Read More >>"> IKRAR (BAB 21: Pernikahan yang Sesungguhnya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - IKRAR
MENU
About Us  

“Nikah muda itu tak seindah yang kita lihat di social media.”

Moira membenarkan dalam hati, sebagaimana dirinya yang menikah diusia awal 20an yang bisa dibilang muda untuk ukuran perempuan di zaman ini. Pernikahannya yang berjalan hampir 3 bulan ini tidaklah mudah ia jalani.

Setiap hari Jum’at, ketika para lelaki melakukan shalat Jum’at maka para perempuan yang tergabung dalam FKDK kampus akan berkumpul untuk melakukan kajian. Biasanya kajian dibuka dengan menceritakan proses hijrah salah satu jamaah yang berkenan untuk bercerita, seperti yang tengah dilakukan kakak tingkat Moira sekarang.

“Saya memutuskan menikah kala usia saya belum genap 20 tahun. Apa motivasi saya?” Kakak tingkat itu mengedarkan pandangannya pada jamaah yang duduk dengan membuat lingkaran kecil. “Slogan nikah muda yang saya dapati pada social media. Pikir saya waktu itu enak ya pacaran tapi dapat pahala.”

Moira tersenyum, dalam hati ia berkata bahwasanya tak demikian. Setidaknya sebelum Ibram menentukan pilihannya.

“Lalu, demi wujudkan nikah muda yang diberkahi Allah seperti yang ada di social media, saya putuskan untuk memperbaiki diri, istilahnya sekarang adalah hijrah.  Saya mulai pakai kerudung, pakai gamis, shalat tepat waktu, perbanyak hafalan Qur’an, dan sebagainya. Kemudian, saya mulai rajin posting tentang kebaikan, tentang ibadah, tentang larangan pacaran, pokoknya tentang jomblo fisabilillah.”

Kemudian terdengar suara tawa dari para jamaah yang tengah menyimak. Memang sebutan itu tidak salah, islam memang agama dinamis yang mana dapat menyesuaikan dengan zaman. Seperti sebutan jomblo fisabilillah itu contohnya.

“Lalu, pada suatu sore saya ingat betul, ada seorang akhi yang DM saya mengajak kenalan. Panggilan kami akhi dan ukhti waktu itu.”

“Ciee,” koor semua jamaah yang menangkap bahwa ada sesuatu di sana.

Kakak tingkat itu terlihat tersenyum malu. “Setelah kurang lebih 1 bulan berkenalan di social media akhirnya kami putuskan untuk bertemu. Kami bertemu di rumah saya tentunya. Setelah itu dia merasa condong kepada saya, begitupun dengan saya ke dia. Akhirnya kami putuskan untuk ta’aruf selama 3 bulan, dan hanya bertemu 3 kali. Percaya tidak?” tanyanya kepada jamaah.

Moira satu-satunya yang mengangguk. Tentu saja, sebab dirinya dan Ibram pun demikian. Sedang sisanya merasa tidak percaya, bagaimana bisa hubungan yang berawal dari social media dan hanya bertemu 3 kali dapat memantapkan hati.

“Sama saya juga tidak percaya,” katanya. “Tetapi pada saat itu saya sangat yakin bahwasanya saya tengah menjemput jodoh saya dengan cara baik. Maka saya bukan sedang membeli kucing dalam karung.” Kakak tingkat Moira meyakinan bahwa ta’aruf bukanlah sesuatu hal yang seperti orang kebanyakan pikirkan.

“Pernikahan pun terjadi. Betapa hati bahagia Allah telah wujudkan apa yang saya bisikan pada bumi ketika sujud. Selama 1 bulan saya rasakan indahnya pernikahan. Namun, setelah itu….” Kakak tingkat itu menjeda ucapannya seperti ada yang mengganjal dalam tenggorokannya. “Pernikahan yang mulanya baik-baik saja tiba-tiba berubah 360 derajat. Orang yang mengikat saya dulu yang mulanya terbangkan saya ke langit ke tujuh, tiba-tiba jatuhkan saya ke jurang paling dalam.

“Dia berubah, jadi kasar,” ujarnya dengan kepedihan yang tak dapat disembunyikan. “Dia sering marah-marah, tak sabaran, dan ibadah pun sesuka dia. Mulanya saya bersabar, berpikir mungkin ini cobaan pernikahan. Tetapi, kok lama kelamaan makin parah. Saya jadi tidak kuat, dan putuskan untuk mengakhiri pernikahan ini. Ada hal yang sangat fatal yang dia perbuat ke saya, tapi takkan saya ceritakan bagian itu.

“Saat itu saya merasa seperti ‘kok begini ya Allah’ tak terima apa yang ditakdirkan ke saya. Saya sampai bilang salah saya apa hingga Allah uji saya dengan cara demikian.”

Na’udzubillahi min dzalik, Moira berbisik dalam hati. Jangan sampai dirinya dapat berpikir demikian kala Allah tengah mengujinya.

“Kemudian, saya cerita ke sahabat saya yang ilmu agamanya boleh dikatakan sudah bagus. Beliau berucap begini ‘Bisa jadi yang Allah timpakan kepada kamu bukanlah cobaan, melainkan teguran karena niatmu yang tidak lurus.’ Saya tertegun.” Suaranya mulai bergetar, berbeda dengan sebelumnya yang terdengar semangat walau ada kepedihan dibaliknya.

“Kalimat sederhana itu mampu sadarkan saya. Lalu, saya merenung dan dapatkan jawaban. Oh, ternyata niat saya dari awal sudah salah. Hijrah saya tak diniatkan karena Allah. Saya berpura-pura baik, hingga Allah pertemukan dengan yang demikian.

“Bukan, bukan, bukan karena dia tidak baik untuk saya maupun sebaliknya, tetapi karena memang kita tidak jodoh. Lucu ya sudah menikah pun masih bilang tidak jodoh,” selorohnya diakhir kalimat.

“Itulah indahnya scenario Allah. Di sini saya bukan bermaksud mendoktrin kalian untuk jangan menikah muda. Tidak. Saya hanya ingin sampaikan bahwasanya segala sesuatu tergantung niat. Jika niatmu baik maka kebaikan yang akan datang, pun sebaliknya.

“Menikahlah ketika siap, ketika niatmu semata-mata untuk beribadah kepada Allah, bukan beribadah untuk semata-mata dapatkan jodoh terbaik. Maka, luruskanlah niat. Allah itu pencemburu, ia cemburu pada saya yang terlalu condong kepada makhluknya, hingga Dia tegur saya demikian.”

Moira dan para jamaah yang lain mengangguk paham maksud dari cerita yang kakak tingkat itu sampaikan. Adalah betul untuk meluruskan segala niat, yang semata-mata untuk dapatkan ridha-Nya.

“Nanti giliran kamu yang cerita hijrahmu nyampe dapet jodoh,” bisik Fara. “Kayaknya ceritamu lebih drama dari itu,” tambahnya sambil terkekeh yang sontak membuat Moira gemas untuk mencubit lengannya. Sama sekali tak ada rasa empati, keluhnya dalam hati.

Moira sama sekali tidak tertarik untuk bercerita, sebab hijrahnya yang selama setahun ini tak ada cerita yang menarik. Memang sudah saatnya saja ia memperbaiki diri dan sampai saat inipun masih dalam tahap belajar. Mungkin bagian cerita pernikahannya yang drama menurut Fara, pasti akan menarik seperti sinetron tapi tak akan ia ceritakan juga.

***

Mata Moira begitu berat sore ini sampai tidak kuat untuk menahannya, seperti ada monyet yang bergelantungan di sana. Belum sempurna terlelap tiba-tiba seseorang menyentil kening Moira yang tengah terpejam. Sontak Moira langsung terbangun dengan posisi terduduk. Dilihatnya Ibram sedang berdiri di samping ranjangnya dengan tatapan malas.

“Sakit tahu!” keluh Moira sambil memanyunkan bibirnya.

“Pamali tidur sehabis ashar,” ucap Ibram sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Moira berdecak. “Kan bisa bangunkan dengan cara yang baik.” Moira perhatikan Ibram yang masih menggunakan pakaian yang tadi pagi dikenakannya untuk bekerja. “Tumben udah pulang?!”

“Tidak senang aku pulang sore-sore?” tanya Ibram sambil mengangkat sebelah alisnya. “Aku lembur protes, pulang awal protes. Apa sebaiknya tidak usah pulang saja?”

Moira langsung turun dari ranjangnya dan berdiri menghadap Ibram. Wajahnya mendongak dengan mata yang menatap Ibram sengit. “Awas aja kalau berani, nanti Moira jual rumah ini terus Moira juga ikutan pergi.”

Ibram sekali lagi menyentil kening Moira hingga gadis itu mengaduh. “Ck, bicara apa sih kamu ini. Orang becanda juga,” ucap Ibram dengan nada datar, walau hatinya sedikit kesal.

“Gak lucu.” Moira merasa kesal.

Terdengar Ibram menghembuskan nafasnya pelan. Satu sifat yang baru diketahuinya dari Moira, ternyata gadis itu lumayan suka merajuk.

“Nanti malam temani aku ke acara pernikahan Arif,” kata Ibram mengalihkan pembicaraan.

Tidak, tepatnya niat yang hampir terlupakan karena obrolan tidak penting tadi. Topik yang menjadi niatnya untuk ke kamar Moira. Ya, mereka masih berpisah kamar dan sama-sama belum bicarakan itu setelah ikrar Ibram yang memilihnya malam itu.

“Iya,” ucap Moira singkat. Dirinya masih merajuk, walau tahu itu adalah sebuah candaan tetapi tetap saja tidak lucu baginya.

“Sudah tidak usah marah lagi. Kamu kayak lagi PMS aja.” Ibram menggerutu, seingatnya kalau wanita mudah tersinggung akan hal sepele maka bisa dipastikan sedang datang bulan.

“Emang aku lagi PMS!” bentak Moira.

“Hah?!” Ibram terkaget, tangannya yang tadi terlipat kini tengah memegang kedua lengan Moira. “Betulan kamu lagi PMS sekarang?!”

“Iya emang kenapa?!” tanya Moira dengan nada tinggi. Kini gilirannya yang melipat kedua tangannya.

“Jadi malam ini aku tidak bis−”

Belum selesai Ibram berucap, Moira menginterupsi. “Awas!” Dengan menyentakan tubuhnya, gadis itu singkirkan tubuh jangkung Ibram yang menghalangi jalannya.

Moira jadi teringat, mungkin efek PMS dia begitu sensitive dengan candaan Ibram.

***

“Kamu cantik,” puji Ibram di dalam mobil setelah memperhatikan kembali penampilan Moira malam ini.

Moira tersipu mendengar pujian suaminya itu. Bagaimana tidak? Sebab pertama kalinya Ibram memujinya demikian. Malam ini Moira kenakan gamis berwarna dusty pink dengan hiasan brukat di bagian depannya, ada detail bunga yang semakin mempercantiknya. Lalu, untuk penutup kepala Moira kenakan pashmina yang melilit di lehernya dan sedikit menutup bagian dadanya. Wajah bulat kecilnya sangat cocok menggunakan model hijab seperti itu.

Untuk riasan wajah Moira hanya sedikit membubuhkan lip tint pada bibir bagian dalamnya, tipis sekali nyaris terlihat seperti warna asli bibirnya. Kemudian dibagian pipi juga sedikit ia bubuhkan lip tint tadi untuk sekadar memberikan kesan segar pada wajahnya.

Ini pertama kalinya Ibram melihatnya berdandan, biasanya memang tak menggunakan apapun. Walau jauh sekali dikatakan berdandan, tetapi percayalah orang yang tidak biasa berdandan ketika ada perubahan sedikit saja pada wajahnya maka akan terlihat sangat berbeda. Begitupun dengan Moira sekarang.

Ibram kian bersyukur dapatkan istri seperti Moira. Tak hanya cantik, tetapi juga kesabarannya yang luar biasa mampu luluhkan Ibram.

Perjalanan menuju tempat tujuan hanya sekitar 45 menit. Tibalah Ibram dan Moira di sebuah rumah besar bercat putih. Katanya pernikahan mengusung tema garden party yang gunakan halaman belakang rumah sendiri.

Ibram dan Moira beserta tamu undangan lainnya yang sama-sama baru tiba, diarahkan untuk berjalan ke samping rumah besar itu. Sebelum benar-benar masuk ke tempat acara, para tamu terlebih dahulu mengisi daftar tamu. Selepas itu barulah masuk ke tempat acara.

Kesan mewah bercampur sejuk khas alam terbuka menjadi satu paket. Bunga-bunga yang berhiaskan lampu bergelantungan di atas meja yang disediakan untuk para tamu. Terlihat tak ada pelaminan, sebab sang pengantin akan berkeliling menghampiri para tamu.

Sekarang giliran Ibram dan Moira yang dihampiri.

Thanks Bram udah dateng,” sambut Arif dengan mengulurkan tangan untuk bersalaman khas pria. Sedang pada Moira, pria itu menelungkupkan tangan yang disambut Moira dengan hal yang sama.

“Selamat, Rif dan istri,” ucap Ibram hendak menyalami istri Arif namun langsung dipukul Moira pelan untuk memperingatkan. Pria itu nyegir dan merasa salah tingkah. Dan akhirnya menelengkupkan tangan seperti halnya Arif dan Moira.

Barakallahu laka wa baraka ‘alayka wa jama’a baynakuma fii khayr.” Giliran Moira yang menjabat tangan istri Arif.

“Aamiin,” ucap Arif dan istri bersamaan.

“Jadi, nanti naik gunung lagi dong bareng kita,” ucap Ibram jenaka.

Arif tertawa. “Pasti, tinggal si Bana noh cariin betina.”

Ibram dan Arif tertawa bersama sedang para istri hanya menggeleng-gelengkan kepala. Betina? Memangnya mereka kambing pikirnya.

Acara begitu meriah walau dihadiri tamu yang kurang lebih 200 orang. Di bawah kolong langit hiasan lampu dan tumbuhan yang menjadi hiasan begitu sedap dipandang. Arif dan istrinya beruntung karena tidak ada hujan malam ini.

“Moira, lama gak ketemu. Kamu tambah cantik aja,” kata Lala yang baru saja menghampiri Moira yang tengah mengambil minuman yang mana acara ini memang self service.

“Mbak Lala,” ucapnya sambil memeluk Lala singkat. “Mbak juga tambah cantik,” puji Moira membalas.

“Ibram mana?” tanya Lala setelah menyadari Moira tak ditemani suaminya itu. “Kok kamu sendirian aja?

“Tuh,” tunjuk Moira dengan memajukan bibirnya. “Lagi sama temen-temennya yang kebanyakan lelaki, Moira gak nyaman jadi kabur aja ke sini,” imbuhnya sambil nyengir.

“Samaan kita. Aku juga enggak suka dikerumunin lelaki, makanya kabur juga ke sini.”

Walau baru 3 kali bertemu, entah mengapa mereka berdua merasa langsung cocok dan tak canggung untuk mengobrol. Banyak yang mereka obrolkan, dan yang menjadi topik yang paling membuat mereka semangat adalah masakan. Percaya atau tidak, ketika menjadi istri dapur adalah hal favorit mereka. Mulai dari menu makanan hingga peralatan dapur yang digunakan pun bisa jadi topik pembicaraan.

“Aku enggak bisa masak daging ayam di wajan biasa, jadi kalo masak daging paling pake yang double pan biar minyaknya enggak ngajak tawuran,” ujar Lala sambil bergidik membayangkan minyak panas kalau terkena kulit.

Moira terkekeh. Saat hendak menyahuti Lala, tiba-tiba matanya menyipit coba menyelisik bahwa yang dilihatnya tidak salah.

Siapa yang menggelayut di tangan suaminya dengan mesra begitu?!

Tiba-tiba darah Moira berdesir melihat pemandangan itu.

Merasa ada yang aneh, Lala mengikuti pandangan Moira dan matanya langsung membola kala melihatnya. Namun sejurus kemudian bibirnya berkedut ingin tertawa namun tidak jadi kala Moira menarik lengannya.

“Ayo, Mbak,” ajak Moira tanpa menunggu persetujuan.

Lala pasrah ikuti Moira hingga sampai ke tempat Ibram berada. Lalu, matanya menangkap ada suaminya juga di sana.

“La,” panggil Rumi kepada istrinya−Lala. “Aku cari kamu, ternyata sama Moira tah.” Rumi tersenyum pada Moira, namun dibalas Moira singkat. Pria itu menangkap sinyal aneh, kemudian otaknya bekerja dan mengerti. Pasti gara-gara wanita yang menggelayuti Ibram.

Ibram yang dengar nama Moira disebut langsung berbalik badan, dan mendapati Moira yang sedang menatapnya tajam.

“Halo, Lala,” ucap wanita yang menggelayut di lengan Ibram dengan suara manja yang dibuat-buat. “Eh, kamu datang sama adikmu. Cantik ya, kok beda banget sama kamu.” Ia berbicara panjang lebar mengurung niat Ibram yang akan berbicara pada Moira.

“Hai, Kak,” balas Lala dengan senyum yang dipaksakan. “Ini bukan adik saya, tapi−”

“Pasti adiknya Rumi, ya?!” potongnya.

“Istrinya Ibram!” Moira menyela dengan nada gemas.

Kemudian terdengar gelak tawa wanita itu. Rambutnya yang dibuat curly terkibas ke sana ke mari karena kepalanya tak diam. Lalu tawanya tiba-tiba terhenti. “Eh, betulan itu istri kamu?” Ia bertanya pada Ibram yang hanya bergeming saja sedari tadi.

Ibram hanya mengangguk. Kemudian mata wanita itu membola, tak percaya atas fakta yang didapatinya. Memang dirinya tahu Ibram sudah menikah tetapi tidak tahu wajah istrinya seperti apa sebab dirinya dulu tidak datang di pernikahan Ibram karena sakit hati. Janda usia 45 itu menyukai Ibram.

“Kamu pasti bohong,” ujarnya tak percaya dengan menatap Ibram jenaka. “Masa kamu nikahin anak kecil, emangnya kamu pedofil.”

Rumi berdehem. Semua mata kini tertuju padanya. Ada sekitar 10 orang di sana, 3 orang wanita termasuk Moira. Sisanya lelaki kawan sejawat Ibram dan Rumi. “Dia memang istrinya, Kak,” ucap Rumi pada atasannya yang hanya ingin dipanggil ‘kak’ tak mau ‘ibu’ apalagi ‘tante.’

Sontak wanita itu melepaskan gelayutan tangannya pada Ibram. Lalu kini matanya menatap pada Moira, ia pandangi Moira dari atas hingga bawah.

Wanita itu berdehem, dagunya terangkat coba perlihatkan wibawanya. “Saya Tina, atasan Ibram,” ucapnya perkenalkan diri pada Moira dengan nada dingin. Suara centilnya hilang tak berbekas.

“Moira, istrinya Mas Ibram.” Lagi, Moira menegaskan.

Tina mendengus dengan bibir mengerucut kemudian pergi begitu saja.

Moira kini menatap Ibram dengan mata elangnya. Sementara yang ditatap hanya memutarkan kedua bola matanya malas.

“Selingkuhan Ibram di kantor itu,” celutuk salah satu kawan Ibram yang sontak membuat orang-orang di sana tertawa.

***

“Masa kamu cemburu sama dia?”

Ibram mengekori Moira hingga ke kamarnya. Moira masih merajuk sampai ke rumah, tak mau bicara.

PMS memang merepotkan.

Satu lagi sifat Moira yang diketahuinya. Selama pernikahan mungkin gadis itu pencemburu juga tetapi tak dilihatkan. Kini setelah pernikahan sesungguhnya terjalin Moira tak sungkan untuk perlihatkan.

Hati Moira masih panas. Belum lagi kawan Ibram yang mengompori bahwa itu adalah selingkuhan Ibram di kantor. Anindira terhempas, Tina yang muncul.

Moira yang hendak membuka kerudungnya harus terhenti karena Ibram menariknya. Tepatnya, membalikan tubuhnya dengan paksa. Moira terhuyung dibuatnya.

“Apa sih!” bentak Moira.

“Kamu betulan cemburu sama atasanku?!” Ibram masih tak percaya saja. Dulu kala Anindira benar-benar jadi ancaman untuk rumah tangganya Moira tak bersikap demikian. Sedang, Tina yang memang dikenal seperti itu malah membuatnya berang.

“Enggak biasa aja.” Moira menjawab dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya. Ia coba untuk netralkan emosinya. Toh dia tidak tahu sesungguhnya bagaimana, jadi lebih baik jangan berlebihan dulu.

“Memang seperti itu seharusnya,” ucap Ibram merasa lega, kepanikannya ia buang jauh-jauh sekarang. “Masih berbahaya Anindira dibanding dengan Tina untuk menggoyahkan imanku.” Ibram bergumam dengan santai.

Mata Moira langsung membola, emosi yang tadi coba ia penjarakan kini lolos sudah. “Maksudnya apa?” Moira berkacak pinggang dengan tatapan sengit yang diarahkan pada Ibram.

“Tidak ada maksud apa-apa.” Ibram mengangkat bahunya acuh-tidak-acuh.

Moira mendengus, berang dengan sikap Ibram yang terkesan tak peduli akan kemarahannya. “Moira mau tanya.”

“Tanya saja.”

“Kalau misal di dunia ini cuman ada Moira, Mas Ibram, dan Anindira. Terus Moira dan Anindira tenggelam, siapa yang bakal Mas Ibram selamatin?!” Moira bertanya dengan nada yang sama seperti tadi. Hatinya harap-harap cemas takut jawaban Ibram di luar dugaan.

Ibram menarik sudut bibirnya. Heran dengan jalan pikiran Moira. “Anindira.”

“Hah?” Moira tersentak. Mulutnya menganga sedang matanya membesar. “Ih, Mas Ibram nyebelin!” Moira menyentakan satu kakinya kesal.

“Aku belum selesai,” ucap Ibram masih biasa saja. “Aku selamatin Anindira terus aku nyemplung deh biar tenggelam sama kamu.”

Moira tak bisa untuk tidak tersenyum. Dengan mudahnya Ibram padamkan api yang ada pada Moira. “Kenapa enggak selamatin Moira aja sih,” gerutu Moira setelahnya.

“Tidak bisa. Soalnya dunia sepi cuman ada kita berdua nanti, terus tidak ada makanan lagi. Takut-takut kamu malah memakanku.”

“Ih, enggak bakallah!”

“Kalau aku yang memakanmu bagaimana?” tanya Ibram menaikan sebelah alisnya.

“Enggak juga, soalnya kan Mas Ibram cinta sama Moira.” Moira berucap percaya diri.

Ibram terkekeh, tak percaya gadis itu dengan polosnya berkata demikian. Sepertinya Ibram akan terus dapat kejutan dari perubahan Moira. Bukan, bukan berubah, tepatnya gadis itu akan tunjukan sifat aslinya. Ibram yakin yang lalu itu Moira menahan diri sebab dirinya masih terasa asing dengannya.

I love you 3000.” Moira kembali berucap dengan senyum simpul hiasi wajahnya yang manis.

“Kayak kenal,” ucap Ibram lalu keningnya berkerut pura-pura berpikir.

“Judul lagu,” aku Moira sambil nyengir. “Bales dong!” tuntut Moira, senyumnya hilang digantikan kerucutan dibibirnya.

Ibram tersenyum sekilas. Ternyata Moira juga penuntut. Lalu dengan gerakan cepat Ibram membungkam Moira sebelum gadis itu kembali bersuara.

***

Jazakumullah khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza 😊

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • yurriansan

    @itsarney akunku yurriansan. klo kmu mau mampir dluan boleh, aku bksln lmbat feedbacknya. krena klo wattpad bsanya buka pke lptop, aku gk dnload aplikasinya. dan lptopku lg d service

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • itsarney

    @yurriansan akunku ini kak https://www.wattpad.com/user/itsarney
    ayo kak dengan senang hati ^_^

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • yurriansan

    @itsarney wattpad? Akunnya apa?
    Kbtulan critaku yg rahasia Toni aku publish d wattpad juga. Nnti bisa saling kunjung xD

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • itsarney

    @yurriansan Masya Allah Kak terima kasih sudah berkenan membaca cerita ini. Aamiin semoga Allah kabul, makasih doanya^_^
    Ah, ya. Cerita ini juga bisa dibaca di Wattpad^^

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • yurriansan

    Tulisanmu bagus ,😄.
    Smoga ramai like ya

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
Similar Tags
Sisi Lain Tentang Cinta
713      384     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Farewell Melody
214      143     2     
Romance
Kisah Ini bukan tentang menemukan ataupun ditemukan. Melainkan tentang kehilangan dan perpisahan paling menyakitkan. Berjalan di ambang kehancuran, tanpa sandaran dan juga panutan. Untuk yang tidak sanggup mengalami kepatahan yang menyedihkan, maka aku sarankan untuk pergi dan tinggalkan. Tapi bagi para pemilik hati yang penuh persiapan untuk bertahan, maka selamat datang di roller coaster kehidu...
Wannable's Dream
33893      4882     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Temu Yang Di Tunggu (up)
15131      2411     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Mendadak Halal
5660      1792     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
Return my time
244      208     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.
Crystal Dimension
276      184     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Ending
4511      1180     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Bersua di Ayat 30 An-Nur
744      336     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang wanita muslimah yang penuh liku-liku tantangan hidup yang tidak tahu kapan berakhir. Beberapa kali keimanannya di uji ketaqwaannya berdiri diantara kedengkian. Angin panas yang memaksa membuka kain cadarnya. Bagaimana jika seorang muslimah seperti Hawna yang sangat menjaga kehormatanya bertemu dengan pria seperti David yang notabenenya nakal, pemabuk, pezina, dan jauh...
Sugar On Top
17      16     1     
Romance
Hazel Elodie adalah gadis manis berambut pirang dengan hati yang keras seperti baja. Bertahun-tahun setelah ia dan kakaknya, Sabina, 'dibuang' ke London, Hazel kembali ke kota kelahirannya dengan tekad untuk merebut kembali apa yang menjadi haknya—warisan keluarga yang dirampas secara licik. Namun, kepulangannya tak semudah yang ia bayangkan. Tanpa Sabina, si perisai emosinya, Hazel harus be...