Episode 7
Wajah Sersan Basyir sore itu, terlihat tegang—kembali kita bercerita Sersan Basyir. Pasca kejadian di bandara tadi siang. Tidak habis pikir baginya, atas apa yang sudah Panji perbuat dengan meng-hecker sistem keamanan perbankan. Benarkah aku dan Panji terlibat dalam kasus pencurian dana nasabah, atau hanya pengalihan kasus korupsi di beberapa instansi pemerintahan sekarang ini?
Dengan wajah tegang. Sersan Basyir meminta pengecekan ulang, terhadap data tentang diriku serta Panji kepada salah satu anak buahnya.
“Kopral Adit! Coba telusuri kembali data tentang kejadian tadi pagi, di saat program yang Satria buat itu digunakan. Saya masih merasa, ada yang mengganjal tentang kasus mereka ini.” Sersan Basyir memberi perintah kepada salah satu anak buahnya, yang berseragam putih hitam.
“Sepertinya, ada yang salah dengan dua pemuda yang kita selidiki ini,” gerutu Sersan Basyir, menatap tajam pada layar monitor yang berisi data tentang diriku dan Panji.
“Baik, Pak. Sebentar saya telusuri kembali.”
Sersan Basyir hanya terlihat menganggukkan kepala, dengan sedikit rasa ragu. Dalam benaknya sekarang adalah mencari sebuah fakta, mengenai berita yang mulai merebak di media massa. Kabar kehilangan dana nasabah di beberapa bank mulai tersiar, dan itu berarti merupakan tanggung jawab yang harus ia selesaikan sebagai taruhan jabatananya kali ini. Tidaklah mudah menangani sebuah kasus yang terselubung ini, meski beberapa data mengenai tersangka sudah ia dapatkan.
Sedang berkutat dengan data di hadapannya, Sersan Basyir dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang telah ia kenal selama ini. Dialah Pak Agus, dosenku selama ini.
“Sersan Basyir, bisa kita bicara sebentar?” sapa Pak Agus yang datang dengan tiba-tiba tanpa sepengetahuan Sersan Basyir sebelumnya. “Jangan heran, dari mana saya tahu tentang markasmu ini,” sambung Pak Agus, seraya memasuki ruangan di mana beberapa rekan Sersan Basyir menoleh dengan perasaan cemas.
“Sial! Orang ini lagi yang datang, di saat yang gak tepat,” gumam Sersan Basyir dalam hati. Belum sempat ia berkata, Pak Agus sudah berada di dalam ruangan dan duduk di hadapannya.
“Ada perihal apa Anda datang menemui saya, Pak Agus? Kalau mengenai dua mahasiswa Anda, yang sedang dalam proses penyelidikan kami ini. Jangan harap bisa merubah prinsip saya!” tegas Sersan Basyir, sedikit acuh.
“Meskipun resikonya jabatan Anda, Sersan?”
“Sial! Orang ini benar-benar punya pengaruh besar di pemerintahan, khususnya badan intelijen!” gumam Sersan Basyir kembali dalam hatinya. “Lantas, maksud kedatangan Anda ke sini, ada hal apa, Pak? Apakah ingin meminta saya membebaskan dua mahasiswa Anda, dari kasus yang sedang ditangani ini?”
“Enggak perlu, Sersan Basyir. Sebab keberadaan mereka, sudah jauh dari jangkauan Anda sekarang, bukan?”
“Lantas ....”
“Begini, Sersan. Sebelumnya, silakan baca surat yang kubawa dari atasan Anda ini. Agar bisa memahami maksud kedatanganku sekarang.” Pak Agus kemudian menyodorkan secarik kertas dari Pak Gunawan Ginting sebagai kepala Badan Intelijen Negara atasnnya selama ini, berisi acuan atas kasus yang sedang ditangani Sersan Basyir.
Dengan sedikit ragu. Sersan Basyir, mengambil secarik kertas berisi tanda tangan dari atasannya tadi. Perlahan, ia membaca isi surat tersebut.
Raut wajah Sersan Basyir tiba-tiba berubah tenang setelah memahami isi kertas yang ia baca barusan, kemudian berkata kepada sosok pria yang berdiri di hadapannya, “Baik, Pak Agus. Sekarang saya paham, dengan maksud perginya dua mahasiswa Anda ke Malaysia itu. Jika memang program yang sedang mereka rancang ini, akhirnya akan menjadi hak dari pihak keamanan negara. Baiklah ... kasus ini akan saya pantau secara mendalam, sesuai perintah dari atasan saya. Namun, apa Anda bisa menjamin kedua mahasiswa Anda itu, Pak?”
“Yap. Enggak perlu diragukan lagi, Sersan. Ada pun mereka berkhianat, atau salah satunya. Resiko mereka, akan ada beberapa pemburu yang telah dikerahkan untuk memburu mereka kebradaan mereka ini.”
“Baiklah, Pak. Saya pun akan pantau perkembangan mereka di sana. Namun, jika ada penghianatan dari mereka atau salah satunya. Maka enggak akan segan saya giring mereka ke ranah hukum, yang sepantasnya mereka terima.”
“Baik, Sersan. Semoga harimu menyenangkan.” Pak Agus kemudian bermaksud hendak pergi meninggalkan ruangan. Namun sebelum beranjak, ia menoleh ke arah sang Sersan dan berkata, “ouh iya ... ruanganmu ini, butuh perombakan, Sersan. Kuharap setelah misi ini selesai, akan ada perbaikan fasilitas untuk segala kemudahan Anda dalam bertugas nanti. Selamat bertugas, Sersan,” sambung Pak Agus berlalu meninggalkan ruangan, di mana Sersan Basyir dan beberapa anak buahnya hanya terpaku dengan perkataan terakhir dari sang dosen—itulah sekilas cerita Sersan Basyir.
*****
NB:
Terima kasih untuk yang sudah mampir di episode ini. Bila berkenan, ditunggu ulasan, saran, masukan, juga kritikannya.
Agat cerita ini lebih baik lagi.
Selamat membaca, dan sukses selalu. :)
@Ardhio_Prantoko Wih ... terima kasih, Mas Dhim. Alhamdulillah karya ini sudah terbit, tinggal nunggu lounching saja, nih. Hehehe
Comment on chapter Info Novel IMPIANKU