Terlahir dari keluarga yang penuh dengan bisnis, bisnis, dan bisnis membuat Handi dituntut oleh keluarganya harus menjalankan semua bisnis yang dimiliki keluarganya. Dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain.
Hidup di keluarga yang berkecukupan bahkan terlalu kaya membuat dirinya tidak bahagia karena harus dibayangkan oleh TAHTA, HARTA, DAN WANITA. Membuat dirinya selalu kesepian tak ada seorang ibu di sampingnya, hanya ada seorang ibu tiri yang suatu saat bisa merabut segala harta dan tantanya jika ia melahirkan seorang anak laki-laki.
Handi sebagai anak tunggal dari keluarga Winata, demi mempertahankan beribu-ribu hartanya, ia harus menikah dengan putri rekan kerja ayahnya yang berpengaruh dengan industri baja di Indonesia. Dengan begitu hal tersebut bisa menambah-nambah pundi kekuasaan keluarga Winata.
Sampai pada akhirnya ia dipertemukan dengan keluarga Tanubrata. Keluarga Tanubrata adalah sahabat lama keluarga Winata sehingga kedua keluarga tersebut selalu menjadi rekan ketika berbisnis.
“Setelah sekian tahun, kita bertemu lagi!”
***
Flashback
Di kelilingi bunga-bunga yang indah dengan kupu-kupu bertengger di sana mengepakan sayap- sayap yang lebar dan bertabangan ke sana ke mari mencari tempat yang kosong untuk hinggap. Gadis gendut itu, termenung sendirian memikirkan sesuatu yang tak seharusnya ia pikirkan. Wajah muram itu sangat kentara jika dilihat siapa pun.
“Apakah aku seburuk itu?” ucapnya termenung.
Tanpa sengaja ada seorang anak laki-laki yang memperhatikan dirinya menggerutu seorang diri.
“Bahkan aku tak memiliki teman laki-laki untuk kuajak main. Aku memang bernasib buruk.” Ucap gadis kecil itu lagi.
“Sedang apa kau di sini?” tiba-tiba seorang anak laki-laki muncul di balik pohon rindang di sebelah kanan gadis itu berdiam.
“Siapa kau? Ada urusan kau ke sini?” ucapnya aneh karena tidak biasanya di rumahnya sendiri ada anak laki-laki yang masuk ke pekarangan rumahnya.
“Aku? Kau bertanya pada?” jawabnya polos. “Kenalkan! Aku Handi,” ucapnya mengulurkan tangan.
“Aku tak butuh namamu, pergi saja kau dari sini!” titahnya dengan suara yang cukup tinggi.
“Kau ini, galak sekali. Sudahlah, apa susahnya hanya sekedar mengobrol denganku,” ucapnya begitu santai.
“Pergilah! Aku tak ingin melihat siapa pun, termasu kau!” hardiknya tak kenal ampun.
Handi melankah maju dari tempat ia berada sebelumnya.
“Kau ini lucu sekali sebenarnya.” Handi mencubit kedua pipi gadis kecil itu.
“Apa-apaan kau ini, sangat tidak sopan padaku!” hardiknya lagi.
“Kau Nayla bukan? Putri dari Om Tanu? Tak kusangka kau segalak ini.” Ucapnya tegas.
“Mengapa kau tahu?” ucapnya dengan mengkerutkan keningnya. “Oh iya aku ingat, kau itu putranya Om Winata kan?” tukasnya lagi.
***
Suatu ketika ada seorang gadis cantik yang setiap harinya membantu keluarga angkatnya. Ia tak memiliki nama yang jelas karena keluarga angkatnya menemukan dirinya di depan pintu ketika hujan deras membasahi bumi dan keluarga itu biasa memanggilnya Venus.
Venus, yang seharusnya hidup bahagia dan berkecukupan mau tak mau bating tulang untuk membiayai keperluan diri dan keluarga angkatnya. Untung saja ia memiliki seorang kakak angkat wanita yang bekerja dengannya namun, terkadang sifat buruk kakak angkatnya berdampak tidak baik untuk dirinya. Venus selalu saja dimaki dan dihina jika Venus melakukan kesalahan sedikit pun.
***
Ketika keluarga Tanubrata mengadakan pesta pertemuan semua kolega bisnis termasuk juga keluarga Winata hadir berbondong-bondong. Tak disangka Venus merupakan penyanyi kafe yang jago nembak turut serta menghibur para kolega itu, pekerjaan yang tak memiliki gaji besar yang penting dapat memenuhi kebutuhan keluarga angkatnya.
“Aku tak bisa membunuhnya!” keluhnya dalam hati.
“Mengapa Venus? Dia sudah merebut orangtuamu, seharusnya kau yang berada di posisi itu. Selama ini kau menderita sedangkan dia? Dia bersenang-senang di atas penderitaanmu!” jelas lelaki tua yang disebut paman oleh Venus.
“Aku? Aku tak tega menembaknya, dia adalah kakak sepupuku!” penuh dengan keraguan.
“Jika kau tak melakukannya, kau bukanlah keponakanu yang bisa kubanggakan. Ingat Venus dia yang membuatmu menderita!” tegasnya kembali.
“Baiklah, aku akan menuruti perintahmu.” Ucapnya sedih sebelum berangkat menuju acara tersebut.
Sudah saatnya Venus memulai bernyanyi, lagu pembuka yang semua orang sudah tahu, yaitu I’m Yours milik Jason Mraz. Di tengah-tengah pesta Venus mengeluarkan pistol kecil yang sudah di arahkan tepat pada perut kakak sepupunya itu yang berada di depan panggung. Ketika mulai menembak, di balik tubuh Venus ada seorang pria yang terus saja memperhatikan dirinya. Tak sedikit pun berpaling.
“Kau mau apakan calon tunanganku?” dengan suara berbisik di telinga Venus ucap pria itu tiba-tiba memegang tangan yang berpistol itu.
Mungkin orang-orang yang ada di hadapan mereka berpikir bahwa pria itu hanya ingin bernyanyi dengannya.
“Dor...” pistol yang berukuran kecil ini berisikan peluru yang mematikan mengenai tangan Venus sendiri. Suara pistol itu tidak terlalu terdengar, mungkin hanya terdengar oleh Venus dan pria itu. Handi.
Sontak, diri Venus tergoncang akan kehadiran dirinya. Venus merasakan sakit yang berkepedihan tapi ia bisa releks di atas panggung dengan menahan sakitya itu. Setelah lagu yang dibawakannya selesai, Venus langsung turun panggung begitu juga dengan Handi. ia bergegas lari menuju kamar kecil dan membersihkan lukanya.
Handi mengikut kemana perginya gadis itu, ia mencari-cari gadis itu sampai terdengar suara rintihan. Handi sudah pasti mengetahui bahwa yang merintih adalah gadis itu.
“Ternyata kau di sini?” ucap Handi dengan memasang wajah gaharnya.
“Aku... aku...” ucap Venus gelagapan.
“Apa maksudmu seperti itu? Tindakan bodoh!” Handi merendahkan dirinya.
“Aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja,” ucap Venus menggantung dengan memperbaiki posisi dirinya.
Kini ia berada tepat di depan Handi, sang pengusaha muda itu.
“Hanya apa? Kau hampir saja membunuhnya !”, cercanya.
“Ada alasan tersendiri aku ingin membunuhnya, tetapi tak harus setiap orang tahu mengapa aku seperti itu. Terima kasih kau telah menyelamatkanku dari perbuatan keji itu.” Ucapnya mempertegas apa yang terjadi.
Yap, benar saja. Ucapan gadis itu benar tak semua orang harus mengetahui kenapa orang itu bertindak yang tak terduga. Venus berjalan pergi dari ruangan itu, tetapi tangannya ada yang menahan. Siapa lagi kalo bukan Handi.
“Tunggu!” ucap Handi yang melihat darah yang bercucuran dari tangan Venus.
“Kenapa? Kau akan melaporkanku kepada polisi?” tantang Venus.
Handi mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan mengusap darah yang mengalir di tangan Venus.
“Ini berbahaya jika dibiarkan, tunggu sebentar aku akan mengambil kota P3K dulu! Tetap di sini dan jangan ke mana-mana!” titahnya.
“Apakah aku jatuh cinta padamu? Apakah kau ingat pertemuan kita untuk kedua kalinya di kafe waktu itu? Dari sanalah aku mulai menyukaimu tapi kau adalah tunangan kakak sepupuku,” ucap Venus dalam hati sambil bersandar di depan pintu dengan memejamkan matanya.
“Kau kenapa? Lelah?” tanya Handi yang membawa kotak P3K.
“Tak apa, aku hanya sedang berpikir tentang kejadian tadi,” jelasnya.
Handi hanya memperhatikan wajah pucat Venus yang banyak mengeluarkan darah itu. Dengan lembutnya Handi mengobati luka Venus, ia begitu baik pada Venus tetapi Venus terus saja memperhatikan wajah tampan Handi.
“Pergilah, dan jangan pernah bertemu lagi denganku!” Handi setelah selesai mengobati luka Venus.
“Aku tidak akan pergi. Jadikanlah aku bodyguard yang setia melayanimu aku mohon?” pintanya.
“Ha...ha... aku tak butuh. Bisa apa sih seorang wanita seperti mu?”, remehnya.
“Aku pandai menembak, bela diri, aku bisa melindungimu dari orang-orang jahat,” jelasnya menyakinan.
“Aku sudah banyak bodyguard, jadi untuk apa dirimu melindungiku?”.
“Aku mohon padamu biarkan aku menjadi bodyguard-mu agar aku bisa menjadi penembak sejati karena bukan hanya pria saja yang bisa seperti itu, tapi aku seorang wanita juga bisa melakukan itu.”
“Sepertinya gadis ini sungguh-sungguh, lagi pula aku butuh bodyguard untuk melindungiku dari ibu tiriku. Bisa saja, dia akan membunuhku kapan saja dan di mana saja,” ucap Handi dalam hati.
Setelah berpikir lama Handi menyetujuinya. Mulai besok, Venus sudah bisa bekerja menjadi body guard Handi.
“Siapa namamu?” tanya Handi.
“Venus. Kau?” tanya balik Venus.
Handi merasa nama itu sudah tak asing di telinganya.
“Handi.”
“Apakah kau Venus yang dulu pernah menyanyi di pesta ulang tahunku ketika usiaku 10 tahun bukan? Di mana kau bilang padaku kau akan bisa menjadi orang yang terkaya melebihiku?” ucapnya sambil mengingat-ingat kejadian 12 tahun lalu.
Ya ampun Handi mengingat kejadian itu.
bagus ceritanya kak nani, jika berkenan tolong Like ceritaku juga ya https://tinlit.com/read-story/1436/2575
terima kasih , smoga sukses selalu :)