Chapter 2:Bully
Ia menguap lebar sembari meregangkan kedua tangan. Ia mengucek matanya lalu menyibak tirai jendela. Hamparan cahaya dari mentari masuk membuat tubuhnya yang kurus merasa bugar. Burung-burung gereja bertengger di jendelanya berkicau nyaring. Ia mengukir senyuman indah. Tangan kanannya mengelus leher salah satu burung gereja sembari memberi mereka makan roti gandum.
Mata cokelat miliknya meredup kembali. Ada tanggal yang sama berwarna merah ia spidol permanen kan. Ya, Tanggal tenggat membayar uang sewa apartemen. Semoga saja, Uangnya cukup. Barang belanjaan tadi malam ia simpan di kabinet dapur paling bawah. Tangan nya meraba-raba isi kulkas. Telur dan susu adalah hidangan utama di dalam kulkas sedangkan di kabinet atas tertata sereal,mi dan roti gandum beserta selai kacang dan cokelat. Ya, ada beberapa sayuran dan buah-buahan segar di kulkas saat ia cek kembali.
Ia memulai membuat sarapan telur orak arik. Hidangan yang ia sajikan membawa tetangganya tergugah selera. Ia tahu apa yang ia masak pasti nya tetangga nomor 67 akan mengetuk pintu. Mata cokelat itu memutar bosan lalu mematikan api kompor.
Suara gebrakan pintu yang pertama kali pelan semakin menjadi-jadi. Ia memutar knop pintu. Seorang pria berumur sama memeluk erat. Wajah periang tetangga nya ini membuat ia muak. Enyah saja kamu, Pikirnya kesal. Ini tidak sebanding dengan tingginya 160 cm daripada tetangganya 180 cm.
“Hei Grissham? Mau dong aku cicipi masakanmu, Please?”
“No, I make it. Panggil aku Smith bukan nama panggilanku.”
“Tidak mau Grissham. Aku mau nya telur orak-arikmu.” Permintaan seorang Aylward Johnson semakin hari semakin harus ia turuti. Kedua tangannya melepaskan pelukan canggung tersebut lalu mukanya memasang kesal.
“Ok,Ok. Tapi setelah pulang kuliah, Ajarin aku olahraga, setuju?” Aylward menyetujui keputusannya lalu berhambur masuk ke ruang makan. Ia tak habis pikir tetanggannya ini termasuk kategori manusia unik.
“Masakanmu selalu enak, Grissham.” Ia menghela nafas panjang sembari makan dengan lahap. Ia melirik Aylward. Tubuh milik Aylward tinggi dan atletis serta wajah yang tampan sedangkan dirinya tidak demikian minus wajahnya terlalu kurus sehingga banyak orang yang bilang tidak terurus.
“Kenapa tuhan menganugerahiku lahir seperti ini?” Ucapnya sarkas. Aylward tertawa kecil melihat dirinya selalu menggerutu tidak jelas. Senyuman Aylward itu murni dan tulus beda dengan dirinya pakai topeng di wajah dan senyuman palsu setia selalu ia pasang.
“Grissham, Kelak kamu ingin berkeluarga kan? Aku sih pengennya istriku pandai masak.”
“Hm, Ok. Aku tidak tertarik, Tuan Johnson. Kita kuliah dulu.” Ia mengingat Tetangga labil –Aylward- yang berbicara di luar topik. Oh lebih tepatnya ia tidak mau basa basi dengan waktu yang terbuang karena Aylward. Aylward malas dan tetap pendirian tidak mau berdiri.
“Sebentar lagi waktunya masuk Miss Retna ke kelas kita.”
“Biarin, Aku maunya disini aja.”
“Aku doakan calon istrimu kelak tidak betah lihat kelakuanmu, Tuan Johnson.”
“...” Ia memutar otak agar pria jangkung ini mau bergerak. Oh shit, Ia memakai cara ini sekian kalinya.
“Tuan Johnson, Kalau kamu tidak mau masuk kuliah, Aku tidak mau mengizinkanmu mencicipi masakanku mulai sekarang juga.” Sosok Aylward langsung berdiri lalu merangkul bahu dirinya secara bersamaan.
“Ok. Kita berangkat My wife.”
“WTF?”
***
Pernafasan yang mengebu-ngebu akhirnya memasok udara yang masuk. Ia yakin waktunya ke kelas hanya setengah jam dari apartemen. Pastinya Miss Retna belum masuk. Aylward dengan kondisi sama tapi membuat fansnya menggila. Lihat saja, Keringat yang membasahi kaos oblong putih milik Aylward terkesan seksi dan hot. Sixpacknya terpampang jelas. Ia mengangkat bahu tidak peduli.
Toh, Ini salahnya sendiri sedangkan yang punya tubuh biasa-biasa saja. Ia melangkahkan kakinya ke tempat duduk yang bersebelahan dengan Aylward. Akan tetapi, Belum sampai ke tujuan kakinya tersandung oleh kaki orang lain yang terjulur ke arahnya. Ia terjatuh tidak elit ke lantai. Teman-teman satu kelas menertawainya.
Semuanya heboh melihat ‘si cupu’ jatuh. Ia mencari kacamata yang lepas ke lantai. Tangannya meraba-raba ke segala arah. Suara langkah kaki yang menghampirinya. Ia mendongak ke atas.
“Hei cupu! Kamu mencari ini?”
“Kembalikan kepadaku sekarang!”
“Kalau aku tidak mau gimana guys?” Sorakan satu geng itu bergema. Ia berdiri dan tidak memperdulikan sikap buly ke arahnya. Kedua tangan menggapai kacamata tersebut sembari menjinjitkan tubuhnya yang kurus.
Sang ketua geng pembully ini menaikkan kacamata yang tidak bisa ia gapai. Teman-temannya berbisik untuk mengambil kacamata itu lalu melemparnya ke kantong sampah. Ketua gemg itu senyum puas. Ia mengikuti arahan teman-temannya. Ia kaget. Kacamata yang selalu ia kenakan itu langsung di oper ke keranjang sampah di depan pintu.
“Tuh ambil sana, cupu Smith?! Oh ya datang ke ruang olahraga lantai satu.” Bisik ketua geng itu di telinganya. Ia bergidik ketakutan setengah mati. Getaran tubuhnya yang kurus membuktikan si lawan tersebut terlalu kuat.
***
Tawa yang bergema membuat dirinya memaki dirinya lemah. Temannya Aylward tidak bisa apa-apa melihat nya sekarang terkulai lemas. Wajah nya babak belur dengan tangan kanan nya meminta tolong. Nihil, Tempat yang jarang dilewati itu membuat dirinya frustasi. Ketua geng ini merasa puas lalu menjabak rambut nya kasar. Ia merintih kesakitan.
“Hei Cupu! Kau tahu temanmu saja tidak bisa menyelamatkanmu? Ia hanya pura-pura baik sama kamu karena kamu lah mangsa lemah di kelas kita. Dia kalah taruhan denganku sampai seorang Johnson bertekuk lutut untuk tidak mengganggu keluarganya. Bwuahaha... Kamu T-E-R-T-I-P-U!!!”
Mereka merayakan kemenagan tersebut dengan adu jotos satu sama lain. Aylward Johnson merosot di dinding olahraga yang mereka lakukan kepadanya. Tubuh tinggi itu ketakutan,nyalinya ciut dan kedua tangan susu milik Aylward memohon maaf kepada dirinya yang hampir pingsan.
“Aku mohon selamatkan Grissham Smith, Tuhan. Dia adalah hamba yang lemah dipermainkan oleh hamba-hambamu yang sesat. Aku mohon hentikan ini.” Ucap Aylward semakin memelankan suara. Ia tidak percaya bahwa Aylward masih menyadari keberadaan nya.
“Kita ini teman kan?” Ia lirih. Ketua geng yang mendengar kata drama ini langsung menendang perut nya. Ia muntah darah.
“Hahaha sok drama!! Yuk Kawan! Kita rayakan di tempat biasa, Aku akan traktir sepuasnya!!” Teman-teman nya mengikuti arahan sang ketua lalu pergi. Tak lupa mengunci tempat olahraga.
Aylward mendobrak pintu lalu mengedor pintu yang terbuat dari besi keras. Tidak ada yang bisa mendengar suara Aylward sampai sekarang. Bibirnya mulai memutih. Aylward yakin temannya ini dalam tahap kritis. Waktu menunjukkan jam 8 malam.
“Shit, Kita terkurung disini. Maaf Grissham, Aku tidak bermaksud begitu dengan mu. Aku...”
“A-A-Aku tahu. Kamu...Orang baik...Tu-an Johnson.” Suaranya yang parau bisa didengar oleh Aylward. Aylward mendekatinya lalu mendekap pelan untuk memberi kehangatan. Tubuh nya yang kurus ini masih dingin.
“Aku akan meminta pertolongan walaupun ini mustahil. Aku akan berusaha, Grissham” Ia bangkit lalu menepuk bahu Aylward.
“Aku bisa membantumu.” Ia tersenyum smirk.
TBC
Keren kak
Comment on chapter Chapter 1