Read More >>"> Rasa yang tersapu harap (Pengandaian yang menyakitkan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang tersapu harap
MENU
About Us  

 

Aku tidak bisa berjanji untuk terus bersamamu. Sebisaku, aku akan bertahan di sisimu. Tapi, jika suatu saat nanti aku pergi darimu, itu diluar kendaliku.

 

🍎🍎🍎🍎🍎


"Jadi, ada apa?"

Andra mengulum senyum, beberapa detik kemudian berubah menjadi cengiran khas andalannya. Darpa mendengus, sudah mengerti yang terjadi. Darpa mencubit pipi Andra sedikit kencang, membuat gadis itu terpekik tertahan.

"Sakit, ish!" Kesal Andra mencebik.

"Kamu bohong lagi?"

"Nggak bohong," sergah Andra menatap Darpa. "Kan emang minta antar ke supermarket."

"Bukan itu," balas Darpa mendengus. "Sebelum kalimat minta antar ke supermarket."

Andra tertawa, memandang Darpa yang menatapnya datar. Hampir saja lupa, memang benar Andra sedikit mengerjai Darpa dengan mengatakan ada sesuatu hal yang harus cowok itu ketahui. Dan setelah melihat wajah cowok itu yang datar, sepertinya dia sudah tahu bahwa Andra telah membohonginya.

"Terus aja berbohong." Ucap Darpa mendorong troli belanjaan Andra. Melangkah lebih dulu, meninggalkan Andra beberapa langkah di belakangnya.

"Darpa... tunggu!" Seru Andra di tengah-tengah sisa tawa.

"Cepet banget jalannya. Sabar sedikit," lanjut Andra berjalan di sebelah Darpa. Cowok itu mendengus kasar, masih malas berbicara dengannya.

Darpa berbelok ke kanan, ke tempat makanan berada. Dia berhenti, menunggu Andra yang berjalan lambat di belakangnya. Andra sengaja, membiarkan Darpa berjalan lebih dulu. Toh, dia tidak tahu apa yang akan ia beli. Darpa mengedarkan pandangannya ke rak-rak penuh beragam camilan. Mengambil beberapa camilan yang tidak Andra sebutkan apa saja. Cowok itu mengambilnya secara asal. Dari belakang tubuhnya, sebisa mungkin Andra menahan tawanya yang siap meledak. Melihat Darpa merajuk membuat dia bertingkah seperti anak kecil. Lihat saja! Darpa mengambil banyak sekali camilan yang tidak ada dalam list belanjaan Andra hari ini. Tidak ada satu pun camilan yang Bunda mau.

"Udah kan ini aja? Ayo, ke kasir!" Darpa mulai melangkah lagi. Cukup. Lebih baik Andra menghentikan langkahnya sebelum benar-benar menuju kasir.

"Nanti dulu," celetuk Andra menahan lengan Darpa. Cowok itu mengernyit menatapnya. Andra terkekeh, tentu saja Darpa terlihat menggemaskan. "Kamu salah ambil camilan, bukan itu. Semuanya salah, bukan yang Bunda mau."

"Hah?" Pekik Darpa, lalu beralih menatap banyaknya camilan di dalam troli. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kembali menatap Andra dengan kekehannya.

"Tuh, kan." Seru Andra terkekeh, lalu mengambil alih troli, kembali menuju rak makanan dan menaruhnya di sana. Darpa mengikuti berjalan di belakang dengan sesekali bergumam tidak jelas.

"Bunda cuma minta ini," ucap Andra menunjuk satu camilan rasa coklat ke arah Darpa. Gadis itu mengambil beberapa bungkus lalu menaruhnya di dalam troli.

"Udah?" Tanya Darpa terus mengikuti langkah Andra. Gadis itu menggeleng, pertanda belum selesai.

Andra membawa langkahnya ke tempat coklat dan es krim yang diletakkan berdampingan. Mengambil beberapa batang coklat di sana, memasukkannya ke dalam troli. Lalu beralih mengambil beberapa cup es krim dengan berbagai varian rasa. Mulai dari coklat, vanilla, strawberry, dan oreo.

"Banyak banget," celetuk Darpa melihat belanjaan Andra.

Andra menoleh lalu terkekeh, "Memang segitu. Kamu pikir cuma beli camilan untuk Bunda? Aku juga mau jajan kali."

"Aku kan cuma nanya, kok kamu sewot." Balas Darpa mengambil alih troli dan membawanya ke arah kasir. Andra mendengus, Darpa benar-benar menyebalkan.

"Ayo, bayar. Biar bisa langsung pulang, aku males di sini lama-lama."

Mereka mengantre di depan kasir, hari libur memang banyak yang pergi ke supermarket. Di depan mereka ada ibu-ibu dengan anak kecil yang rewel minta dibelikan ini-itu, di depannya lagi ada sepasang anak muda seperti mereka, laki-laki dan perempuan. Laki-lakinya membawa troli seperti Darpa, sesekali menimbulkan tawa hingga si perempuan merasa senang di dekatnya. Di paling depan, ada bapak-bapak yang beli rokok dan minuman. Tapi, entah apa yang diperdebatkan sehingga mengantre begitu terasa lama.

Di sebelah Andra, ada Darpa. Cowok yang sama sekali tidak mau berbicara lagi. Katanya malas, di sini terlalu gerah. Entah gerah dengan arti yang seperti apa. Andra terkekeh pelan, menatap rahang Darpa yang tegas. Cowok itu masih menatap ke depan, memperhatikan pengunjung yang mengantre. Sesekali melirik pintu yang terbuka karena ada seseorang yang datang, lalu kembali menatap ke depan. Seperti itu dan berulang.

*****

 

"Assalamualaikum, Bunda. Aku pulang!" Teriak Andra saat memasuki rumah. Darpa mencubit pelan lengannya, cowok itu  bilang tidak baik teriak-teriak saat masuk rumah. Meski rumah sendiri, tapi tepat saja etika harus dilakukan.

 

"Iya, maaf." Andra meringis pelan.

 

Darpa terkekeh lalu menggandeng tangan Andra masuk ke dalam. Menemui Bunda yang sudah berada di depan televisi. Masih setia menonton kartun dari pagi. Bunda tidak sadar kedatangan Andra, buktinya Bunda masih saja fokus pada televisi tanpa menjawab salamnya.

 

"Assalamualaikum, Bunda." Darpa mendekat ke Bunda, Bunda menoleh. Bunda tersenyum menatap kedatangan mereka.

 

"Eh, kapan sampai? Kok Bunda enggak tahu."

 

"Bunda dari tadi fokus nonton kartun. Katanya enggak seru tapi masih aja ditonton." Celetuk Andra kesal.

 

"Kok kamu sewot?" Bunda mengernyit bingung. Kemudian menatap Darpa yang menenteng sekantung plastik besar. Bunda menunjuk plastik itu. "Itu camilan Bunda, kan?"

 

Darpa mengangkat plastik yang dibawanya, "Ini, Bun? Punya aku ini mah."

 

"Loh?" Bunda melirik Andra yang sudah duduk di sofa. "Belanjaannya mana, Ndra?"

 

"Itu yang dibawa Darpa, Bunda." Balas Andra mendongak.

 

Bunda melotot ke arah Darpa, membuat cowok itu terkekeh geli. "Maaf Bunda,"

 

"Kalian nih, ya. Sudah berani bercandain Bunda." Gerutu Bunda membawa plastik itu ke meja. Mengeluarkan camilan, coklat dan es krim. Lalu menuang camilan yang baru dibeli ke dalam toples.

 

Andra terkikik geli melihat Bunda yang berceloteh panjang kali lebar. Darpa pun sama, dia masih terkekeh sehabis mengerjai Bunda. Tidak sopan memang.

 

"Bun, kembaliannya buat aku kan?"

 

"Enak aja, buat Bunda lah!"

 

"Katanya buat aku, kok?"

 

Bunda tertawa lalu menatapku geli. "Iya buat kamu. Kan Bunda sudah bilang tadi sebelum kamu pergi."

 

"Ih, bunda mah ngeselin."

 

"Kamu juga ngeselin," celetuk Darpa terkekeh, ikut duduk di sebelah Andra.

 

"Ndra, coklat sama es krimnya taruh di kulkas dulu. Nanti cair, gak enak dimakan. Sekalian sama camilan Bunda, masih ada dua lagi itu." Seru bunda melengang pergi masuk ke kamar sambil membawa setoples makanan yang tadi baru dibeli.

 

"Iya," Balas Andra menurut. Lalu membawa camilan, coklat dan es krim ke dapur. Menaruhnya ke dalam kulkas. Kemudian mengambil minuman kaleng untuknya dan Darpa.

 

Darpa masih di sofa, bermain ponsel. Andra menghampirinya. Meletakkan minuman kaleng di atas meja. Membiarkan Darpa mengambilnya sendiri.

 

"Kamu nggak mau kemana-mana gitu?" Tanya Darpa menatap Andra.

 

"Enggak," sahut Andra sekenanya. Kemudian menenggak minuman kaleng yang ia pegang. "Memangnya mau kemana?"

 

Darpa terdiam, sibuk berpikir. Beberapa detik kemudian dia tersenyum. Darpa sudah menemukan tempat berlibur yang pas. Dia menatap Andra dengan senyumnya, mengajak secara tak langsung agar gadis itu ikut serta. Darpa menaik-turunkan kedua alisnya, membuat Andra tertawa. Cowok itu selalu saja, berhasil membuat derai tawaku lolos begitu saja.

 

*****

 

"Taman... lagi?" Andra menghela napas. Darpa mengajaknya ke taman. Taman masih sama, masih ramai dikunjungi beberapa orang. Tapi tidak seramai kemarin saat terakhir kali mereka ke sini.

 

"Bukan," balas Darpa menggeleng. Darpa menarik tangan Andra, berjalan melewati taman. Menuju suatu tempat. Melewati beberapa anak muda yang sedang berkumpul bermain gitar dan bernyanyi. Melewati anak kecil yang bermain di tempat permainan, melewati jalan yang sepi hingga perlahan menjauh dari taman.

 

Andra mengernyit. Tidak tahu ke mana Darpa akan mengajaknya. Ini bukan taman lagi. Ini beda tempat. Beberapa langkah lagi, kami melewati gerbang dengan pepohonan. Maksud Andra, tahu gerbang yang terbuat dari taman seperti di desa, kan? Ya, seperti itu. Mereka melewatinya, masih bergandengan tangan.

 

Langkah Andra terhenti. Gadis itu terperangah beberapa saat melihat betapa indahnya tempat di depannya. Di sana ada beragam bunga yang mekar. Andra tidak hapal semua jenis bunga-bunga itu, tapi melihat berbagai bentuk, jenis, dan warna membuat kesenangan tersendiri baginya. Andra tidak tahu jika di belakang taman ada tempat seperti ini. Jelas sangat mengejutkan. Ia melirik Darpa, cowok itu tersenyum. Menghirup udara yang banyak lalu mengembuskannya kembali. Suasananya sejuk. Pepohonan rindang dan bunga bermekaran. Seperti di negri dongeng.

 

"Kamu tau dari mana ada tempat ini?" Tanya Andra menoleh pada Darpa. Cowok itu tersenyum, tidak menjawab. Darpa mengajaknya ke pohon rindang, duduk lesehan di bawahnya. Sama seperti waktu itu di taman. Saat mereja memakan es krim dengan rasa baru.

 

"Aku baru tau, di belakang taman dekat sekolah ada tempat sebagus ini."

 

Darpa mengacak rambut Andra, dia terkekeh. "Kamu sih di rumah terus. Lain kali keluar rumah biar tahu tempat yang bagus. Aku baru kasih tahu kamu satu tempat, ada beberapa lagi yang belum kamu tahu."

 

"Yang benar?" Balas Andra dengan mata berbinar. Jika taman ini sudah begitu indah, tidak menutup kemungkinan tempat yang ditawarkan Darpa jauh lebih indah dari ini.

 

Darpa mengangguk, membuka jaketnya. "Benar. Tapi, gak sekarang. Mungkin lain waktu aku kasih taunya."

 

"Nggak apa-apa," seru Andra cepat. Begitu bersemangat dengan tempat baru yang indah. "Aku bakalan nunggu waktu itu. Entah untuk beberapa hari ke depan, beberapa minggu, bulan, tahun. Bahkan sampai kamu lupa akan memberitahuku tempat yang kamu maksud."

 

Darpa tertawa, dia mengeluarkan coklat dari dalam jaketnya. Gadis itu terkejut, "Lah, kok, kamu bawa ini dari rumah?"

 

Darpa mengangguk. "Iya, di sini enggak ada tukang jajanan, jadi aku bawa aja dari rumah. Siapa tahu kan kamu bosan dan ingin ngemil."

 

Sontak membuat Andra tertawa. Darpa lucu sekali. "Tapi kupikir kamu gak bawa apa-apa."

 

Darpa tersenyum. Tidak menyahut lagi. Udara di sini benar-benar segar. Tidak seperti udara di tengah kota. Di sini benar-benar sejuk seperti di desa. Ah, bolehkah ia menganggap tempat ini sebagai surga dunia?

 

"Kamu tahu nggak," ucap Darpa bersandar pada batang pohon yang cukup besar di belakangnya. Memandang ke depan, ke hamparan bunga bermekaran. Dia mengembuskan napas pelan, menikmati suasana. "Aku nggak pernah berpikiran bakalan ngajak kamu ke sini. Aku baru tahu beberapa waktu lalu kalau ada tempat sebagus ini. Aku bingung, gak tahu mau ajak siapa untuk menikmati suasana seperti ini. Tapi seketika aku ingat kamu. Jadi, aku bawa kamu ke sini."

 

"Aku gak bisa kasih kamu apa-apa, Ndra. Aku cuma bisa bikin kamu tersenyum. Aku cuma bisa jaga kamu jika sedang bersama. Aku gak bisa selalu ada di samping kamu, selalu di sisi kamu." Lanjut Darpa mengambil napas panjang. Lalu mengembuskannya pelan. "Aku mau kasih tahu kamu satu hal. Jika benar, jika memang terjadi. Suatu saat nanti, ketika aku nggak bisa lagi bareng kamu. Jangan nangis, jangan sedih. Aku nggak suka liat kamu menangis untuk hal yang tidak perlu, seperti kehilanganku. Itu tidak perlu."

 

"Kamu ngomong apa, sih?!" Andra memotong ucapan Darpa. Matanya sudah memerah. Andra tidak boleh menangis. Tapi, perkataan Darpa seolah menyuruhnya kuat. Menyuruh agar ia tidak menangisi keadaan seperti apa pun. Cowok itu masih diam. Memandangnya dengan senyumnya. Entah senyum itu tidak lagi terasa menyenangkan. Mata sayunya membuat Andra berpikir ada satu hal yang cowok itu sembunyikan. Dan payahnya, Andra tidak tahu hal itu.

 

"Darpa..." Lirih Andra memandangnya. Darpa masih tersenyum hangat. Membuat Andra tidak tahan untuk memeluknya.

 

"Kan," decak Darpa terkekeh. "Jangan nangis. Itu kan hanya perandaian. Belum tentu benar-benar terjadi. Aku masih di sini, masih sama kamu. Gak perlu khawatir."

 

Andra menggelengkan kepala. Masih dalam dekapan Darpa. Menangis. Menangis untuk hal yang tidak perlu, katanya. Darpa mengelus kepala Andra. Membuat tangisnya semakin menjadi. Firasatnya tidak enak saat Darpa berkata seperti itu. Rasa takut kehilangan langsung menyergap hatinya. Membuat Andra takut kehilangannya.

 

Darpa tersenyum. Menatap langit yang cerah. Mungkin baginya Andra tidak tahu apa yang dia maksud. Cowok itu berubah sok misterius.

 

"Nangisnya jangan lama-lama. Selain bikin bajuku jadi basah, hari sudah semakin sore. Dan, mendung sudah menyambut. Takutnya nanti kehujanan."

 

"Biarin!" Celetuk Andra menatap Darpa. Darpa mengusap kedua pipinya yang masih basah. Darpa terkekeh, mencubit pelan hidung Andra.

 

"Gak usah ngambek. Semua yang kukatakan bukan berarti aku bakalan benar-benar pergi ninggalin kamu."

 

"Tapi kalau benar kamu akan ninggalin aku, gimana?"

 

Darpa terdiam, mengusap air mata Andra yang kembali menetes. "Itu diluar kendaliku."

 

🍭🍭🍭🍭🍭

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nanasmuda

    Lucu banget Darpa sama Andra ini

    Comment on chapter Sahabat
Similar Tags
Rela dan Rindu
7644      1966     3     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Dinding Kardus
8694      2302     3     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
19950      1971     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Premium
Beauty Girl VS Smart Girl
8981      2460     30     
Inspirational
Terjadi perdebatan secara terus menerus membuat dua siswi populer di SMA Cakrawala harus bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling terbaik di antara mereka berdua Freya yang populer karena kecantikannya dan Aqila yang populer karena prestasinya Gue tantang Lo untuk ngalahin nilai gue Okeh Siapa takut Tapi gue juga harus tantang lo untuk ikut ajang kecantikan seperti gue Okeh No problem F...
Story Of Chayra
9497      2682     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Kamu
2100      1126     1     
Romance
Dita dan Angga sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka bersekolah di tempat yang sama sejak Taman Kanak-kanak. Bukan tanpa maksud, tapi semua itu memang sudah direncanakan oleh Bu Hesti, ibunya Dita. Bu Hesti merasa sangat khawatir pada putri semata wayangnya itu. Dita kecil, tumbuh sebagai anak yang pendiam dan juga pemalu sejak ayahnya meninggal dunia ketika usianya baru empat tahun. Angg...
Te Amo
404      272     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
Langit Jingga
2525      854     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Delapan Belas Derajat
9964      1862     18     
Romance
Dua remaja yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Salah satu dari mereka memiliki kelainan hitungan detak jantung. Dia memiliki iris mata berwarna biru dan suhu yang sama dengan ruangan kelas mereka. Tidak ada yang sadar dengan kejanggalan itu. Namun, ada yang menguak masalah itu. Kedekatan mereka membuat saling bergantung dan mulai jatuh cinta. Sayangnya, takdir berkata lain. Siap dit...
Zo'r : The Teenagers
13644      2642     58     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018