Read More >>"> Rasa yang tersapu harap (Mulai benar-benar kehilangan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang tersapu harap
MENU
About Us  

 

•••••

 

Semuanya masih sangat terasa abu-abu. Tidak jelas dan masih samar. Dan itu membuatku bertahan lebih lama untuk kamu.

 

-Leanandra Kavinta-

 

🍎🍎🍎🍎🍎


Andra membawa langkahnya menuju lantai satu, terus berjalan menelusuri koridor sekolah yang ramai. Di sebelahnya ada Julian. Ia memaksa cowok itu untuk ikut menemaninya. Julian sendiri bingung ketika melihat gadis itu tidak bersama Darpa. Hari ini Darpa tidak masuk sekolah, entah kemana perginya cowok itu.

"Sebentar! Jalannya pelan-pelan. Lo kayak lagi dikejar penagih hutang aja sih, Ndra." Celetuk Julian.

Andra masih mencekram tangan Julian . Supaya cowok itu tidak kabur. Soalnya sebelum mengajaknya pergi ke perpustakaan, banyak sekali alasan yang dia sebutkan. Entah malaslah, bilang perpustakaan tidak seru padahal sering pinjam buku, bilang lapar mau ke kantin padahal baru selesai makan, bilang di sana sepi dan ia tidak menyukainya, padahal cowok itu pun selalu menyendiri dengan buku yang dibacanya.

Andra mendengus sebal. Masih menarik tangan Julian. "Pokoknya temenin aku ke perpus!"

"Iya, tapi jalannya pelan-pelan. Terus nih tangan lo gak usah narik-narik, emangnya gue apaan!" Sewot Julian.

Andra menghempaskan tangan Julian sedikit kasar. Membuat Julian melotot tidak percaya. Cowok itu mendengus melihat perubahan mood Andra yang semakin tidak terkendali.

"Lo kenapa sih? Gara-gara Darpa?"

"Enggak," celetuk Andra berjalan lebih dulu. Julian mengejar langkah gadis itu dan menyamainya.

"Mood lo ancur banget, dah."

"Emang!" Ketus Andra.

"Yaudah-yaudah, ayo ke perpus. Gak usah ngambek." Ajak Julian menggandeng tangan gadis itu. Membuat banyak pasang mata menatap mereka bingung.

Melewati koridor kelas sepuluh, mereka menyeberang jalan kecil setapak menuju perpustakaan. Baru beberapa langkah menyeberang, seseorang sudah menyeletuk menatap mereka. Tapi Andra tidak memberi reaksi apa pun. Semuanya masih sama, ia hanya diam tidak menanggapi. Lagipula, buat apa susah payah meladeni seseorang yang tidak membawa pengaruh baik untuknya.

"Cowoknya ganti lagi, cui!" Celetuk Barel memandang Andra sinis.

"Wajar sih menurut gue, tau sendiri dia cewek kayak gimana!" Timpal Jensen.

"Aneh gak sih, tiap waktu gonta-ganti pasangan. Kayak enggak laku aja," balas Barel tertawa. Tawa yang mengejek tentunya.

Andra diam saja tidak mau membalas perkataan Barel. Andra dan Julian berhenti di hadapan mereka. Julian memandang tajam kedua orang itu tapi tidak pada Khadzam. Cowok itu hanya diam di antara mereka, tidak mau ikut campur. Masih dengan wajah datarnya, tidak ada senyum maupun tawa. Pandangan Khadzam mengarah pada Andra, tersenyum kecil. Andra tersentak, benar, baru saja Khadzam tersenyum. Senyum yang tidak bisa dilihat siapa pun. Dan, beruntungnya dia yang bisa melihatnya. Andra membalas senyum itu dengan senyum tipis.

"Lo siapa, sih? Masih junior di sini, gayanya udah kayak apa tau!" Celetuk Julian memandang mereka tajam.

"Udah tau gue junior lo, pake nanya lagi." Seru Jensen.

Julian melotot, kaget. Cowok itu berani sekali menjawab ucapannya. "Nama lo siapa? Bisa ketemu sama gue di--" Julian membisikkan sesuatu di telinga Jensen membuat cowok itu mundur beberapa langkah. Wajahnya jadi pucat, dia memasang sikap waspada.

Julia tersenyum amat manis. Tapi yang Andra lihat tidak begitu. Itu bukan senyum manis yang menandakan pertemanan, tapi itu adalah seringai yang terlihat menyeramkan.

"Ayo, Ndra. Kita pergi aja, gak usah ladenin lagi bedebah kayak mereka. Kalo nanti lo digangguin lagi, bilang sama gue." Ajak Julian memberi senyum licik ke arah Jensen. Tentu ke arah teman-temannya juga.

Julian menggandeng tangan Andra menuju perpustakaan yang sudah dekat. Gadis iru mengernyit bingung. "Kamu ngomong apa sih Jul tadi sama Jen?"

"Cowok yang songong itu?"

Andra mengangguk pelan, "Iya, ngomong apa? Kok dia sampe mundur kayak takut gitu sama kamu."

Julian tertawa renyah, "Ah, enggak ngomong apa-apa kok. Cuma ngajak dia ketemuan di suatu tempat aja, ngajak main biar dia kenal sama seniornya."

"Kamu gak aneh-aneh, kan?"

"Enggak kok, Ndra. Mana berani gue aneh-aneh sama mereka." Balas Julian terkekeh.

Andra kembali diam, membiarkan Julian masih dengan tawanya. Setelah sampai di perpustakaan, mereka langsung masuk ke dalam. Mereka langsung disambut hangat oleh Mbak Anggi di depan.

"Halo, Mbak." Sapa Anda pada Mbak Anggi.

"Halo... Hai!" Balas Mbak Anggi tersenyum.

"Aku mampir lagi ke sini," seru Andra tertawa.

"Sama Julian?" Mbak Anggi melirik Julian. Gadis itu mengangguk pelan.

"Ya udah, masuk aja ke dalam. Pilih buku yang mau kalian baca." Andra mengangguk dan meninggalkan mereka di depan.

"Tumben banget sama dia." Celetuk Mbak Anggi menatap Andra dari jauh, sesekali mereka bertukar senyum. Lalu beralih menatap Julian yang memerhatikan gadis itu.

"Dia abis ditinggal sama doinya." Sahut Julian terkekeh.

"Segitunya?"

Julian menggendikan bahunya, "Gak tahu. Mungkin dia merasa kehilangan banget. Setiap waktu bareng terus sekarang ditinggal sendiri."

"Kamu suka sama dia?"

Julian menatap Mbak Anggi tidak percaya. Pertanyaan macam apa itu?

*****

 

"Mana sih bukunya?" Gumam Andra terus mencari sebuah novel yang diberi tahu oleh salah satu penghuni perpustakaan. Gadis berkacamata yang cantik. Gadis yang ia temui di tribun saat pertandingan persahabatan waktu itu. Ternyata dia juga suka main di perpustakaan, Andra hampir tidak mengenalnya karena dia memakai kacamata.

 

Gadis itu melusuri rak demi rak, menyentuh buku-buku yang terpajang rapi. Menyentuhnya dan terus mencari. Banyak sekali buku di sini, bahkan terasa sulit untuk mencari satu buah buku yang sudah diincar. Padahal di sini cukup sepi sehingga mudah untuk mencari buku tapi banyaknya buku membuat kesulitan.

 

"Mana, ya?"

 

Andra terus mencari, berpindah rak dari rak sebelumnya. Novel di perpustakaan Mandala terdiri dari dua rak. Tinggi rak sekitar dua meter dan ada lima baris untuk meletakkan buku-buku. Novel di sini terdiri dari novel sastra, fiksi populer sampai yang non-fiksi.


"Nyari buku apa?" Tanya seseorang.

Andra menoleh, dan menatap orang itu dengan senyum. Ternyata Adit. Pantas saja ia mengenal suaranya.

"Nyari novel Tere Liye." Balas Andra.

"Bukan rak ini, tapi rak satunya." Ucap Adit berjalan menuju rak yang tadi ia cari. Cowok itu mulai memilah buku dan meraih satu buku yang diletakkan paling atas.

"Ini kan?" Tanya Adit menyodorkan buku dengan penulis bernama Tere Liye. Andra mengangguk, mengambil buku itu.

"Makasih, ya. Tadi aku cari gak ketemu."

"Jelas enggak ketemu. Bukunya ditaruh di rak paling atas, lo mana sampe." Balas Adit tertawa. Membuat Andra merengut kesal.

"Yaudahh, gue duluan ya."

"Eh, Adit! Tunggu sebentar!" Pekik Andra sedikit kencang. Membuat penghuni perpustakaan langsung menatapnya, menyuruh diam. Andra tersenyum kikuk dan meminta maaf karena sudah mengganggu mereka.

"Kenapa?" Adit berbalik, menunggu gadis itu yang berjalan menghampirinya.

"Em... aku mau tanya, boleh?"

"Tanya aja," balas Adit tersenyum. Aditya Rahaja, ketua OSIS SMA Mandala. Tubuhnya tinggi tegap, wajahnya tegas. Tidak ganteng menurut Andra, tapi dia manis. Adit ketua OSIS yang sangat didambakan kaum hawa, terlebih dengan adik kelasnya. Sama seperti Darpa. Mereka sebelas-dua belas. Tingginya beberapa centi diatasnya. Buktinya, ujung kepalanya saja masih berada di bawah dagunya. Tinggi sekali.

"Kamu tahu di mana Darpa?"

Adit mengernyit, sedangkan gadis itu mulai menunduk. Andra menunggu jawaban Adit cukup lama, hingga beberapa detik kemudian, suara Adit kembali terdengar.

"Nggak, bukannya dia sering sama lo?"

"Belakangan ini dia nggak pernah sama aku lagi, nggak tahu kemana. Dia menghilang, aku pikir kamu tahu dimana keberadaannya."

"Gue gak tahu, Ndra. Gue juga kan gak terlalu deket banget Darpa. Anak itu terlalu misterius menurut gue. Yang tahu tentang dia juga cuma lo, anak OSIS yang lain aja nggak tahu banyak tentang Darpa. Paling cuma tahu nama lengkap, kelas sama alamat rumah. Gak lebih dari hal biasa."

Andra menghela napas lelah. Rupanya Adit juga tidak mengetahui keberadaan Darpa. Melihat wajah gadis itu yang kecewa, Adit kembali menceletuk. Membuat Andra  mendongak menatapnya.

"Emangnya kalian lagi ada masalah? Kok bisa jauhan kayak gini?"

"Enggak ada," balas Andra sekenanya.

"Hem..." Adit berpikir sejenak, masih menatap gadis itu dengan tenang. "Mungkin dia lagi ada masalah yang harus diselesaikan. Dia gak mau nyusahin banyak orang juga. Eh, tapi ini baru kemungkinan aja, gue kan gak tahu juga."

Andra mengangguk, tidak menyalahkan Adit. "Yaudah deh Dit, aku cuma mau tanya itu aja."

Adit mengangguk, lalu berbalik dan kembali berjalan keluar perpustakaan. Tapi baru beberapa langkah menuju pintu keluar, Adit kembali berbalik menatap Andra yang masih bergeming. Dia tersenyum sangat manis. "Gue yakin Darpa bakalan baik-baik aja, kalian mungkin emang butuh waktu. Semangat ya, Ndra. Banyak yang masih peduli sama lo."

Kemudian setelah kalimatnya itu, Adit benar-benar keluar perpustakaan. Gadis itu terdiam memikirkan perkataan Adit. Dia benar, masih banyak yang peduli padanya. Tidak harus Darpa, tidak selalu cowok itu. Tapi perasaannya cuma mau sama Darpa, bukan sama yang lain. Egois memang.

Hingga tepukan di pundak Andra memaksa gadis itu menoleh, ternyata Julian. Cowok itu tersenyum. "Dari mana aja sih, gue nyariin tau."

"Cari ini," balas Andra menunjukkan novel karya Tere Liye. "Dari tadi enggak nemu, gak tahunya diletakkan di rak paling atas."

"Lo nyampe emang? Lo kan pendek." Celetuk Julian meledek.

Andra mendesis, melirik Julian sinis. "Gak usah ngatain! Lagian banyak orang kok yang mau bantu aku ambil buku ini. Gak harus kamu, kan?"

"Iya... Iya..." Balas Julian terkekeh, "Gitu aja ngambek."

"Siapa juga yang ngambek!" Ketus Andra. Berjalan lebih dulu meninggalkan Julian.

"Dasar cewek! Bilangnya enggak ngambek, tapi malah ninggalin. Suka heran deh sama yang namanya cewek, sikapnya aneh banget."

*****

 

"Halo kak!" Sapa seseorang ketika Andra baru tiba di depan kelas. Gadis cantik dengan penampilan yang menurutnya terlihat sangat sederhana. Dia memandang ramah, dengan senyum yang manis.

 

"Siapa?"

 

"Kenalin," balasnya mengulurkan tangan. Membuat Andra meraihnya. "Namaku Celine Anggraini. Kakak bisa panggil aku Cel."

 

Andra mengangguk, melepaskan tanganny dari gadis itu. "Ada apa?"

 

"Kakak yang namanya kak Andra, bukan? Tadi aku tanya temen sekelas kakak, katanya kakak masih di perpus."

 

"Iya benar, ada apa?" Balas Andra.

 

"Em..." Gumam Celine menatap Andra ragu. Dia terlihat ingin menyampaikan sesuatu tapi tidak tahu bagaimana menyampaikannya. Andra masih bergeming, menunggu lanjutan ucapannya. "Kak Andra, boleh aku minta nomer kakak? Ada satu hal yang mau aku kasih tahu, tapi enggak bisa sekarang."

 

"Penting?"

 

"Penting." Balas Celine mengangguk. Celine mengeluarkan ponsel miliknya dan menyodorkan kepada Andra. Gadis itu mengambilnya, mulai mengetik nomor ponselnya. Setelah selesai, ia mengembalikan ponsel milik Celine.

 

"Makasih ya kak, nanti aku ajak makan gratis deh!" Seru Celine tertawa. Dia melambaikan tangannya, berjalan kembali menuju kelasnya.

 

"Siapa?" Celetuk seseorang di belakang Andra. Membuatnya berbalik dan mendengus sebal. Ia masih kesal dengan Julian.

 

"Bukan urusan kamu!"

 

"Masih aja ngambek," seru Julian terkekeh.

 

"Aku enggak ngambek, Julian!" Pekik Andra kesal.

 

"Iyaa... Iya..." Balas Julian pasrah.

 

Andra masuk ke dalam kelas dengan Julian di sampingnya. Julian masih terus bertanya tentang adik kelas yang datang menemuinya. Gadis itu pun heran, ada keperluan apa dia sampai datang menemuinya. Minta nomor ponsel segala.

 

Andra duduk di meja paling belakang, Julian di sebelahnya. Dia bilang, tidak baik gadis sepertinya duduk sendiri. Mending dia temani. Dan akhirnya Julian pindah duduk di sebelahnya selama Darpa tidak masuk sekolah. Andra sudah bertanya ke sekretaris kelas kenapa Darpa tidak masuk sekolah, tapi dia bilang Darpa alpa. Yang artinya, tidak diketahui kemana perginya cowok itu.

 

"Lo kangen Darpa gak?" Celetuk Julian membuat pergerakkan Andra terhenti.

 

Gadis itu meliriknya, "Kangen, lah. Siapa sih yang enggak kangen sama dia."

 

"Gue enggak kangen!"

 

"Itu sih aku enggak peduli." Balas Andra mendengus. Julian tertawa.

 

"Eh, Ndra. Cewek yang tadi siapa namanya? Cantik."

 

"Namanya Celine Anggraini."

 

"Anak kelas berapa?"

 

"Sepuluh."

 

"IPA atau IPS?"

 

"Mana aku tahu!" Kesal Andra. Ia mendelik menatap sinis Julian. Membuat cowok itu tertawa terbahak. Aneh sekali memang sikap Julian.

 

"Lo sensi banget ditinggal Darpa. Kan masih ada gue,"

 

"Tetep aja rasanya beda."

 

"Emang Darpa rasa apa?" Celetuk Julian dengan senyum meledeknya. Andra mendesis, bisa gila jika terus meladeni Julian. Cowok itu terus tertawa.

 

"JULIAN!" Pekik Andra membuat Julian semakin tertawa terbahak.

 

🍭🍭🍭🍭🍭

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nanasmuda

    Lucu banget Darpa sama Andra ini

    Comment on chapter Sahabat
Similar Tags
Monday
253      198     0     
Romance
Apa salah Refaya sehingga dia harus berada dalam satu kelas yang sama dengan mantan pacar satu-satunya, bahkan duduk bersebelahan? Apakah memang Tuhan memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan? Ah, sepertinya malah memperparah keadaan. Hari Senin selalu menjadi awal dari cerita Refaya.
Hati dan Perasaan
1402      847     8     
Short Story
Apakah hati itu?, tempat segenap perasaan mengendap didalamnya? Lantas mengapa kita begitu peduli, walau setiap hari kita mengaku menyakiti hati dan perasaan yang lain?
Secret’s
3582      1183     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
HURT ANGEL
128      104     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
TRAUMA
92      81     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
Ti Amo
483      273     2     
Romance
β€œJe t’aime, Irish...” β€œApa ini lelucon?” Irish Adena pertama kali bertemu dengan Mario Kenids di lapangan saat masa orientasi sekolah pada bulan Juli sekitar dua tahun yang lalu. Gadis itu menyukainya. Irish kembali bertemu dengan Mario di bulan Agustus tahun kemudian di sebuah lorong sekolah saat di mana mereka kembali mencari teman baru. Gadis itu masih menyukainya. Kenyataannya...
Hidden Words Between Us
1256      526     8     
Romance
Bagi Elsa, Mike dan Jo adalah dua sahabat yang paling disayanginya nomor 2 setelah orang tuanya. Bagi Mike, Elsa seperti tuan putri cantik yang harus dilindunginya. Senyum dan tawa gadis itu adalah salah satu kebahagiaan Mike. Mike selalu ingin menunjukkan sisi terbaik dari dirinya dan rela melakukan apapun demi Elsa. Bagi Jo, Elsa lebih dari sekadar sahabat. Elsa adalah gadis pertama yang ...
Pulpen Cinta Adik Kelas
459      266     6     
Romance
Segaf tak tahu, pulpen yang ia pinjam menyimpan banyak rahasia. Di pertemuan pertama dengan pemilik pulpen itu, Segaf harus menanggung malu, jatuh di koridor sekolah karena ulah adik kelasnya. Sejak hari itu, Segaf harus dibuat tak tenang, karena pertemuannya dengan Clarisa, membawa ia kepada kenyataan bahwa Clarisa bukanlah gadis baik seperti yang ia kenal. --- Ikut campur tidak, ka...
Aku Berjuang
96      84     0     
Inspirational
Aku berjuang sendirian semua temanku membenci diriku yang bisa di dekati oleh banyak orang dengan mudah, dan akhirnya pada saat aku memasuki sma aku mendapatkan teman yang bisa menerima aku dan mendukung apa yang aku lakukan. Akhirnya aku mengalami kembali lagi ke masa smp pada saat aku kuliah dimana aku hanya punya teman yang benar-benar menerima aku hanya sedikit walaupun begitu mereka yang ben...
Special
1312      715     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.