Read More >>"> Test From The Spirit World
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Test From The Spirit World
MENU
About Us  

Ada apa ini, Bu?

Pak Polisi! Tolong, Pak! Ada kecelakaan!

Tolong permisi sebentar!

Harap yang tidak berkepentingan tolong minggir ya!

Aku membuka mataku perlahan-lahan. Silau. Aku menyipitkan mata.

Berbagai macam suara terdengar. Suara mobil sirene ambulance, mobil polisi, serta suara para warga yang penasaran dengan apa yang telah terjadi di sini bercampur aduk.

Aku segera bangun dan duduk. Ugh.. Badanku pegal.

“Maaf, Pak. Ini ada apa ya, Pak?” aku bertanya pada seorang Pak Polisi yang sedang jongkok di depanku.

“Wah, kecelakaan parah ini,” jawabnya.

“Hah?”

Oh.. Ternyata aku mengalami kecelakaan. Pantasan badanku terasa agak pegal.

Aku memandangi tubuhku. Tidak ada luka apapun. “Tapi, saya sudah tidak apa-apa kok, Pak.”

Seorang Pak Polisi yang lainnya mendatangi kami, “Sepertinya sudah tidak terselamatkan lagi ya.”

Apa maksudnya??

Aku melambai-lambaikan tanganku ke arah 2 Bapak Polisi tersebut, “Bapak-Bapak, saya masih baik-baik saja kok.”

Kemudian, pihak ambulance datang dan hendak mengotongku ke atas tandu.

“Hei! Saya baik-baik saja! Ini semua pada kenapa sih?”

Aku hendak menghentikan mereka, namun ternyata mereka bukan mengotongku.

Lho? Lalu, siapa yang akan digotong?

Aku menolehkan kepala ke belakang, melihat ke arah tempat yang mereka tuju.

A.. Apa.. Apaan iniii??! Kookk…??

Aku melihat tubuhku sendiri yang terbaring di belakangku.

Laluu.. Aku inii??

***

Tubuhku masih terbaring di rumah sakit saat ini. Nyaris meninggal kata Dokter. Aku sungguh berharap nyawaku masih dapat diselamatkan lagi agar rohku bisa kembali ke tubuhku yang asli.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak punya siapapun, hidup hanya sebatang kara. Lagipula, siapa juga yang dapat melihat roh yang berkeliaran tidak jelas seperti aku ini?

“Permisi..”

Aku terperanjat kaget. Seorang pria berdiri di depanku.

Ah.. Palingan dia lagi ngomong sama orang di belakangku.

“Apakah kamu yang bernama Kelly?”

Aku menoleh ke belakangku. Tidak ada siapapun.

Dia ketawa seolah menyadari kebingunganku, “Iya, aku lagi bicara sama kamu.”

Aku semakin terkejut. Kok dia bisa mengetahui namaku? Dan… Kenapa dia bisa melihatku??!

 “Pasti kamu bertanya-tanya, kenapa aku bisa melihat roh. Benar, kan?”

“Ngg.. Maaf.. Kamu siapa ya?”

“Perkenalkan, namaku Andri,” katanya sambil mengulurkan tangan.

Meskipun ragu, aku tetap mengulurkan tangan, “Kelly.”

“Mari kita duduk terlebih dahulu. Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu.”

Kami duduk di sebuah kursi taman. Sepi. Tidak ada seorangpun di sini, sehingga kurasa cukup aman untuk mengobrol dengan Andri agar dirinya tidak disangka gila karena ngomong seorang diri.

“Apakah kamu juga roh seperti aku?” aku memulai pembicaraan.

“Dulunya sih iya..”

“Apa maksudmu?”

“Beberapa tahun yang lalu aku mengalami kecelakaan parah seperti kamu dan hampir meninggal.”

“Kemudian rohmu berkeliaran menunggu tubuh asli kembali sadar, begitu?” aku yang penasaran langsung memotong pembicaraan Andri.

“Iya benar, Kelly.”

“Lalu apa yang kamu lakukan sehingga kamu dapat terselamatkan lagi?”

“Ini yang mau aku jelaskan kepadamu.”

Nah.. Lebih baik aku diam mendengarkan penjelasannya.

“Agar roh kita dapat kembali ke tubuh asli, Petinggi Dunia Roh memberikan syarat kepada roh tersebut. Syaratnya yaitu kamu harus dapat membahagiakan orang yang kamu sayangi atau cintai dalam waktu 1 bulan. Nah.. Untuk menjalankan misi tersebut, kamu akan diberi kesempatan untuk kembali ke tubuh asli selama sebulan.”

Aku sibuk mencerna penjelasannya. Ada ya kejadian seperti ini? Seperti di dunia mimpi saja..

“Jika kamu berhasil lulus tes dari Petinggi Dunia Roh tersebut, kamu akan kembali ke tubuh aslimu. Dan jika kamu gagal.. Dengan sedih kuberitahukan bahwa kamu harus menuju ke alam baka dan tidak dapat kembali ke dunia manusia lagi.”

“Apa ini terjadi pada setiap manusia suatu saat nanti?” aku bertanya.

“Tidak. Ini hanya terjadi pada manusia yang nyawanya nyaris tidak terselamatkan lagi, yang harapan hidupnya sangatlah tipis. Petinggi Dunia Roh memberikan kesempatan dengan menjalani tes tersebut.”

“Lalu, kamu ini siapa? Apa hubungannya dengan semua ini?”

“Karena sebelumnya aku pernah mengalami kejadian sepertimu ini maka setelah aku berhasil hidup kembali, aku diberikan tugas khusus untuk menuntun para roh agar tidak kebingungan.”

“Oh begitu ya.. Bisakah kamu menceritakan kisahmu? Aku ingin berhasil melewati tes ini sepertimu.”

Andri menarik napas panjang kemudian mulai bercerita.

“Kecelakaan yang kualami sangat mengerikan,” Andri bergidik memikirkannya.

“Aku berpikir bahwa hari itu adalah hari terakhirku di dunia ini. Tentu aku sangat sedih karena aku akan meninggalkan semua yang kucintai selamanya.”

Andri memiliki orang-orang yang dia cintai dan mencintainya. Sedangkan, aku..

“Setelah tersadar tidak lama, kemudian aku mengalami koma. Dokter mengatakan bahwa harapan hidupku sangatlah tipis. Saat itu rohku juga berkeliaran tidak jelas karena kebingungan. Pada hari itu juga, aku bertemu dengan seorang manusia yang tugasnya sepertiku saat ini.”

“Aku diberi kesempatan hidup selama sebulan untuk membahagiakan orang-orang yang kucintai. Tentu lumayan mudah bagiku karena aku sungguh mencintai mereka dari hatiku yang paling dalam dan pada akhirnya aku berhasil melewati tes dari Petinggi Dunia Roh dengan baik. Aku dinyatakan lulus oleh Petinggi Dunia Roh dan aku masih hidup sampai sekarang ini.”

 “Aku sungguh iri padamu, Andri..”

“Lho, kenapa iri?” Andri menatapku bingung.

“Kamu memiliki orang-orang yang kamu cintai dan mencintaimu di sekelilingmu sehingga kamu dengan mudah dapat melewati tes ini.”

“Jangan sedih begitu dong, Kelly. Aku yakin kamu juga akan lulus sepertiku kok.”

“Tapi hidupku tidak seberuntung dirimu, Andri..”

“Maksudmu, Kel?”

“Aku hidup di dunia ini hanya sebatang kara. Aku tidak mencintai dan dicintai siapapun, kecuali oleh diriku sendiri.”

Andri terdiam. Ekspresi mukanya tampak merasa bersalah, “Maafkan aku, Kel. Aku tidak tahu.”

“Ah.. Tidak apa-apa, Andri.. Santai saja,” aku tersenyum.

Kami sama-sama terdiam. Aku memandang lampu taman yang dihinggapi beberapa ekor burung. Kulirik Andri. Dia sedang memandang ke arah jalanan yang sepi. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

Aku berusaha memecah keheningan ini. “Andri, aku ingin bertanya.”

“Ya?” Andri tersadar dari lamunannya.

“Seperti kataku tadi, aku kan tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Bagaimana ya caranya agar aku dapat lulus tes ini?”

“Ngg..” Andri menggaruk kepala kebingungan.

“Atau adakah cara lain untuk lulus tes selain dengan membahagiakan orang yang kita cintai?”

“Jujur ya, Kel. Kasus sepertimu ini belum pernah kutangani. Jadi, aku agak bingung.”

“Apakah kamu tidak bisa bertanya pada atasanmu atau siapapun, Andri?”

“Tidak bisa, Kel. Karena aku sudah lulus tes dan berada di dunia manusia, aku tidak bisa lagi berkomunikasi dengan pihak dari dunia roh, kecuali roh yang akan kutangani di dunia manusia sepertimu saat ini.”

“Begitu ya..”

“Hmm.. Apa kamu tidak punya 1 orang pun yang kamu cintai, Kel? Seperti temanmu misalnya?”

Aku menggeleng.

“Kita tidak  bisa terus menyia-nyiakan waktu seperti ini, Kel. Kita hanya punya waktu sebulan untuk menjalani tes itu.”

“Kalau begitu, aku akan berusaha menemukan orang yang aku cintai.”

“Baiklah, Kel. Aku akan mendampingimu selama sebulan. Nah, sekarang mari kita kembali ke rumah sakit agar rohmu dapat kembali ke tubuh aslimu.”

***

Semua ini seperti mimpi. Mimpi yang panjang. Padahal baru tadi pagi aku masuk rumah sakit. Namun, aku masih dapat mengingat semua kejadian selama aku koma secara detail.

“Sungguh suatu keajaiban Kelly dapat tersadar kembali setelah mengalami kecelakaan parah. Padahal kemungkinan dia dapat hidup lagi sangatlah kecil.”

Dokter berdiri memunggungiku. Dokter sedang bicara dengan siapa ya?

Aku berusaha bangun dan mengintip dari balik punggung Dokter.

“Oh! Kelly! Kamu sudah bangun?”

Suara itu.. Andri!!

Andri langsung berjalan ke tempatku terbaring, “Syukurlah kamu sudah sadar, Kel!”

Dokter berbalik badan, “Wah, syukurlah nyawa Kelly dapat terselamatkan. Mari, kami periksa keadaanmu terlebih dahulu ya.”

Dokter dan beberapa perawat sibuk mengecek kondisiku. Andri berdiri di belakang Dokter sambil mengamatiku.

Andai ini bukanlah hanya sementara.. Ah, tapi aku tetap harus bersyukur karena diberi kesempatan selama sebulan. Aku harus berjuang!

“Bagaimana keadaan Kelly, Dok?”

“Kondisi Kelly sudah sangat stabil. Jadi, besok sudah boleh keluar dari rumah sakit. Selamat ya, Kelly,” Dokter tersenyum padaku.

“Terima kasih, Dok,” aku mengucapkan terima kasih.

Dokter dan para perawat keluar dari ruangan. Saat ini hanyalah tinggal kami berdua. Aku dan Andri.

“Kel, bagaimana perasaanmu saat ini?” Andri duduk di sebelahku.

“Hmm.. Sulit dijelaskan, Andri,” aku tertawa atas kebingunganku.

“Kamu baik-baik saja, Kel?” Andri kelihatannya khawatir.

“Baik-baik saja kok, Andri.. Nggak usah khawatir. Aku cuma tidak habis pikir kejadian ini seperti drama saja. Sungguh nggak bisa dipercaya.”

“Aku awalnya juga begitu, Kel. Kupikir semua itu hanyalah mimpi. Tapi, kenyataannya begitulah yang terjadi.”

Melihatku yang tiba-tiba terdiam, Andri melanjutkan, “Nggak usah takut, Kel. Aku akan berusaha semaksimal mungkin agar kamu dapat hidup normal kembali.”

“Terima kasih ya, Andri,” aku menatapnya sambil tersenyum.

Andri pun membalas tersenyum sambil menggangguk.

Sebenarnya hidup atau mati pun tidak ada bedanya. Toh aku tetap hidup sendirian di dunia ini. Namun, aku belum siap untuk meninggalkan dunia manusia selamanya. Aku takut. Apa yang akan kuhadapi di dunia roh nantinya jika aku meninggal? Entahlah..

Sepanjang hari itu kuhabiskan di rumah sakit untuk beristirahat. Andri menemaniku. Kami mengobrol mengenai banyak hal dan bersenda gurau.

“Andri, kamu harus janji ya untuk membantuku melewati tes ini.”

“Tenang saja, Kel. Aku akan membantumu sekuat tenagaku,” kata Andri sambil memamerkan otot-otot di lengannya.

“Apa yang kamu pamerkan, Andri? Otot saja nggak punya! Hahaha!”

“Oh kamu jangan sepelekan ototku ini, Kel! Walaupun ototku tidak tampak, tapi aku pernah ikut lomba tinju lho!”

“Ya kali lomba tinju! Tinju sama tembok!”

Kami pun tertawa terbahak-bahak.

Hari ini pun berlalu. Tak terasa matahari kembali menampakkan diri lagi. Pagi ini aku sudah boleh keluar dari rumah sakit.

“Andri, apakah keluargamu nggak curiga terhadap ‘tugas khusus’mu ini?”

“Nggak kok, Kel. Aku terpaksa harus berbohong jika harus bepergian terus seperti ini. Kukatakan bahwa aku harus menyelesaikan masalah pekerjaan. Kebetulan aku ini freelancer.”

“Oh begitu..”

Walaupun masih pagi, sudah banyak orang berlalu lalang di jalanan. Sebentar lagi kami akan tiba di rumahku.

“Ah! Akhirnya bisa kembali ke rumahku!” aku menghempaskan tubuhku ke atas sofa.

Andri masih berdiri di dekat pintu.

“Andri, duduk dulu yuk! Capek juga ya jalan dari rumah sakit ke rumahku.”

“Ah kamu ini, Kel. Padahal jarak dekat gitu mah!” Andri duduk di sofa lainnya.

“Lumayan jauh lho, Andri! Kamu nggak capek apa?”

“Segitu doang mah nggak kerasa. Pantasan kamu penuh lemak, Kel! Lha jalan sebentar sudah capek!” Andri tertawa cekikikan.

Aku tahu Andri hanya bercanda. Lha kenyataannya aku kurus kering begini. “Oh itu tandanya aku bahagia!” aku pun ikut tertawa sambil menjulurkan lidah.

Aku segera ke dapur dan menyeduh secangkir teh hangat untuk Andri.

“Jadi sekarang apa yang seharusnya kulakukan, Andri?”

“Hmm.. Menurutku kamu harus segera mencari seseorang. Kuharap melalui komunikasi dengan orang tersebut dapat menimbulkan suatu perasaan khusus antara kalian.”

“Tampaknya bakal sulit nih. Bagaimana bisa dalam waktu sesingkat ini menimbulkan perasaan cinta?”

“Bisa saja sih, Kel. Pernah dengar kan istilah jatuh cinta pada pandangan pertama?”

“Pernah sih. Tapi, masalahnya aku merupakan tipe orang yang sulit jatuh cinta!” aku tersenyum masam.

“Oalah..”

“Tapi, apakah perasaan yang dibutuhkan harus berasal dari lawan jenis?”

“Nggak juga, Kel. Bisa dari keluarga ataupun teman. Maaf nih, Kel. Berhubung kamu hidup sendirian seperti katamu, jadi aku menyarankan kamu mencari teman deh.”

“Hmm.. Bagaimana dengan kamu, Andri? Siapa yang jadi targetmu sewaktu kamu menjalani tes ini?”

“Keluargaku, Kel.”

“Baiklah kalau begitu, Andri. Aku akan mengikuti saranmu. Karena kamu merupakan pengawal pribadiku, aku yakin kamu tahu yang terbaik untukku.”

Andri tersenyum, “Terima kasih telah mempercayaiku, Kel.”

“Tapi aku harus cari di mana ya, Andri?”

“Hmm.. Apa kamu mau aku kenalkan kepada seorang temanku?”

Aku melihat Andri tersenyum seperti sedang merencanakan sesuatu.

“Andri.. Kamu jangan kerjain aku ya.”

“Hehehe.. Instingmu memang tajam sekali, Kel!”

“Kamu pasti mau mengenaliku pada seorang laki-laki.”

“Iya, Kel. Tahu saja,” Andri menjulurkan lidah.

“Apa nggak ada teman perempuan, Andri?”

“Aku nggak banyak teman perempuan sih, Kel. Kebanyakan teman laki-laki.”

“Hah? Cowok seganteng kamu nggak dikelilingi banyak perempuan kah? Jangan-jangan kamu…”

“Hei hei! Jangan negative thinking dong! Aku ini masih normal kok!”

“Hahahahaha! Ih Andri! Serius nih masih normal?”

“Kamu ini ya, Kel! Iseng banget!” Andri tertawa sambil melempar bantal sofa ke mukaku.

Aku melempar balik bantal sofa ke arahnya sambil meledek-ledeknya.

“Eh by the way, tadi kalau nggak salah dengar kamu mengatakan bahwa aku ganteng ya, Kel?” muka Andri memerah.

Mukaku ikutan memerah, “Ah salah dengar kali kamu, Andri! Ganteng dari mana toh? Otot saja nggak punya!”

“Memangnya cowok ganteng harus berotot? Ah jujur saja kamu mah, tadi aku dengar dengan sangat jelas lho!”

“Ih Andri! Tolong kondisikan mukamu itu ya! Menggelikan sekali ekspresimu! Hahahahaha!”

“Ah Kelly PHP. Tadi bilangnya aku ganteng, sekarang bilang aku menggelikan.” Andri pura-pura memasang raut sedih.

Aku terus menerus menertawakan tingkah Andri.

Sudah berapa lama ya aku nggak tertawa lepas seperti ini?

“Serius nih, Kel. Jadi kamu mau nggak aku kenalin ke temanku?”

“Ya.. Terserah saja lah, Andri. Pikiranku juga sudah buntu nih!”

“Baiklah. Aku atur waktu buat kita ketemuan ya,” Andri mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi temannya tersebut.

Aku menunggu Andri mengatur jadwal sambil memandangi wajahnya.

Masa sih cowok seganteng ini nggak punya teman cewek? Atau dia sudah punya pacar? Jadi dia nggak boleh dekat-dekat dengan cewek lain lagi gitu?

Aku menggeleng-gelengkan kepala untuk membuyarkan lamunanku. Kurasakan mukaku memanas. Apa yang telah kupikirkan? Hah… Aku menghembuskan napas panjang.

“Kenapa, Kel? Apa kamu keberatan? Kalau keberatan, nggak apa-apa aku cancel saja nih!”

“Ah bukan itu, Andri. Nggak apa-apa kok!”

“Ok, Kel. Jadi temanku ini namanya Dion. Nanti sore kita barengan ke cafe buat ketemuan ya, Kel!”

“Ngg.. Baiklah..”

Kami berdua duduk menonton televisi sembari sesekali mengobrol menunggu. Sore hari pun tiba.

“Ah! Andri! Sini sini!”

Seorang laki-laki seumuran Andri berteriak dan melambai pada Andri. Suasana sore di cafe ini lumayan ramai. Oh, jadi ini cafe yang sedang trend di sosmed? Classy banget..

“Oh itu dia Dion, Kel! Yuk kita ke sana!” Andri menarik tanganku.

“Woi, bro! Lama nggak jumpa!” Dion berdiri dan menyalami Andri.

“Iya, bro! Nih, aku kenalin cewek cantik biar kamu nggak jomblo lagi!”

Aku langsung mencubit lengan Andri.

“Awww!!” Andri meringis sambil cengengesan.

“Hahaha! Sudah biarkan saja tingkah gila dia. Perkenalkan namaku Dion,” Dion mengulurkan tangan hendak berkenalan denganku.

“Namaku Kelly. Salam kenal,” aku menyalami tangannya.

Masih menggosok-gosok lengannya yang kucubit tadi, Andri masih tertawa cekikikan. Aku memperhatikan Dion. Hmm.. Nggak kalah ganteng dengan Andri. Tapi, masih gantengan Andri sih.. Hei, Kelly! Apa sih yang kamu pikirkan? Seketika kurasakan mukaku memanas. Duh, pasti mukaku memerah nih!

“Hei, Kel! Mukamu kok merah begitu? Kenapa? Malu ya kenalan sama cowok ganteng ini?” Andri merangkul Dion.

“Andri, awas ya kamu pulang nanti!” aku memasang tampang galak.

“Aduh takut aku! Ampun, Kel!” Andri malah semakin menjahiliku.

Kami bertiga tertawa. Sore ini kami mengobrol banyak hal. Dion ternyata orang yang mengasyikkan. Tapi, entah mengapa aku merasa Andri jauh lebih keren daripada Dion.

Aku dan Dion saling bertukar kontak. Ke depannya pasti kami akan lebih sering berkomunikasi dan bertemu. Yah.. Memang inilah rencananya. Andri bahkan sangat mendukung kami agar menjalin hubungan khusus. Whattt??

Seperti dugaanku, Dion mulai sering menghubungiku. Terkadang aku lupa dengan keberadaan Andri sewaktu aku berteleponan dengan Dion.

“Oh jadi setelah dapat gebetan, teman dilupakan nih?” Andri memanyunkan bibirnya dengan ekspresi sedih.

“Eh sorry sorry, Andri! Duh, aku nggak bermaksud begitu!”

“Hahaha.. Bercanda kok, Kel. Santai saja. Aku kan lagi nonton televisi,” Andri menjulurkan lidah.

“Andri, apakah Dion tahu mengenai rencana kita? Aku takut dia akan merasa aku memanfaatkan dia.”

“Ah nggak kok, Kel. Tenang saja. Dion nggak tahu apa-apa dan memang hal ini nggak boleh diketahui oleh siapapun selain roh itu sendiri dan pengawal rohnya.”

“Dion sering menghubungiku itu apa kamu yang minta atau gimana, Andri?”

“Itu sih inisiatif dia sendiri, Kel. Memang dari dulu Dion sering memintaku mengenalkannya pada cewek. Sepertinya dia nggak tahan hidup jomblo terlalu lama. Hahaha..”

Apa ini merupakan jalan yang tepat bagiku?

“Apa yang kamu takutkan, Kel? Beritahu padaku. Aku akan membantumu sebisaku,” Andri berpindah tempat duduk ke sebelahku.

“Apa ini akan berhasil, Andri?”

“Pasti berhasil, Kel. Kamu harus optimis.”

Aku melihat sinar keyakinan terpancar dari mata Andri. Aku pun mengangguk.

Dua minggu telah berlalu sejak pertemuanku dengan Dion untuk pertama kalinya. Dion selalu memperlakukanku dengan baik. Andri mengatakan bahwa kami berdua sangat cocok. Aku juga merasa begitu. Semoga saja ini bisa berhasil.

Walaupun aku dan Dion semakin dekat, aku dan Andri tetap berkomunikasi seperti biasa. Malahan aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Andri. Andri selalu mengawasiku kalau-kalau aku butuh bantuannya. Andri memang sahabat yang dapat diandalkan.

“Kel, bagaimana perasaanmu kepada Dion sekarang ini?”

Andri tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu ketika kami berdua sedang asyik menonton televisi di rumahku.

“Hmm.. Bagaimana ya jelasinnya? Aku juga bingung.”

Aku memang merasa nyaman dan senang saat bersama dengan Dion. Aku juga diperlakukan dengan sangat spesial olehnya. Namun, apakah itu cukup menjadi bukti bahwa aku telah jatuh cinta padanya?

“Mungkin kamu perlu waktu untuk memastikan perasaanmu lagi, Kel.”

“Iya, Andri. Aku cuma berharap aku bisa berhasil melewati tes ini. Untuk saat ini biarkan saja semuanya mengalir,” aku tersenyum pada Andri.

Andri balas tersenyum sambil mengangguk.

Tring.. Tring..

“Halo.. Oh ya ya.. Boleh. Sekarang ya. Baik, sampai jumpa.”

“Bahagia amat yang mau pergi berkencan,” Andri menggodaku.

“Iya dong! Andri ikut juga yuk!”

“Ah nggak usah lah, Kel. Ya kali aku ikut kalian berkencan. Yang ada aku jadi obat nyamuk!” Andri memanyunkan bibirnya.

“Aduh cup cup cup!” aku tertawa meledek Andri.

“Udah ah sana siap-siap dulu! Entar pangerannya nunggu lama lho!”

“Hahaha! Siap, Pak Komandan!” aku berlari ke kamar untuk menyiapkan diri.

***

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Masa untuk menyelesaikan tes dari Petinggi Dunia Roh hanya tersisa seminggu lagi. Aku sangat senang karena sebentar lagi aku akan benar-benar “hidup kembali”. Andri turut senang terhadapku.

“Andri, bagaimana caranya Petinggi Dunia Roh memberitahukan bahwa aku lulus tes atau tidak?”

“Nah, ini belum kujelaskan padamu ya. Tiga hari sebelum masa menjalani tes itu berakhir, Petinggi Dunia Roh akan menghubungi kita lewat mimpi. Jadi, bukan hanya kamu yang diberitahukan mengenai hasilnya. Aku selaku pengawalmu juga akan diberitahukan lewat mimpi, Kel.”

“Oh begitu ya, Andri. Baiklah, semoga hasilnya sesuai harapan kita ya.”

Kali ini aku benar-benar yakin bahwa aku telah mencintai Dion. Jadi, aku sangat yakin bahwa aku akan berhasil melewati tes ini. Dion juga terlihat sangat bahagia saat bersama denganku. Tak kusangka ternyata selama ini aku hanya terlalu takut. Buktinya, semua berjalan dengan lancar.

Aku sudah tidak sabar menunggu Petinggi Dunia Roh mengumumkan hasil tes yang kujalani lewat mimpi. Empat hari lagi. Ya, aku harus menunggu 4 hari lagi untuk mengetahuinya. Empat hari ini kulalui dengan bahagia bersama orang yang kucintai..

“Andri! Melamun aja kamu!” aku menepuk lengan Andri.

“Eh! Sorry, Kel! Ada apa?”

“Ah, dari tadi aku ngomong panjang lebar dicuekin.”

Andri tetap terdiam.

“Andri, ada masalah apa?” aku mulai khawatir. Tidak seperti biasanya Andri yang ceria tiba-tiba diam begini.

“Ah.. Nggak ada apa-apa kok, Kel!” Andri tersenyum.

Aku tahu Andri sedang menyimpan sesuatu dariku. Andri berusaha tersenyum menutupi semuanya. Walaupun aku mengenal Andri hanya dalam waktu sesingkat ini, namun aku dapat merasakan sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Akhir-akhir ini Andri tampak murung. Ada apa ya? Apa ini berhubungan dengan tes yang kujalani? Aku mulai panik.

“Ini nggak ada hubungannya dengan tes yang kamu jalani kok, Kel. Jadi nggak usaha khawatir ya,” kata Andri seolah-olah dapat membaca pikiranku.

“Terus kamu kenapa tampak nggak bersemangat seperti biasa, Andri?”

“Oh aku lagi sedikit nggak enak badan aja, Kel.”

“Serius kamu, Andri?” aku spontan mengusap dahinya. “Nggak panas tuh.”

Andri kaget lalu duduk menjauhi diriku, “Ng.. Iya sedikit aja kok, Kel. Nggak apa-apa,” muka Andri memerah.

“Aku ambilkan obat ya, Andri!”

“Ah nggak usah repot-repot, Kel! Sebaiknya aku pulang ke rumah untuk istirahat deh.”

“Iya, Andri. Kamu harus istirahat agar cepat sembuh ya. Jangan khawatirin aku. Aku yakin semua akan baik-baik saja.”

“Baiklah, Kel. Kalau begitu, aku pulang dulu ya.”

Andri berpamitan padaku dan segera pulang. Semoga Andri cepat sembuh dan bisa ceria kembali.

Empat hari berlalu dan Andri tidak datang menemuiku lagi. Tidak ada kabar apapun juga darinya. Apa Andri belum sembuh ya? Rasanya aku… Kangen sekali. Aku ingin menjenguknya, namun aku tidak tahu alamat rumahnya. Aku ingin menghubunginya, namun aku takut mengganggunya beristirahat. Sebaiknya besok saja aku menghubungi Andri. Sekalian membahas hasil tes yang akan kami ketahui nanti malam.

Akhirnya tiba juga saat yang kutunggu-tunggu. Kupejamkan mata. Rasa kantuk belum juga menyerang. Pikiranku berkeliaran ke mana-mana. Aduh, Kel! Kamu harus cepat tertidur! Apakah Andri sudah bermimpi ya sekarang? Bagaimana ya hasilnya?

Tiba-tiba aku sudah berada di suatu tempat. Gelap. Sunyi. Sepertinya aku sudah masuk ke dalam dunia mimpi. Ya benar, ini adalah dunia mimpi. Beginikah rasanya mengalami mimpi secara sadar?

Tempat ini sangat asing bagiku. Tidak ada siapapun di sini, sampai terdengar bunyi langkah kaki seseorang. Andri kah itu? Apakah kami akan bertemu di dunia mimpi? Kutengadahkan kepala melihat sosok di depanku. Bertubuh besar dan tegap. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena wajahnya tertutup oleh tudung.

“Selamat malam, Kelly. Saya adalah wakil dari Petinggi Dunia Roh,” suara beratnya memenuhi tempat itu.

“Se.. Selamaatt malam,” sungguh aku bingung hendak mengatakan apa.

“Aku akan memberitahumu mengenai hasil tes yang telah kamu jalani selama lebih dari 3 minggu ini.”

Deg.. Deg... Deg...

Jantungku berdegup dengan keras, sampai aku khawatir suaranya akan terdengar oleh wakil Petinggi Dunia Roh.

Sang wakil membuka sebuah kertas panjang yang entah muncul dari mana. Kemudian Beliau membacanya, “Kelly, bersama dengan surat dari Petinggi Dunia Roh ini, dengan berat hati harus saya sampaikan bahwa Anda tidak lulus dalam tes untuk kembali ke dunia manusia ini.”

“Hahhh?!” aku pasti salah dengar. “Maaf. Apakah saya salah mendengar… bahwa sa..ya.. tidak lulus??”

“Tidak, Anda tidak salah mendengar.”

Apa Beliau bercanda??

“Saya tidak bercanda. Ini adalah keputusan final dan tidak dapat diganggu gugat lagi,” katanya menjawab pertanyaan yang terlintas di pikiranku.

Aku hampir menangis, “Ba.. bagaimanaa.. saya bisa tidak lulus.. tes ini? Apa salah sayaa??”

“Karena Anda belum memenuhi syarat yang telah diberikan.”

“Saya telah menemukan dan mencintai seorang laki-laki yang bernama Dion. Bahkan saya sudah sangat yakin bahwa saya sudah membuatnya bahagia.”

Sang wakil menggelengkan kepala, “Nah, di situlah letak kesalahan Anda.”

Aku mengernyitkan dahi berpikir keras. Salah apa aku?

“Dion bukanlah orang yang benar-benar Anda cintai.”

“Saya benar-benar mencintainya!”

“Tidak. Bukan dia,” sang wakil tetap ngotot pada perkataannya.

Aku masih tidak habis pikir, jadi perasaanku pada Dion itu disebut apa?

“Kagum. Hanya sebatas itu perasaan Anda pada Dion.”

Sekarang giliranku menggeleng-geleng kepala.

“Saya dapat membaca dan melihat isi hati terdalam dari setiap orang. Sesungguhnya, laki-laki yang Anda cintai adalah pengawal Anda sendiri.”

“Apa?? Andri??” aku nyaris berteriak.

“Iya benar. Perasaan cinta itu sudah tumbuh dari awal tanpa kalian sadari. Namun saat menyadarinya, semua sudah terlambat. Selama ini kalian berdua berusaha mengelak dan menepis perasaan kalian masing-masing.”

Sang wakil terdiam sebentar. Melihatku yang tidak memberi respon, Beliau melanjutkan, “Di dunia manusia bahkan dalam dunia mimpi sekalipun orang yang Anda cari adalah Andri.”

Iya sih. Kapanpun dan di manapun, orang yang kucari adalah Andri.

“Baiklah kalau begitu. Saya akan berusaha membahagiakan Andri dalam sisa waktuku ini,” kataku dengan yakin.

“Maaf, Kelly. Anda sebagai roh tidak diperbolehkan jatuh cinta dengan pengawal khusus roh. Ini melanggar aturan dunia roh. Bahkan jika Anda telah berhasil melewati tes dan kembali ke dunia manusia, Anda tetap tidak boleh jatuh cinta terhadap sang pengawal.”

Mendengar penjelasannya, aku benar-benar sudah merasa putus asa. Tidak ada jalan keluar lain lagi. Tanpa sadar, air mataku benar-benar turun membanjiri pipiku.

“Lalu, apa yang harus saya lakukan dalam 3 hari yang tersisa ini?”

“Tiga hari ini adalah kesempatan terakhirmu untuk melewati tes dengan berhasil. Carilah orang lain yang benar-benar kamu cintai dan bahagiakanlah dia!”

Tiba-tiba sosok sang Wakil Petinggi Dunia Roh menghilang begitu saja di hadapanku.

Bagaimana aku bisa melewati tes ini hanya dalam 3 hari??! Aku harus diskusikan pada Andri!

Kubuka mataku. Sinar matahari masuk menembus jendela kamarku. Kuraih ponselku yang terletak di meja sebelah kasur. Aku harus menghubungi Andri!

Tring.. Tring..

Andri meneleponku. Kebetulan sekali!

“Halo, Andri! Oh ya ya.. Boleh, segera datang ya! Aku tunggu!”

Tak berapa lama kemudian, Andri sudah duduk di depanku.

“Aku sungguh terkejut, Kel. Padahal kita sangat yakin bahwa kamu akan lulus.”

“Yah.. Begitulah, Andri.”

Sorry, Kel. Aku sungguh merasa bersalah karena nggak bisa membantumu.”

“Nggak apa-apa, Andri. Aku juga ingin minta maaf karena selama ini sudah merepotkanmu.”

“Itu memang sudah kewajibanku, Kel.”

“Terima kasih, Andri.”

Kami sama-sama terdiam dalam pikiran kami masing-masing.

“Kel..”

“Andri..”

“Ngg.. Kamu ngomong duluan, Kel.”

“Nggak apa-apa. Kamu duluan, Andri.”

“Kel, sebenarnya aku… jatuh cinta padamu sejak awal kita berkenalan.”

“Hah?”

“Aku tahu ini melanggar aturan dunia roh maka itu akhir-akhir ini aku berusaha menghindarimu, Kel. Maafkan aku. Aku sudah berusaha menepis perasaanku sekuat mungkin, namun semakin kuat aku menolak mengaku perasaanku, semakin kuat pula aku yakin bahwa aku mencintaimu.”

Aku menangis.

“Eh? Kelly? Kamu kenapa? Apa aku salah ngomong?” Andri langsung panik.

“Nggak, Andri. Aku benar-benar terharu bahwa masih ada yang mencintaiku dengan tulus. Kamu bahkan rela jika aku bersama Dion. Demi kebahagiaanku, kamu rela menderita.”

“Maafkan aku, Kel. Akhirnya malah seperti ini.”

“Aku yang harus meminta maaf padamu, Andri. Selama ini aku juga berusaha membohongi diriku sendiri. Padahal orang yang selalu kucari dan kuperlukan adalah kamu. Bukan Dion.”

Andri memelukku. Aku menangis. Andai saja mencintai Andri tidak melanggar aturan dari dunia roh.

“Waktuku di dunia ini hanyalah tersisa 3 hari, Andri. Namun, aku akan tetap berusaha membahagiakanmu.”

“Nggak bisa, Kel. Kamu tetap harus segera menemukan orang yang tepat untuk kamu cintai dan bahagiakan agar kamu dapat ‘hidup kembali’!”

Aku menggeleng, “Aku akan tetap mencintai dan membahagiakanmu walaupun aku harus kehilangan hidupku, Andri. Aku nggak bisa memaksa hatiku untuk mencintai orang lain lagi.”

Aku melepas pelukan Andri. Baru kali ini aku melihat seorang laki-laki menangis.

“Aku tetap nggak diperbolehkan untuk mencintaimu, baik sekarang maupun saat aku telah ‘hidup kembali’ nanti. Kenapa mencintai seseorang harus serumit ini, Andri?”

“Maafkan aku, Kel,” Andri menundukkan kepalanya.

“Sudahlah, Andri. Tiga hari ini mari kita jalani dengan hati yang gembira!” aku berusaha menyemangati Andri, walaupun hatiku sangat terluka.

Andri mengangguk, “Kita harus menunjukkan pada Petinggi Dunia Roh ketulusan cinta kita. Aku berharap Petinggi Dunia Roh sudi membebaskan kita dari aturan tersebut.”

Aku tersenyum sambil menggenggam tangan Andri.

***

Tiga hari ini aku dan Andri benar-benar menikmati kebersamaan kami.

“Kel! Itu nasi mau disisain sampai besok?” Andri cekikikan.

“Eh? Mana? Mana?” aku berusaha meraba-raba mukaku mencari nasi yang menempel.

Andri membantuku menyingkirkannya. Hah.. Bukan membantu sih, lebih tepatnya menjahili.

“Bagusnya ditempel di sini, Kel!” Andri malah menempelkan sebutir nasi tadi ke keningku.

“Ih, Andri!”

Andri menjulurkan lidahnya. Syukurlah Andri sudah kembali ceria seperti biasa.

Sore itu, kami duduk di tepi pantai setelah selesai makan.

“Andri, jika aku telah tiada nanti kamu jangan sedih ya! Kamu harus tetap ceria dan bahagia seperti sekarang.”

“Aku nggak akan sedih kok, Kel! Tenang saja!”

Ih Andri kok jawabannya malah seperti itu? Seakan-akan nggak akan merindukanku lagi nantinya.

“Karena kita akan bertemu lagi. Bagaimanapun caranya. Aku siap jalani, Kel,” lanjut Andri.

“Hah? Maksudmu apa, Andri?”

“Ada deh…” Andri tersenyum licik.

“Andri, sebaiknya kamu jangan melakukan hal yang aneh-aneh dan membahayakan dirimu ya!” aku malah khawatir.

Andri hanya tersenyum, tidak menjawabku.

Tiga hari bukanlah waktu yang lama. Apalagi jika kamu mengetahui bahwa ajal akan segera menjemputmu. Seperti yang aku alami sekarang ini. Lagi-lagi aku mengalami kecelakaan parah, persis yang kualami sebulan yang lalu.

Bagaimanapun aku harus siap kembali ke dunia roh. Meninggalkan seorang manusia yang kucintai. Manusia yang saat ini sedang menangis histeris. Menangisi kepergianku.

Andri, jangan menangis! Aku akan bahagia di sini!

Sayangnya Andri tidak bisa mendengarku. Apalagi melihatku. Sesudah tugasnya selama sebulan, sang pengawal tidak akan bisa berkomunikasi lagi dengan roh tersebut.

Tiba-tiba rohku melayang, entah ke mana. Aku hanya pasrah. Mungkin inilah saatnya aku kembali ke hadapan Petinggi Dunia Roh.

Selamat tinggal, Andri…

***

Sudah selama sebulan aku berada di dunia roh. Sebentar lagi aku akan melupakan semua kejadian yang pernah kualami selama di dunia manusia sebelumnya. Ya, begitulah aturan di dunia roh. Aku akan ‘terlahir kembali’ menjadi manusia baru di kehidupan selanjutnya.

 “Kelly!”

Aku menoleh untuk melihat siapa yang memanggil namaku. Ternyata, seseorang yang selalu terlintas dalam pikiranku. Setiap menit. Setiap detik.

“Andri!” aku berlari ke arahnya. Aku sungguh merindukan dirinya!

Ketika kami hendak berpelukan, tiba-tiba muncul seperti kilat yang menghalangi kami.

“Aduh!” kami sama-sama berteriak dan terpental jauh.

Andri! Sudah saya peringatkan kepada Anda agar tidak melanggar aturan di dunia roh ini!

Tiba-tiba terdengar suara yang berat dan tegas. Suara Petinggi Dunia Roh.

Anda telah dengan sengaja melakukan aksi bunuh diri demi menemui Kelly di dunia roh. Maka Anda akan dikenai sanksi berat!

“Apa? Andri! Apa yang telah kamu lakukan? Aku sudah pesan padamu agar nggak melakukan hal yang membahayakan dirimu, kan?”

“Maaf, Kel. Semua ini kulakukan demi menemui dirimu. Walau hanya sebentar, aku sangat senang melihat kamu baik-baik saja di sini. Aku telah berjanji padamu sebelumnya bahwa bagaimanapun caranya, kita akan bertemu lagi dan aku telah menepatinya.”

Aku menangis sejadi-jadinya. Kenapa Andri bisa sebodoh ini? Menyia-nyiakan hidupnya demi aku yang merupakan seseorang yang baru saja dia kenal!

“Aku akan selalu mencintaimu, Kelly.”

Roh Andri perlahan-lahan menghilang.

“Andri!” aku menangis sesenggukan. “Aku juga akan selalu mencintaimu, Andri..”

Sesudah mengucapkan kalimat tersebut, aku merasakan pikiranku mendadak kosong. Aku tidak ingat apapun lagi saat ini. Secepat itu.

Kelly, karena Anda turut melanggar aturan dunia roh, Anda juga akan dikenai sanksi.

Petinggi Dunia Roh bersuara.

Anda tidak akan saya izinkan untuk bereinkarnasi di kehidupan selanjutnya lagi. Roh Anda akan tetap berada di sini selamanya!

Aku hanya terdiam karena tidak dapat mengingat apapun sekarang. Perasaanku ada yang mengganjal. Sepertinya ada seseorang yang telah kulupakan. Perasaan itu sangat kuat, namun aku sulit untuk mengingatnya.

Siapakah dia? Apa hubungannya denganku? Apa dia juga roh di sini? Apa dia sedang menjalani hukuman sepertiku? Ataukah menjalani hukuman yang lebih berat?

Aku tidak tahu.

***

Tags: tlwc19

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
An Angel of Death
308      187     1     
Short Story
Apa kau pernah merasa terjebak dalam mimpi? Aku pernah. Dan jika kau membaca ini, itu artinya kau ikut terjebak bersamaku.
29.02
369      172     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Sisi Lain Tentang Cinta
705      380     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Rumah Hantu
316      203     2     
Short Story
kenapa kamu harus setakut itu dengan hantu?
My Halloween Girl
988      521     4     
Short Story
Tubuh Kevan bergetar hebat. Ia frustasi dan menangis sejadi-jadinya. Ia ingat akan semalam. Mimpi gila itu membuatnya menggila. Mimpi itu yang mengantarkan Kevan pada penyesalan. Ia bertemu dengan Keisya dimimpi itu. “Kev, kau tahu? Cintaku sama besarnya denganmu. Dan aku tak akan membencimu,”. Itu adalah kata-kata terakhir Keisya dimimpinya. Keisya tak marah dengannya. Tak membencinya. Da...
ashira dan Kematian
264      177     3     
Short Story
Ashira kehilangan Gabriel. ia berusaha menangkap pencuri yang sudah membuat gabriel pergi. namun semua berbalim ketika Ashira tau tentang siapa sebenarnya yang melakukan hal itu pada Gabriel.
RUMAH ITU
447      246     0     
Short Story
Seorang laki-laki memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan pergi sejauh mungkin, saat di perjalanan, dia menumui seseorang dan pergi ke hutan. Beberapa hari kemudian, kejadian aneh mulai terjadi, apakah dia akan selamat atau tidak?
Who are you
308      216     2     
Short Story
Cassandra atau yang dipanggil Cassa, merasa dirinya selalu diintai orang asing melalui akun sosial media miliknya. Berawal dari sebuah akun bernama X_lion yang meminta pertemanan melalui salah satu aplikasi daring, Cassa mengenal sosok laki-laki yang sering mengisi hari-harinya itu. Namun, chatting online itu terendus oleh Kinno, pacar Cassa. Kinno marah dan meminta Cassa memutuskan hubungan chat...
That Day
300      205     1     
Short Story
Hari itu benar-benar hari penyesalan terbesarnya. Jika saja dia mengatakan sejujurnya pada Sena, maka mungkin dia bisa mencegah Sena pergi. Hari-hari dia berdoa dan memohon agar dapat memutar ulang waktu atau setidaknya mendapatkan Sena kembali, namun keajaiban tetaplah sebuah keajaiban.
One hour with Nana
310      209     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?