Read More >>"> Rasa yang tersapu harap (Satu malam bersama) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rasa yang tersapu harap
MENU
About Us  

 

•••••

 

Cukup kamu, tak perlu yang lain. Cukup senyummu, tak harus perasaanmu. Kuyakin, kamu tahu itu.

 

🍎🍎🍎🍎🍎


"Siap untuk malam yang penuh cerita, tuan putri?"

Andra terperangah, menatap Darpa yang sudah berdiri di ambang pintu dengan senyum khas-nya. Cowok itu memakai kaos berwarna merah dan celana bahan selutut. Pun hanya memakai sandal. Ah, sejenak Andra terdiam. Memandang lama Darpa, Andra baru ingat jika mereka akan pergi ke pasar malam. Tempat yang tidak perlu memakai pakaian resmi, sebab pakaian seperti Darpa sudah cukup rapi untuk ke sana.

Andra terkekeh pelan dengan sambutan Darpa. Cowok itu masih saja tersenyum, mengulurkan tangannya agar menjabat tangan Darpa.

"Udah siap?"

Andra mengangguk, perlahan meraih uluran tangan Darpa sehingga tangan mereka berkaitan. Tindakan Darpa baru saja membuat kedua pipi gadis itu merona, Darpa benar-benar membuat Andra senang malam ini. Untung saja saat ketika Darpa sampai ke rumah, Andra sudah rapi dengan baju panjang dan celana panjang. Sandal yang ia pakai dan sling bag. Jadi, Darpa tidak perlu lagi menunggu.

"Semoga malam ini menyenangkan." Ucap Darpa tersenyum.

Dalam hati, Andra pun merapalkan doa yang sama. Semoga malam ini menjadi malam yang tidak pernah bisa dilupakan. Malam yang penuh dengan canda dan tawa, malam yang penuh kenangan, malam yang penuh ambisi untuk saling menguatkan, malam yang dipenuhi bahagia.  Andra rasa, cukup itu saja doanya malam ini, dan tentu, semoga tidak hujan.

Ah, bukan takut atau membenci hujan. Cuma jika hujan turun disaat yang kurang pas, itu hanya membuatnya berdecak sebal. Meski kadang, hal seperti itu menambah kesan moment yang terjadi. Andra bisa saja lebih lama bersama Darpa, tapi ia rasa itu tidak baik. Sebab, selama apa pun gadis itu bersama Darpa, jika cowok itu memilih pergi demi bahagianya, Andra bisa apa. Tak bisa melarang, hanya bisa membantunya lewat doa agar cowok itu tetap bahagia, meski dengan yang lain.

"Iya, semoga."

Sepanjang perjalanan, Darpa mengendarai motor dengan laju yang pelan. Tidak kencang seperti orang balapan. Darpa bilang, kita bisa saja mengendarai motor dengan laju yang kencang tapi itu hanya mengurangi kenikmatan yang ada. Lebih baik melajukan motor dengan kecepatan pelan atau sedang, menikmati setiap detik perjalan, menikmati semilir angin malam, lampu toko-toko yang menyala dengan berbagai warna, memandang langit yang ikut tersenyum, melirik kendaraan di sisi jalan dengan sorotan lampu beragam. Semuanya memang benar bisa dinikmati. Dan itu cukup membuat Andra senang. Senang bisa merasakan itu semua bersama dengan Darpa, berdua, di malam penuh makna, di jalan penuh sorotan lampu kendaraan lain, di tengah banyaknya pandangan gedung-gedung tua.

Andra terkikik geli, tentu saja mengingat ucapan Darpa membuatnya merasa spesial. Darpa selalu bisa membawa seseorang dalam jalurnya yang penuh keindahan, tanpa perlu kita minta. Cowok itu punya cara sendiri untuk membuat gadis sepertinya senang, hanya dengan perlakuan kecil, tawa Andra bisa pecah.

Sisi Andra berbisik, semoga saja semua masih berlanjut hingga nanti mereka benar-benar harus berpisah. Masih dengan Darpa yang menemani harinya, Darpa yang membuat senyum dan tawanya pecah, Darpa yang mengajak untuk merasakan sensasi pengalaman baru. Andra berharap, semua masih berkaitan dengan cowok itu hingga mereka benar memang harus berpisah.

"Darpa," panggil Andra meletakkan kepala di pundak cowok itu. Menatap lurus ke depan jalan yang ramai dikelilingi kendaraan lain.

Darpa tidak menjawab, cowok itu hanya tersenyum. Melirik Andra dari spion sebelah kanan, berharap gadis itu menyadari senyumnya. Ah, tentu saja Andra tahu.

"Semoga hari ini berarti untuk kita, ya. Untuk aku, dan kamu."

*****

 

"Mau main apalagi?" Tanya Darpa saat mereka duduk di bangku yang tersedia di pasar malam. Memandang banyak permainan dan penjual pernak-pernik.

 

Andra melirik Darpa, cowok itu masih bersemangat bermain. Masih ingin merasakan beragam permainan yang ada di pasar malam. Sedangkan Andra, masih berdiam tidak ingin naik apa-apa. Tubuhnya sudah lemas, masih ingat kejadian beberapa menit lalu. Di saat Andra dan Darpa menaiki kora-kora khas pasar malam yang ada di sana. Suaranya hampir habis karena teriak dengan ketinggian yang mainan itu ciptakan. Tapi anehnya, Darpa malah tertawa dengan kejadian itu. Cowok itu bilang, wajah Andra saat itu terlihat lucu. Darpa sampai tidak bisa fokus dengan rasa dari permainan yang dia naiki, cowok itu hanya fokus dengan Andra yang terus berteriak.

 

Tentu saja itu membuat gadis itu kesal. Andra mendengus kasar, Darpa terlihat menjengkelkan saat itu. Apalagi sekarang, cowok itu mengajaknya menaiki biang lala. Andra tidak takut ketinggian, tidak sama sekali. Hanya saja, Darpa mengajaknya tepat setelah mereka turun dari kora-kora yang sempat mereka naiki.

 

"Lemah, gitu aja enggak kuat." Darpa terkekeh meledek Andra. Benar kan, Darpa bertingkah menyebalkan.

 

"Nyebelin," ketus gadis itu membuang muka. Merajuk karena terus dibuat jengkel. Darpa tertawa puas ketika melihat wajah Andra memerah menahan kesal.

 

"Jangan marah, nanti aku kasih es krim. Kayaknya tadi aku liat tukang es krim, deh." Darpa berbisik di telinga Andra, merangkul dengan tangannya yang nakal bermain di rambutnya.

 

"Enggak mau es krim!" Sergah Andra. Menatap Darpa malas. Tentu membuat cowok itu mengernyit bingung, karena tidak biasanya Andra menolak tawaran dari cowok itu.

 

"Terus maunya apa?"

 

"Kamu!"

 

Darpa tertawa keras, menatap Andra sambil mengacak rambut yang sudah tertata rapi. Andra mendelik menatapnya, padahal ia serius. Tidak berbohong, tidak bergurau.

 

"Kamu lagi sama aku, mau gimana lagi?"

 

"Mau boneka." Ucap Andra dengan puppy eyes yang dibuat-buat. Berharap Darpa luluh dan membelikan boneka itu untuknya. Tidak tahu juga, kenapa ia bisa semanja ini.

 

Darpa mencubit hidung Andra dengan gemas, menarik tangan gadis itu dan beranjak dari sana. Berjalan menghampiri penjual boneka.

 

"Aku beliin. Pilih, mau yang mana?"

 

Andra terperangah, menatap Darpa tidak percaya. Cowok itu benar-benar mau membelikannya boneka? Sebenarnya, niat awal Andra tidak sungguh-sungguh tapi sepertinya Darpa serius menanggapinya. Andra masih memandang Darpa, ragu untuk menunjuk boneka yang berjejer rapi di depan sana. Mulai dari yang kecil hingga yang dua kali lipat postur tubuhnya.

 

"Andra," panggil Darpa pelan, menggenggam tangan gadis itu erat. Tersenyum lembut sambil menyelipkan anak rambut yang keluar dari tempatnya. "Mau yang mana? Mumpung aku ada uang, aku beliin. Pilih, aja. Buat kamu."

 

Andra menunduk, tidak berani memandang Darpa. Bukan seperti ini yang ia mau. Cukup bersama Darpa saja sudah senang, serius. Cukup bersama Darpa. Tidak perlu repot-repot membelikan segala macam yang ia pinta. Itu pun Andra tidak sungguh-sungguh memintanya.

 

"Darpa... aku gak beneran minta boneka."

 

Darpa terkekeh, mengangkat dagu Andra agar menatapnya. "Aku tahu,"

 

Gadis itu terdiam, Darpa membuatnya panas-dingin. Tubuh Andra meronta ingin lebih dari ini tapi otaknya berkata jika ini tidak benar. Tidak, bukan ini yang dia bayangkan.

 

"Gak usah, ya. Uangnya ditabung aja."

 

Darpa menggeleng kuat, "Enggak, Ndra. Aku mau beliin kamu boneka, yang mana aja terserah kamu. Mau yang kecil, sedang, atau yang besar?"

 

"Maunya kamu aja."

 

Darpa lagi-lagi tertawa renyah, "Aku emang boneka yang paling kamu sukai, ya?"

 

Tidak. Bukan Darpa. Kamu bukan boneka, kamu manusia. Andra cuma mau . Bukan boneka. Cukup kamu yang menemani aku, mendampingi aku, bukan boneka. Aku maunya kamu sebagai manusia, bukan boneka. Kamu beda Darpa, kamu bukan boneka yang bisa dimainkan kapan saja, yang bukan ditinggal jika sudah bosan. Bukan, kamu lebih dari itu.

 

"Bukan..." Andra menggeleng pelan, menunduk kembali. "Bukan begitu... kamu, manusia yang paling kusukai. Bukan boneka yang bisa kutinggal bila bosan."

 

*****


"Tunggu di sini, aku mau ke sana sebentar." Seru Darpa menunjuk salah satu kedai sosis bakar di samping permainan biang lala.

Andra duduk di bangku tadi, mengangguk mengerti. Darpa pergi ke sana, meninggalkannya sendirian. Andra menghela napas, kenapa semua yang ia rasakan semakin jelas. Kenapa semua semakin kuat. Jika benar perasaannya hanya untuk cowok itu, bolehkah perasaan cowok itu juga hanya tersematkan untuknya.

Lampu kerlap-kerlip yang menggantung dari satu tempat ke tempat lain, yang berada di atas gadis itu, terlihat sangat indah. Menambah kesan momentum yang baru saja ia lalui bersama Darpa. Meninggalkan semua rasa bimbang sejenak, melupakan semuanya.

Andra menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kembali. Mencoba tenang, mencoba meresapi semuanya. Darpa masih berada di kedai sosis bakar, sibuk berbincang dengan penjualnya. Sesekali tawa terbit dikedua sudut bibirnya, terangkat, menciptakan lekukan indah yang selalu Andra dambakan.

Andra melihat ke kiri, di mana ada sepasang kekasih yang saling bergandengan tangan. Memakan gulali yang baru saja dibelikan si cowok berbaju coklat, untuk perempuan di sebelahnya. Romantis. Meski sederhana, ia yakin mereka amat bahagia. Karena bahagia tidak harus mewah, bukan?

Tak jauh dari sepasang kekasih itu, ada pula yang bertengkar. Si cowok yang tidak mau didekati perempuan yang berpenampilan berlebihan di sisinya. Andra terkekeh, tentu saja cowok itu risi. Jika ia menjadi cowok itu pun akan melakukan hal yang sama, mengusirnya, menyuruhnya menjauh. Itu cukup menggelikan.

Sampai sebuah bola menggelinding ke arah kaki Andra, berhenti. Bola itu berwarna ungu cerah, indah sekali dengan motif bunga berwarna-warni. Andra mengambil bola itu, sesaat terdiam dalam posisi menunduk hingga sepasang kaki berdiri di hadapannya.

Andra mendongak, menatap pemilik bola lucu ini. Gadis itu melotot, kaget. Kenapa selalu bertemu dengan dia? Cowok menyebalkan yang selalu mengganggunya. Cowok itu bersama seorang anak kecil, kira-kira usianya baru tiga tahun. Terlihat cantik dan lucu.

"Ini punya kamu?" Tanya Andra pada anak kecil itu dan mengabaikan wajah cowok yang menggendongnya.

"Punya bapaknya!" Ketus cowok itu. Andra mendelik, menatapnya tajam.

"Aku gak ngomong sama kamu." Tangkas Andra, lalu mengembalikan bola itu pada anak kecil yang tertawa renyah. Menggemaskan.

"Makasih," balasnya. Ah, cowok itu baru saja berterima kasih. Benarkah itu, atau Andra salah dengar?

Andra menatapnya dengan kening yang mengkerut, masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Itu cukup mustahil jika dilihat dari seseorang di hadapannya.

"Makasih udah balikin bolanya." Balasnya datar.

"Sama-sama."

"Kemanain aja sih, gue cariin gak taunya ada di sini!" Ketus seseorang yang baru saja tiba. Mengomel ke cowok yang menggendong keponakannya. Orang itu menoleh pada Andra, raut wajahnya terkejut, tak lama cowok itu tersenyum.

"Kamu yang waktu itu?"

Ah, Andra baru ingat. Cowok itu orang yang hampir menabrak kucing yang pernah ia tolong. "Ah, iya. Kak Putra, ya?"

Putra tertawa, menatap Andra. "Kamu masih ingat saya ternyata. Kamu kenal Jensen?"

Andra mendelik, tentu saja ia kenal. Siapa si yang tidak kenal cowok menyebalkan itu.

"Kenal," balas Andra membuang pandangan ke arah lain. Malas bertatapan dengan Jensen.

"Lo kok gak bilang kalo kenal sama Lea?" Tanya Putra ke Jensen. Andra menoleh, memperhatikan wajah Jensen yang merengut kesal.

"Ngapain gue bilang, gak penting!" Ketus Jensen pada Putra. Sebisa mungkin, Andra menahan tawa. Jensen terlihat sangat kesal.

"Jutek banget lo sama cewek cantik," celetuk Putra tertawa, Andra pun ikut tertawa mendengarnya. Ada-ada saja.

"Udah punya "majikan". Gak usah caper!"

Putra langsung diam. Mendelik menatap Jensen, lalu cowok itu terkekeh. Pun dengan Andra yang diam setelah perkataan sarkas keluar dari mulut Jensen. Anak itu, sepertinya harus difilter ucapannya.

"Mending lo ajak Elin main, deh. Lo di sini marah-marah mulu. Gue kan mau ngobrol sama Lea."

Jensen mendengus kasar, "Nama dia Andra, bukan Lea. Dan untuk urusan ajak main Elin, ini tugas kita berdua bukan tugas gue. Lo gak bisa lepas tanggung jawab gitu dong!"

"Heh, bocah!" Ceplos putra pada Jensen, cowok dua tahun di atas Andra. "Gue gak lepas tanggung jawab. Gue kan cuma bilang mau kenalan sama Lea. Dan urusan nama, biarin gue panggil dia Lea bukan Andra. Ribet banget sih lo, gak suka gue manggil dia Lea?"

Jensen berdecih, lihat, cowok itu begitu menyebalkan. "Serah!"

Lantas pertikaian kecil itu membuat Andra tertawa. Gadis itu menggeleng pelan, menatap adik-kakak yang tidak akur. Ah, mereka benar adik-kakak, kan? Mereka ikut tertawa, kecuali Jensen. Hanya Putra dan Elin, anak kecil menggemaskan itu. Sampai suara seseorang berhasil menghentikan tawa Andra. Membuat tubuh gadis itu diam membisu.

"Andra..."

🍭🍭🍭🍭🍭

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • nanasmuda

    Lucu banget Darpa sama Andra ini

    Comment on chapter Sahabat
Similar Tags
Bintang, Jatuh
2245      1117     0     
Romance
"Jangan ke mana mana gue capek kejar kejar lo," - Zayan "Zay, lo beneran nggak sadar kalau gue udah meninggal" - Bintang *** Zayan cowok yang nggak suka dengan cewek bodoh justru malah harus masuk ke kehidupan Bintang cewek yang tidak naik kelas karena segala kekonyolannya Bintang bahkan selalu mengatakan suka pada Zayan. Namun Zayan malah meminta Bintang untuk melupakan perasaan itu dan me...
My Teaser Devil Prince
5660      1349     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
19961      1971     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Back To Mantan
503      329     0     
Romance
"kenapa lagi.."tanya seorang wanita berambut pendek ikal yang dari tadi sedang sibuk dengan gadgetnya. "kasih saran.."ujar wanita disebelahnya lalu kemudian duduk disamping wanita tadi. lalu wanita sebelahnya mengoleh kesebelah wanita yang duduk tadi dan mematikan gadgetnya. "mantan loe itu hanya masa lalu loe. jangan diingat ingat lagi.loe harus lupain. ngerti?&...
TRAUMA
92      81     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
Nina and The Rivanos
9163      2120     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Salted Caramel Machiato
9863      3824     0     
Romance
Dion seorang mahasiswa merangkap menjadi pemain gitar dan penyanyi kafe bertemu dengan Helene seorang pekerja kantoran di kafe tempat Dion bekerja Mereka jatuh cinta Namun orang tua Helene menentang hubungan mereka karena jarak usia dan status sosial Apakah mereka bisa mengatasi semua itu
April; Rasa yang Tumbuh Tanpa Berharap Berbalas
1236      500     0     
Romance
Artha baru saja pulih dari luka masa lalunya karena hati yang pecah berserakan tak beraturan setelah ia berpisah dengan orang yang paling ia sayangi. Perlu waktu satu tahun untuk pulih dan kembali baik-baik saja. Ia harus memungut serpihan hatinya yang pecah dan menjadikannya kembali utuh dan bersiap kembali untuk jatuh hati. Dalam masa pemulihan hatinya, ia bertemu dengan seorang perempuan ya...
Kutu Beku
304      195     1     
Short Story
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang berusaha dengan segala daya upayanya untuk bertemu dengan pujaan hatinya, melepas rindu sekaligus resah, dan dilputi dengan humor yang tak biasa ... Selamat membaca !
Supardi dan Supangat
1590      710     1     
Humor
Ini adalah kisah Supardi dan Supangat si Double S yang Bermukim di Kampung Mawar. Keduanya bagaikan GALIH DAN RATNA yang selalu bersama mengukir kenangan (ceuilehh.. apasih) Terlahir dari rahim yang berbeda tetapi takdir mempertemukan mereka dengan segala ke-iba-an yang melanda