Demian menuntun wanita itu hingga duduk di atas bangku. Si wanita masih memegang kepalanya, rasa sakitnya terlihat sangat parah.
“Bagaimana rasa sakitnya? Apakah kepalamu terbentur? Atau kamu merasa pusing?”
“S-sepertinya..kepalaku membentur sesuatu”
Mata Demian memperhatikan setiap sudut di kepala si wanita, mencari apakah ada benjolan atau mungkin darah, tapi tidak. Kepalanya terlihat baik-baik saja. Tapi rasa sakit yang terlihat dari wajah wanita itu mengatakan yang sebaliknya.
“Apa kamu ingat membentur sesuatu?”
“Sepertinya...aku terjatuh”
“Seluruh tubuhku juga terasa sakit” Tambah si wanita.
Demian mengerutkan dahinya. Ia berpikir beberapa saat, mungkin saja wanita ini kelelahan setelah seharian bekerja, lalu ia pingsan di suatu tempat dan membentur kepalanya, dan itu juga yang membuat badannya terasa sakit.
“Aku mau membeli air sebentar ya”
Wanita itu mengangguk.
“Tunggu disini”
Demian beranjak dari bangku dan masuk kembali ke minimarket, membeli sebotol air mineral lalu kembali lagi kepada si wanita. Ia membuka tutup botolnya dan menyodorkan minuman itu pada si wanita. Tangan si wanita meraih botol dan perlahan meneguk airnya.
“Oh, iya namaku Demian. Siapa namamu?” Demian mengulurkan tangannya.
Si wanita berhenti meneguk air, “Juli” Jawabnya sambil menjabat tangan Demian.
“Kau habis darimana?” Tanya Demian.
Juli diam sesaat, mencoba mengingat, “Mmmm...aneh, aku tidak bisa ingat”
Mendengar jawaban Juli, Demian menjadi khawatir. Pasti Juli terbentur dengan sangat keras pikirnya, sampai ia sulit mengingat.
“Sepertinya sebaiknya kita ke rumah sakit, Jul”
“Tidak, jangan! Antar aku saja pulang. Mmm...aku ingin pulang”
“Kamu yakin?”
“Iya, aku hanya ingin pulang”
Demian sedikit kebingungan dengan sikap Juli. Tapi ia tak mau ambil pusing, pikirannya sudah kacau karena diputuskan oleh Aria, sehingga ia tak mau berpikir panjang lagi dan memutuskan untuk mengantar Juli pulang lalu ia akan minum alkohol yang sudah dibelinya sepuasnya setelah itu.
“Baiklah, aku akan antar kau kesana. Masih ingat kan jalan pulang?”
Juli tertawa pelan, “Tentu saja”
“Baiklah kalau begitu, tunggu disini. Aku akan membawa mobilku kemari”
Juli mengangguk sambil tersenyum. Demian meninggalkan Juli dan berjalan sendiri menuju parkiran yang terletak di belakang minimarket. Pikirannya sekarang dipenuhi oleh Juli, gadis itu sangat misterius pikirnya, bagaimana kalau dia sebenarnya umpan untuk aksi kejahatan?
Tapi, ada sesuatu dari mata Juli yang yang membuat Demian merasa kasihan, wanita itu terlihat bingung dan tersesat. Demian pun mengusir pikiran buruknya, meyakinkan dirinya bahwa Juli memang seperti apa yang terlihat.
Di sisi lain, ia juga terpincut dengan paras Juli yang sangat cantik. Apa mungkin Juli adalah pengganti Aria? Tapi, secepat ini? Demian tersenyum sendiri seraya membuang botol minum bekas Juli.
TUNG!
Bunyinya sangat keras sampai badan Demian bergeming. Ia berhenti sejenak, kenapa bunyinya keras sekali? Tanyanya dalam hati, tapi ia tak peduli. Tangannya menekan tombol pembuka pintu mobil, Demian masuk ke dalam lalu membawa mobilnya melaju menjemput Juli.
Demian menghentikan mobilnya tepat di depan minimarket. Juli sedang duduk di kursi menunggunya, Demian tersenyum kecil melihat tingkah Juli yang menurutnya lucu. Lalu wanita itu beranjak dari kursi dan masuk ke dalam mobil.
“Sudah pakai sabuk pengaman?”
“Sudah!” Jawab Juli semangat, lagi-lagi, Demian ternseyum melihat tingkahnya.
Si penjaga toko memperhatikan mobil Demian yang terparkir didepan, lalu mobil itu pergi melaju meninggalkan minimarket. Si penjaga toko mengerutkan dahinya bingung, tapi ia tak mau peduli dan membiarkannya pergi berlalu.