Di bandara KLIA, sekitar jam setengah sepuluh pagi. Aku mengantar Panji yang hendak kembali ke Indonesia, guna melaporkan tugas kami selama ini kepada Pak Agus. Suasana yang cukup ramaai pagi itu, tanpa sengaja bertemu dengan Inspektur Dirga yang baru keluar dari arah kantor bandara.
“Halo, Satria, Panji. Nak apa korang berdua di sini?” sapa Inspektur Dirga, begitu melihatku serta Panji yang baru selesai cek imigrasi.
“Halo, Inspektur. Saye nak antar Panji balik ke Indonesia, kerana pasal selesai tugas kuliah dan nak lapor ke dosen di sana. Nak ape Inspektur ade di sini, pun?” Aku balik tanya.
“Ouh ... tugas kuliah korang dah selesai, keh? Saye habis dari kantor bandara nak urus satu pasal je. Lantas awak seorang tak ikut balik keh, Satria?” tanya Inspektur Dirga.
“Tak, Inspektur. Saye ada urusan dulu same kawan wanita saya, yang sekarang sedang acara wisuda di kawasan KLCC. Tak patut jike saye tak hadir dalam acara tuh.”
“Ouh, Puan Nouna Maharani tuh, ke? Saye pun nak pegi ke sana, guna hadiri acara tuh.”
“Ya, Inspektur. Anda pun nak hadiri acara tuh, ke? Jike boleh, kita same-same pegi ke sana, Inspektur? Kebetulan saye seorang pakai [1]kereta saye, tuh. Yah ... biar sekalian Anda tahu cem mana saye nak guna kereta tuh.” Aku mencoba menawarkan diri untuk ditemani Inspektur Dirga, menggunakan mobil milikku, dengan maksud agar beliau tahu sejauh mana aku mahir menggunakan kendaraan.
“Saye bawa kereta punye saye seorang, Satria. Cem mana, nih? Tapi ... baiklah, sekalian saye pun ada pasal dengan awak perihal kes ayah awak tempo hari tuh. Biar nanti pesuruh saye nak ambil kereta saye di sini.”
“Iya keh, Inspektur? Saye [2]seronok jika Anda seiring same saye ke KLCC tuh. Tunggu sampai Panji pegi cem mana, Inspektur?”
“Baiklah. Saye nak talipon pesuruh saye dulu, biar segera bawa kereta saye nih, ye?”
“Iya, Inspektur.”
Tidak berapa lama, setelah Inspektur Dirga menghubungi anak buahnya. Terdengar suara petugas bandara yang meminta para penumpang tujuan Indonesia, untuk bersiap boarding pesawat. Panji pun segera memasuki area, setelah bersalaman denganku dan Inspektur Dirga.
“Hati-hati, Ji. Sampaikan perihal penundaanku kepada Pak Agus, ya? Nanti kita bertemu di Indonesia, setelah urusanku selesai dengan Nouna di sini,” kataku kepada Panji, yang sudah bersiap memasuki area boarding pesawat.
“Iya, Sat. Tar ane kasih kabar, kalau udah sampai dan bertemu dengan Pak Agus, ya? Lu jangan lama-lama di sini, biar laporan ke beliau bisa bersama,” ucap Panji.
“Aku paham, Ji. Kalau urusanku selesai, pasti segera ke Indonesia biar bisa siap-siap untuk acara wisuda kita juga nanti di sana.”
“Oke kawan. Inspektur, saye nak pamit dulu, ye? Senang bertemu Anda di sini,” ujar Panji seraya berjalan memasuki area boarding pesawat, setelah berjabat tangan dengan Inspektur Dirga.
“Senang bertemu dengan awak juga, Panji. Salam untuk semua kawan di Indon, ye?” balas Inspektur Dirga.
Beberapa menit kemudian, terdengar pesawat yang ditumpangi Panji pun mengudara. Sedangkan aku dan Inspektur Dirga bergegas menuju mobil milikku di parkiran.
*****
[1] Kerete: Mobil.
[2] Seronok: Senang.
NB:
Terima kasih untuk yang sudah sudi mampir di episode ini.
Bila berkenan, ditunggu ulasan, saran, masukan, juga kritikannya. Agar cerita ini lebih baik lagi.
Selamat membaca, dan sukses selalu.
@Ardhio_Prantoko Wih ... terima kasih, Mas Dhim. Alhamdulillah karya ini sudah terbit, tinggal nunggu lounching saja, nih. Hehehe
Comment on chapter Info Novel IMPIANKU