak yaaa ... ☺️
Comment on chapter FLASH BACK