Read More >>"> BATAM HAIL BASKETBALL (CHAPTER 6: BATAM CENTER HAIL BASKETBALL [Hot Chapt) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - BATAM HAIL BASKETBALL
MENU
About Us  

CHAPTER 6: BATAM CENTER HAIL BASKETBALL


Alter, Ribka, juga Trea dan lima anggota penyelamat saling tengadah ke langit Batam Center. Di atas, sebuah awak pesawat cargo Dreamlifter warna hitam melintas dalam jangkauan penglihatan mereka, menjatuhkan beberapa... mungkin puluhan benda bulat dari pintu cargo bagian samping. Tentu serbuan benda bulat itu jatuh di antara tempat mereka berdiri selain yang jatuh ke jalanan.

"Bola basket!?" Alter tahu itu sambil berusaha supaya kepalanya tidak kejatuhan.

Ribka melindungi Trea dengan punggungnya sambil memejam-mejam takut tertimpa.

"APA MAKSUDNYA INI!?" amarah Mursar mulai tersulut.

"Jendral!" suara dari device itu, Mursar memedulikannya. "Kuncinya ada di dalam satu," sambil berisyarat dengan telunjuk. "Di antara dua juta bola basket yang saya jatuhkan dari langit. Saya akan aktifkan mode pencarian di device. Tapi hati-hati! Seratus bola di antaranya bisa meledak. Kalian juga harus cepat. Dan ingat hari ini! Batam Center Hail Basketball," Arex akhiri panggilan. Lalu mode radar warna biru pada layar device diaktifkan. Hanya ada satu titik hijau yang diketahui radar itu.

"Jendral, pesawat pembawa bola basket diketahui ada empat. Satu di utara arah Sei Panas,  satu di barat laut arah Nagoya, satu di timur laut arah Coastarina, selain yang satu barusan di atas kepala kita," lapor salah satu anggota.

"Dikonfirmasi. Sepertinya device ini bilang kuncinya ada di arah Nagoya. Kuncinya ada di dalam satu," menirukan Arex berisyarat. "Di antara hujan dua juta bola basket. Kita harus cepat temukan. Tapi hati-hati! Seratus bola di antaranya adalah bom!" lalu Mursar menggunakan earphone ke mode komunikasi. "Kilo Bravo Tiga! Kirim squard B dan C ke 019!"  Lalu melihat ke Ribka dan Trea yang... mengharukan.

*

Setelah mengurus beberapa hal dengan cepat, masih di tempat yang sama Trea dilindungi dalam struktur seukuran tenda yang bahan, tekstur dan desainnya tidak familiar Alter lihat. Tidak masalah selama Trea dan Ribka aman di dalam situ. Mengatasi phobianya terhadap ketinggian, Alter beranikan diri dengan berlutut saat melihat situasi di bawah karena pesawat cargo sialan masih perlu waktu untuk kembali melintas di atas kepalanya. Sudah terjadi traffic accident di bawahnya, beberapa orang terlihat dikerumuni jumlah orang yang lebih banyak. Jalan Raja Alikelana sedang dalam kemacetan. Alter perhatikan sekeliling yang bisa dijangkau penglihatannya. 

Dia perhatian pemandangan di Batam Center sekarang, satu-satunya hujan yang bisa kembali ke atas setelah turun. Begitu seterusnya selama bola-bola itu masih memiliki gaya tolak. Satu suara ledakan dari arah Nagoya mulai terdengar, di susul suara ledakan lain dengan periode yang tidak tentu. Dari arah Sei Panas juga mulai terdengar, Alter tinjau ke arah sumber ledakannya,  salah satu gedung yang tinggi -sepertinya apartemen- terlihat runtuh setengah bagian atasnya, seperti patah dan segera terbalik. Masalah yang lebih besar kalau menimpa yang ada di bawahnya. Ledakan dari arah Coastarina baru dimulai, cukup keras terdengar seperti gemuruh karena tidak jauh dari Akemi.

Penglihatan Alter mencari keberadaan Dreamlifter yang bertugas di seputaran posisinya. Dia lihat, dengan kecepatan itu akan melintasi atas kepalanya sebentar lagi, karena itu Alter buru-buru menjauh dari tepian atap menuju tempat perlindungan Trea dan Ribka. Lagipula nyali Alter tidak sebanding dengan empat anggota penyelamat yang tetap gagah bersiaga meski Jendral Mursar Hagean tidak lagi di tempat -selain tidak takut kepala kejatuhan bola basket atau ada yang akan meledak membunuh mereka. Bukan itu yang mereka takutkan. Tapi setelahnya, mereka bertujuh terkaget sampai Ribka berteriak saat datang suara ledakan dan gemuruh yang menghampiri pendengaran mereka yang tidak tertahankan, masing-masing melindungi telinga dengan tangannya. Segera mereka sadari getaran yang dialami atap itu sampai mengganggu keseimbangan posisi masing-masing, durasinya membuat setiap hati mereka khawatir, takut kalau hotel itu akan runtuh.

"Bahaya, kita turun!" seru salah seorang anggota penyelamat.

"Trea enggak bisa lakukan," jawab Alter.

"Mungkin akan ada waktu bangunan ini terbalik."

"Saya akan terbalik bersama mereka berdua," Alter bersiteguh.

"Bukan ide yang bagus."

Pengaruh ledakan mereka ketahui berhenti. Segera terjadi lagi dari arah lain yang sama dekatnya dengan daya pengaruh seperti tadi.

"Ayo, kita turun! Kami tidak bisa tinggalkan kalian."

"Bawa Trea turun!" desak Alter.

"Syukurlah kalian baik-baik saja."

"Jendral!?" anggota ketahui Jendralnya kembali.

"Sudah dapat kuncinya, Pak?" tanya Alter.

"Belum, kuncinya mengarah ke sini. Berapa menit lagi tersisa?"

Ribka lihat dari belakang Trea. "Sembilan ke delapan."

"Trea, regu armstrong akan bantu kamu turun." Sepertinya yang dimaksud Jendral Mursar adalah yang datang di belakangnya, empat orang pria berbadan pegulat -Alter teringat Art Richer.
 
Pertama regu armstrong singkirkan konstruksi pelindung supaya segenap potensi otot mereka leluasa beraksi mengangkat empat beban pemberat dari segel Trea. Harus dihargai satu menit yang armstrong ambil untuk bertindak.

"Perlu tenaga kuda nil, kah?" desak Mursar melihat empat kekuatan armstrong tidak berhasil menaikkan pemberat lebih tinggi dari lutut mereka. "Apa lagi yang kita perlukan?"

"Jendral! Pinjam device-nya sebentar," pinta Ribka.

"Kenapa?"

"Mengakhiri ini."

"Terserah, kalau memang bisa," Mursar berikan device yang beroperasi dalam mode radar itu.

"AREEEX! TOLONG HENTIKAAAN! UDAH CUKUP! HENTIKAN! HENTIKAN DEMI AKU!" sekeras mungkin Ribka masukkan ucapannya ke device. "Please!" Lalu sambil tersedu. "Abang, please! Ini permintaan aku! Abang, tolong dengar aku!" Jadi bertambah dorongan tangisnya. "Buktiin kalau abang enggak mau bikin aku ngerasain kehilangan lagi!"

Selesai Ribka lakukan itu, mungkin memang ada kaitannya dengan ledakan yang mulai berhenti terjadi meski hujan bola basket biasa masih, seperti yang mereka sadari -kecuali armstrong yang masih berisik bersemangat berusaha mengangkat empat pemberat- saat meninjau sekeliling.

"Mengejutkan! Ternyata merengek bisa menyelesaikan masalah," komentar Mursar. "Itu baru anak muda." Mursar ambil kembali device. "Arex, dengar adik kamu! Ingat, demi dia!" Lalu menatap Ribka, "Saya kira dia dengar. Kalian berdua kasih semangat armstrong dan bantu doa, kunci segera kami dapatkan," lalu Mursar memimpin timnya turun meninggalkan lokasi.

"Sekarang mau doa apa?" tanya Alter ke Ribka. "Atau kamu bisa yel-yel?"

Segera mereka berdua dengar bunyi getaran, getaran kecil. Sumbernya dari saku kanan celana jeans Ribka, dia lihat smartphone-nya membuat sebuah pilihan konfirmasi, lalu dia pilih 'terima'. Setelah proses instalasi yang cepat, layar smartphone Ribka menjalankan sebuah tampilan persis dengan radar dalam device yang dibawa Mursar.

"Apa artinya ini, Ribka?" seperti yang Alter ketahui.

"Kemungkinan," menurut Ribka. "Makasih, Abang!" gumamnya.

"Jadi siapa yang mau doa sama yel-yel?" segera Alter keluarkan smartphone-nya. "Split screen!"

Seperti yang Alter minta, Ribka lakukan.

*

Karena hanya Mursar yang pegang device, keempat anggotanya hanya -secara meraba-raba tanpa tahu tanda yang pasti- menangkap mau pun mengambil bola-bola yang berjatuhan dari langit dan yang melesat bebas dengan acak menyilangi lalu-lalang orang-orang yang ketakukan, bangunan-bangunan setempat, kendaraan yang berhenti mau pun yang melintas di jalanan kota.
"Bukan... Bukan juga... Bukan," saat Mursar nyatakan status kecocokan antara indikasi dengan bola yang asli. "Maju lagi ke depan!" Lalu pada device melihat indikasi titik hijau tiba-tiba menjauhi titik tengah dalam radar. Sampai di perempatan itu, "Ke kanan! Terus, lima puluh meter!"

Sesampainya Mursar di lokasi yang diketahui, tidak hanya timnya -dia pikir- yang sedang sibuk genting berurusan dengan hujan bola basket. "Memangnya kalian bisa cari tahu?" tanya Mursar saat mendapati Alter dan Ribka di tempat.

"Saya lakukan sambil doa, Pak," jawab Alter sambil menunjukkan apa yang smartphonenya jalankan, membuat Ribka menirukannya.

Mereka bergerak dari tempat itu mengikuti ke arah mana indikasinya berpindah. 

"Gimana bisa!?" Mursar bengong, belum mengerti itu bagaimana.

Di tempat yang diketahui, "Akhirnya kamu berhasil amankan tawanan, ya kan?" tanya Mursar ke salah seorang armstrong yang dia jumpai.

"Iya, Pak dengan konstruksi pelindung." Lalu menunjukkan apa yang dijalankan smartphone-nya.

"Okay. Saya suka inisiatifmu. Terus mencari!" kata Mursar sambil tidak menyembunyikan keheranan.

"Laksanakan, Jendral!"

Lalu Mursar segera menyadari, "Gimana dia juga bisa!?" Sepertinya Mursar terpancing, dia keluarkan smartphone-nya sendiri. Ya, hanya tampilan fotonya bersama istri dan anak saat di pantai yang dijadikan wallpaper. "Ya, terserah!"

Bukan pencarian yang mudah, seperti mencari seorang kenalan dari sosmed di antara kerumunan penonton BlackPink waktu konser. Meski titik indikasi warna hijau diketahui dalam sekitar jangkauan titik tengah radar, tidak ada petunjuk yang lebih pasti dari itu yang bisa menentukan keberadaan satu bola yang dicari. Lagipula setiap kepala juga perlu waspada kalau tidak ingin terkena hantaman bolanya dari atas mau pun dari arah yang tidak diduga.

"Apa harus semua bola!?" kesal Alter di posisi dia mencari yang mulai terpisah dari Ribka.
 
"Harusnya di sini!" kata Ribka yang berpikir kalau dia sudah berada di posisi yang seharusnya,  sambil membuat kepalanya untuk terus menghindar kesekian kali supaya tidak dihantam hujan bola basket seperti lalu-lalang kendaraan mau pun yang berhenti di jalan sekitarnya.
 
Ouh!? Sayangnya tidak kali ini saat Ribka lengah mengatasi titik butanya, saat bola dari arah kiri -tentu saja dengan kecepatan tinggi- berhasil mengenai pelipis kiri, jadi saking kerasnya sampai Ribka terhuyung jatuh. Bersimpuh, kepalanya dipenuhi sensasi akibat hantaman sampai pandangannya kabur. 

"Ya, Tuhan!" Mungkin Ribka syok sekarang, tangan kirinya sambil memegangi pelipis yang sakit. "Ergh!"

Laksa bintik-bintik abu-abu gelap mulai pudar. Ribka pikir pandangannya perlahan memullih. Mulai dia lihat kembali gambaran asli tempat dia berada, lalu sempat melihat ke smartphone di dekatnya yang terlepas dari genggaman. Belum sempat dia ambil, malah satu lagi bola sialan menghantam persis ke layar! 

"My God!?"

Sehingga bola memantul kembali naik yang sempat pandangan Ribka ikuti.

"Hujan tuh netes dong bukan hantam!" kesal Ribka seakan bola itu bisa mengerti dan segera minta maaf.

Ribka perhatikan kembali smartphonenya. Tidak apa-apa, sepertinya Ribka pernah belikan screen-glass yang kuat, selain itu semakin dia perhatikan maksud dari tulisan 'kunci ditemukan' warna hijau dalam textbox sewarna yang menutupi bagian tengah radar. Jadi, Ribka cukup terkesima. Dia alihkan lagi pandangannya ke arah bola sialan tadi, tepat ke satu bola dia tengadah perhatikan object yang pandangannya kunci sedang terjun ke posisinya.

"Argh!?" Ribka lihat rute bolanya dialihkan oleh bola yang lain saat saling benturan di udara. Jadi dia mengejarnya ke seberang jalan, sampai hampir dibawa jatuh seorang pengendara yang sepertinya lebih dulu jatuh dan saling terpelanting dengan motornya. Ribka pikir tidak punya waktu untuk menolongnya, baik, dia juga sedang berusaha menolong temannya. 

*

Di area jalan Alter berada sekarang, di antara yang turun dari langit sepertinya lebih banyak bola yang melesat lebih rendah secara acak karena memantul dari sisi dinding gedung.

Alter pikir, begini akan lebih sulit mengenali dan menangkap satu bola yang menyamarkan keberadaannya dengan cara yang mengesalkan. Antara melihat sejenak ke radar dan memperhatikan arah datangnya serangan bola cukup menyusahkan. Bahkan bunyi nyaring persis di sebelah Alter barusan, pecahan kaca dari atas hampir benar-benar akan mencelakainya.

"Astaughfirullah!"

Akibat liarnya hantaman bola-bola yang saling menyilang di antara yang jatuh, pecahan-pecahan kaca berikutnya dari bangunan sekitar mulai terjadi -membahayakan beberapa orang yang ada di bawah, juga bisa mengenai beberapa mobil, truk tanki, truk trailer dan pengendara motor. Sebaiknya Alter segera menepi di salah satu enterance lapak atau stan terdekat, tapi malah beralih ke tengah jalan raya di antara kendaraan yang berusaha berlalu dengan pelan. Alter pikir tidak ada waktu untuk berlindung sejenak dan kemacetan di jalan itu terjadi bukan karena kepadatan kendaraan, justru sedikitnya kendaraan dimacetkan hujan bola sialan.

Sambil kesana-kemari Alter menggapai bola yang sempat melesat di sekitarnya. Sebenarnya pilihan itu masih cukup berbahaya untuknya, kelincahannya dimainkan untuk menghindari hantaman-hantaman bola dari atas, samping, depan, belakang dan arah diagonal yang hampir sulit diprediksi.

"Alter!" Dari lawan arah Alter sebelum ke area berbahaya itu Ribka memanggil.

"Ribka!?"

"Perlu bantuan?" tanya Ribka sambil berusaha menggapai bola-bola yang melesat di dekatnya.
Alter perhatikan, sepertinya Ribka yang perlu bantuan! Segera Alter sadari noda merah yang ada pada pelipis sampai pipi kanan,  lengan kanan dan -sempat Alter lihat- sekitar punggung Ribka di antara bajunya warna putih. Alter pikir, sepertinya... 

Segera Ribka terhuyung jatuh akibat satu serangan bola dari arah diagonal yang tidak dia prediksi menghantam bagian punggunggnya yang terluka. Secara bawah sadar Alter hampiri Ribka yang bersimpuh.

"Ribka!" Alter perhatikan beberapa luka padanya. Serpihan kaca, Alter pikir penyebabnya, lalu dia usap darah yang ada di pipi kanan Ribka.

"Aku enggak apa-apa, Alter. Cari kuncinya!" katanya sambil berusaha tidak terpengaruh sensasi dari lukanya.

Setelahnya, Alter refleks bereaksi! Tangan kanannya mencengkram, menghentikan laju satu bola yang mengarah ke belakang kepala Ribka. Kemudian Alter lihat, salah satu sisi bola itu terdapat noda merah darah. Segera Alter dekatkan ke atas layar hapenya, lalu muncul tulisan 'kunci ditemukan' warna hijau dalam textbox sewarna yang menutupi bagian tengah radar, mengejutkan Alter.

"Sekarang udah kamu dapat. Cepat bawa ke Trea!" Ribka pinta.

Alter keluarkan sebilah pisau,  tanpa ragu menusuk lalu membelah bola itu. Di dalamnya dia keluarkan sebuah benda elektronik seperti dan seukuran flourescent (biasa untuk membuat terang dan berwarna suatu tulisan) atau Cocobar (sebungkus cokelat batang) ukuran paling kecil yang paling murah. 

"Ayo!" Alter bantu Ribka berdiri.

"Duluan! Cepat datangin Trea! Enggak ada waktu bantu aku!" desak Ribka. "Cepat!"

"Maafin aku, Ribka!" Alter mengerti, lalu segera pergi dari tempat itu juga meninggalkan Ribka.

Tidak tahu berapa waktu lagi tersisa yang Trea punya, Alter hanya perlu membawa dirinya secepat mungkin sambil menghindari hujan dan pantulan bola-bola yang belum berhenti, menuju atap hotel Akemi. Bagus, liftnya belum dilarang dipakai naik. Tidak ada waktu dan cukup stamina lewat tangga. Sambil berdoa supaya punya cukup waktu membebaskan Trea dari puncak kekacauan pusat kota ini. Baik, tangga terakhir -menuju atap- itu masih utuh, seharusnya atap juga.

"Trea!" Alter telah sampai di hadapan Trea yang menunjukkan raut ketakutan, khawatir, gelisah, syok dan depresi, lebih tebal dari semenjak dia ditinggal. 

Alter beralih ke belakang Trea. Pada segel utama yang mengunci kedua tangan Trea, dia lihat sebuah slot yang pola ruangnya seperti punya kecocokan dengan bentuk satu benda yang dia, Ribka, regu penyelamat dan armstrong cari-cari dengan susah payah di jalanan kota. Tersisa tiga puluh detik menuju habis. Alter yakin tidak memegang kuncinya terbalik, segera dia pasangkan ke slot. Tepat, sesuatu yang segel itu punya sedang bekerja untuk membuka setiap ikatan.

"Fuque!? Countdown enggak ter-pause!?" Alter mengerti, ternyata kuncinya hanya dibuat untuk membuka segel, tidak termasuk menghentikan hitungan mundur larutan peledak. Alter pisahkan setiap segel dari diri Trea. "Ayo kita turun!" Segera Alter bawa Trea bersamanya untuk sebisa mungkin menjauh dari lima belas detik tersisa sebelum habis.

Tentu upaya mereka berdua adalah sebuah pertaruhan. Situasi itu benar-benar genting dan sangat membahayakan. Alter pikir, sudah sejauh ini, tidak boleh sia-sia!

Setiap orang di sekitar hotel Akemi yang ada di jalanan kota, di dalam kendaraan masing-masing dan yang masih ada dalam bangunan-bangunan terdekat bisa mereka dengar... satu gelegar ledakan kuat dari hotel itu, yang juga Ribka, tim penyelamat dan Armstrong lihat apa yang ledakan besar barusan buat sampai memecah-belah bagian teratasnya di antara gumpalan api merah gelap. Beberapa keping pecahan dari bagian dinding teratas Akemi tepelanting di udara, dikhawatirkan akan menimpa apa yang ada di tempat pendaratannya.

Ribka, Mursar, tim penyelamat dan Armstrong dibuat tercengang oleh karena itu. Yang benar saja!? Orang-orang yang selamat dan nyaris celaka menjadi histeris dan panik berlarian saat keping pecahan dinding Akemi memakan korban, tanaman, pohon kota dan kendaraan di dekat mereka. Bahkan satu unit truk tanki pengangkut bahan bakar meledak di tempat -di jalan raya- saat tidak bisa menghindari timpaan kepingan itu.

"Alter! Trea!" panggil Ribka pelan, dia sedang terguncang, membiarkan dirinya berlutut secara bawah sadar.

Raut Mursar bertambah tegang. "Squard A! Armstrong! Segera menuju lokasi, jemput sandera!"

*

Panas, berasap, berdebu dan memberatkan pernapasan, seseorang dibuat batuk karena itu saat membangunkan dirinya dari balik kepingan benda yang datar permukaannya dan bernoda hitam.

 "Trea!" dia mulai memanggil dan memindai sekitarnya. Pandangannya sedikit dikaburkan asap kehitaman yang tebal. Lalu tengadah, dia bisa lihat langit secara langsung di antara asap yang mengepul di atasnya. "Trea!" Alter terus memanggil dan mencari di antara kepingan atap dan karpet lantai. Kemudian, Alter merasa menemukannya! Tapi... 

"Trea!?" Alter tampak berubah panik.  Tentu saja hatinya sangat terguncang mengetahui Trea telentang tertimpa kepingan atap, yang kedua tangan Alter tidak mampu singkirkan dari badan perempuan itu. Alter sudah berusaha, dia perlu lebih dari dua tangan. "Trea! Bangun, Trea!" Alter guncang wajah Trea, siapa tahu akan membangunkannya. Hati Alter merasa miris melihat darah yang keluar dari mulut dan hidung Trea,  bahkan tidak bisa untuk tidak menangisi, sambil jemari Alter usap darah itu dari bibir Trea.

"Please! Trea, bangun! Trea, aku mohon!"

Tim penyelamat dan Armstrong tiba di tempat. Mereka mengetahui bagian akhirnya, dan mereka yang menyelesaikan sisanya.


[Bersambung ke CHAPTER 7: FORBIDDEN MOST WANTED] 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (10)
  • Ardhio_Prantoko

    @CandraSenja ehm, ternyata mengganggu dan tidak match ya. Makasih, tanggapannya. Aku perbaiki

    Comment on chapter BLURB
  • CandraSenja

    Heem. Saya kok agak terganggu dengan bahasa dialognya, ya. Menurut saya kurang masuk dengan WS narasinya. Karena, menurut saya, bahasa lo gue dan mix B Ing itu cocoknya untuk novel teenlit dg badboy2 atau marie suenya. Pendapat saya ini mah ya.

    Comment on chapter BLURB
  • Gladistia

    @Ardhio_Prantoko Siap Dhio ^^
    Semangat terusss....

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Chaelma

    @ShiYiCha iyup betul banget Jess..

    Comment on chapter BLURB
  • Chaelma

    Deg2an tegang bacanya hehee, 😄

    Comment on chapter BLURB
  • Ardhio_Prantoko

    @Gladistia tunggu last chapter ya, Glad 😊. Makasih suportnya. Suport buat kamu juga!

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Gladistia

    Ngaduk2 emosi ya, Dhio. Ceritanya bikin nagih, lanjut lagi yaaa. Semangka ^^

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Gladistia

    Halo kak, ceritanya seru. Padahal aku baru baca sebagian. Nagih buat baca next-nya ini mah...
    Nanti aku lanjut baca dan nunggu next-nya....
    Semangat dan sukses terus ya kak. ^^

    Comment on chapter CHAPTER 6: BATAM CENTER HAIL BASKETBALL [Hot Chapt
  • Ardhio_Prantoko

    @ShiYiCha makasih Jessie. Sebenernya udah italic di ms. Word pas dicopy jadi normal 😁
    Iya, soal beberapa model dialog tag belum begitu mendalami.

    Comment on chapter CAHPTER1: GO GET IT
  • ShiYiCha

    Ceritanya seru. I love it😍. Cuma ada dikit krisar. Kalo pake istilah asing/bahasa Inggris aturan biasanya itu di-italic. Terus beberapa penggunaan tanda baca di dialog tag dan dialog aksi ada yang salah. But, so far ini seru, kok. Semangat lanjutin, yaa Kak

    Comment on chapter CAHPTER1: GO GET IT
Similar Tags
SURAT CINTA KASIH
542      389     6     
Short Story
Kisah ini menceritakan bahwa hak kita adalah mencintai, bukan memiliki
The Wire
8967      1837     3     
Fantasy
Vampire, witch, werewolf, dan guardian, keempat kaun hidup sebagai bayangan di antara manusia. Para guardian mengisi peran sebagai penjaga keseimbangan dunia. Hingga lahir anak yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan hidup dan mati. Mereka menyebutnya-THE WIRE
SUN DARK
369      229     1     
Short Story
Baca aja, tarik kesimpulan kalian sendiri, biar lebih asik hehe
Anata no sonzai
2823      825     2     
Romance
Hidup Yomaguchi Rin semakin berwarna karena kehadiran sosok Ishikawa Jiro. Begitu juga sebaliknya. Mereka saling memberi warna di bumi Sakura yang indah. "Aku selalu di sini. Jadi, jangan berniat pergi kalau kau masih ingin melihat senyumku." Yomaguchi Rin "Senyum mu sudah menjadi candu untukku. Jadi, jangan hilangkan senyum itu dari wajahmu. Aku tidak menyukainya." Is...
Rain Murder
1312      550     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Dieb der Demokratie
16906      1974     16     
Action
"Keadilan dan kebebasan, merupakan panji-panji dari para rakyat dalam menuntut keadilan. Kaum Monarki elit yang semakin berkuasa kian menginjak-injak rakyat, membuat rakyat melawan kaum monarki dengan berbagai cara, mulai dari pergerakkan massa, hingga pembangunan partai oposisi. Kisah ini, dimulai dari suara tuntutan hati rakyat, yang dibalas dengan tangan dingin dari monarki. Aku tak tahu...
UnMate
939      539     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
From Ace Heart Soul
547      323     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
Triangle of feeling
435      308     0     
Short Story
Triangle of feeling sebuah cerpen yang berisi tentangperjuangan Rheac untuk mrwujudkan mimpinya.
The Adventure of KANDINI
12574      2443     5     
Fantasy
Kandini adalah pejuang wanita yang banyak mengalami pengalaman yang sangat mengagumkan. Ikuti petualangannya ya!!!