Read More >>"> The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS] (Arch Nemesis) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
MENU
About Us  

William melangkah dengan gagah berani menuju rumahnya, setidaknya sisa-sisa dari yang tadinya adalah rumahnya. Rumah itu kini hancur berantakan, beberapa tiang penyangga patah jadi dua. Gudang penyimpanan sake kini rata dengan tanah. William bergidik ngeri, mengerti benar seberapa besar kekuatan Black Hummingbird hingga membuat dua klan mafia yang tadinya sudah gencatan senjata sejak sebelum William lahir berperang habis-habisan.

Kamar utama yang ditempati Papa William ternyata masih utuh. Walaupun sebagian dindingnya terdapat percikan noda darah, kamar itu setidaknya masih berbentuk. William sendiri tidak yakin apakah Papanya masih tinggal di sana ataukah sudah mengungsi ke tempat lain. Tapi kakinya seolah bergerak sendiri menuju kamar itu, kamar yang menyimpan banyak kenangan indah ketika William masih kecil, ketika William masih menjadi satu-satunya kebanggaan Papanya.

William membuka pintu geser kamar itu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Kamar itu kosong dan berantakan. Meskipun begitu, William seolah masih bisa mencium bau tembakau rokok Papanya. Ia yakin Papanya baru saja berada di kamar itu. 

“Akhirnya kamu berani pulang.” Suara Papanya membuat William terperanjat.

Dengan spontan, William memasang kuda-kuda Aikido. Ternyata sejak tadi papanya sudah berada di belakang William, memerhatikan gerak-gerik putera sulungnya.

“Oto-san.” William membungkukkan kepalanya meskipun seluruh otot di tubuhnya menegang, siap menangkis jika ia akan kena hantam lagi.

“Masuk!” perintah Papanya dengan tegas meskipun amarah yang sebelumnya meluap-luap kini tak terasa.

Lelaki yang lebih tua itu mendahului Wiliam memasuki ruangan. William mengikuti di belangkanya kemudian menutup pintu geser di belakangnya. Dengan gerakan tangan, Papanya menyuruh William untuk duduk di atas tatami. Berhadap-hadapan dengan sang pemimpin yakuza, William pun duduk berlutut.

“Di mana anak itu?” tanya Papa.

“Di rumahnya,” jawab William.

“Hah! Masih berani dia pulang ke rumahnya?” Papa mendengus dan mengeluarkan sepuntung rokok dari saku bajunya. Kemudian menyalakan rokok itu dan menghisapnya.

“Oto-san dengar kamu diserang,” kata Papanya lagi.

“Begitulah,” jawab William. 

Ia baru menyadari bahwa kepalanya diperban sehingga tentu saja papanya akan mengira dia dihantam tentara klan Kim. Ia pun tidak berusaha mengklarifikasi.

“Oto-san juga dengar dari Clayton kalau kamu dan Jaejin berteman baik,” lanjut Papanya. Asap mengepul dari bibirnya hingga membuat William ingin terbatuk-batuk.

Dalam hati ia menggeram, mengutuk adiknya yang ternyata melapor kepada papa mereka. 

“Memang benar,” jawab William, berusaha sekuat tenaga supaya terdengar berani.

“Apa tujuan kamu? Kamu mau berkhianat?” tanya Papa tanpa basa-basi. 

Amarah mulai terdengar di suara lelaki yang lebih tua itu. William tidak bergeming. Ia merasa tersinggung karena dituduh berkhianat oleh orang tuanya sendiri.

“Apa itu yang Clayton bilang?” William mendengus.

“Oto-san kecewa sama kamu.” 

Kalimat itu secara tidak langsung menjawab pertanyaan William. Hati William mencelos. Ia selalu menjadi kebanggaan Papa. Sejak kapan kini ia menjadi pecundang di mata satu-satunya orang yang pengakuannya sangat penting bagi William. William menatap Papanya dengan pandangan terluka, terkhianati. Kecewa. Itulah kata yang menggambarkan perasaan William saat ini.

Merasa tidak perlu lagi mencoba merubah pandangan Papa terhadap dirinya, William pun bangkit berdiri, membungkukkan tubuhnya dan berbalik. Tangan William sudah hampir membuka pintu ketika Papanya berkata,” Satu lagi, William.”

William berhenti bergerak, menunggu. Ia berharap bahwa papanya akan mengklarifikasi perkataannya. Sepercik harapan menyala redup di hati William. Ia tidak berbalik, tidak bergeming.

“Penerus Oto-san bukan lagi kamu.”

Seperti dihantam truk, William hancur. Kakinya lemas dan tangannya menggantung di samping tubuhnya, tak bertenaga. Sepercik harapan redup itu kini padam menjadi kegelapan tak berujung. Namun ia tidak ingin kehilangan kendali di depan papa. Ia mengangguk sekilas kemudian membuka pintu dan melangkah pergi. Air mata menetes dari mata William. Bukan, air mata itu bukan air mata sedih. Ia marah! Marah sekali ia bisa menghancurkan tembok kayu di sebelahnya kalau ia mau.

Suara tepuk tangan membuat rahang William mengeras. Clayton bersandar ke dinding sambil menyeringai puas.

“Oni-san, selamat yah!”

“Dasar pengecut! Kalo lo nggak suka sama gue, dateng ke gue langsung! Nggak usah main belakang!” William kehilangan ketenangannya, bergerak maju dan melayangkan tinju tepat ke arah rahang Clayton.

Clayton mengelak sehingga tinju William menghantam tembok berbahan kayu. Tembok itu sukses terlubangi oleh kepalan tangan William yang kini bercucuran darah.

“Kayaknya sakit tuh!” 

Lagi-lagi Clayton mencibir, membuat William semakin mengamuk. Dengan membabi buta, ia melayangkan tinju dan tendangan ke arah Clayton diiringi teriakan-teriakan marah, memaki entah siapa. Air mata mengalir deras karena rasa marah yang tak terkendali. Seperti air bah, emosi William membludak. 

Sebenarnya Papa William mendengar jelas percakapan kedua anak laki-lakinya. Namun ia tidak bergerak. Ia hanya memejamkan mata dan membiarkan William mengamuk sepuasnya. Ia tahu bahwa William tidak akan dapat menerima keputusan ini dengan baik. Ia pun tidak bodoh. Ia tahu benar bahwa Clayton selama ini berusaha menjilat dirinya untuk menjatuhkan William. Hanya saja, Mr. Nakamura merasa William tidak cukup kuat untuk menjadi pemimpin klan mafia. Maka dari itu, ia ingin menguji seberapa kuat anak sulungnya ini. Jika ia cukup kuat dan cukup pantas untuk mewaris status sebagai pemimpin yakuza, maka ia akan bangkit dari keterpurukannya. Saat itulah William akan mendapat pengakuan papanya sepenuhnya.

William jatuh ke lantai kayu dengan bunyi dentuman keras. Napasnya terengah-engah karena telah mengeluarkan seluruh tenaga dan emosi. Clayton babak belur, begitu juga William. Namun Clayton masih berdiri tegak. Matanya berkilat marah. Dengan punggung tangan, ia menghapus darah yang mengalir dari bibirnya yang pecah karena hantaman kepal tinju sang kakak.

“Mulai sekarang. Lo nggak lebih dari pengganti gue. Inget posisi lo.. Oni-san.” Clayton memberi tekanan yang menyiratkan hinaan pada kata ‘Oni-san’. Ia sudah cukup muak harus menghormati William seolah kakaknya adalah putera mahkota dan dirinya tidak lebih dari pengganti William. Ia tidak lebih dari baterai cadangan yang hanya akan dipakai kalau keadaan terpepet. 

William tidak menjawab. Ia sudah tidak punya kekuatan untuk melawan. Kepalanya yang masih sakit kembali berdenyut-denyut kencang. Walaupun rasa sakit itu membuat tubuhnya mati rasa, hatinya lebih sakit. Ia menunggu hingga langkah kaki Clayton tak terdengar lagi, hingga adiknya itu cukup jauh untuk bisa mendengar erangan kesakitan yang sudah siap meluncur dari mulutnya.

William mengerang dan berusaha bangkit, namun kakinya tidak berfungsi. Ia menegakkan kepalanya dan rasa mual sekonyong-konyong menyerang. Pandangan William mulai kabur dan berputar. Hal terakhir yang ia dengar adalah teriakan panik salah seorang anak buah papanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • TamagoTan

    @Kang_Isa Thank you so much! Salam kenal juga, Kak! Nanti aku mampir yah ke cerita Kakak!

    Comment on chapter Prolog
  • Kang_Isa

    Keren. Ceritanya mistis banget, ikutan merinding juga. Salam kenal, Kak. Jika berkenan, mampir juga di ceritaku, ya.
    Salam semangat selalu. :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Heya! That Stalker Boy
534      318     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Edelweiss: The One That Stays
1610      700     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
When I Found You
2803      953     3     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Search My Couple
508      281     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Sekotor itukah Aku
358      269     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah
835      479     8     
Short Story
Sobara adalah anak SMA yang sangat tampan. Suatu hari dia menerima sepucuk surat dari seseorang. Surat itu mengubah hidupnya terhadap keyakinan masa kanak-kanaknya yang dianggap baginya sungguh tidak masuk akal. Ikuti cerita pendek Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah yang akan membuatmu yakin bahwa masa kanak-kanak adalah hal yang terindah.
Langit Jingga
2572      882     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Just Me [Completed]
27182      2841     1     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Navia and Magical Planet
471      336     2     
Fantasy
Navia terbangun di tempat asing tak berpenghuni. Pikirnya sebelum dia dikejar oleh sekelompok orang bersenjata dan kemudian diselamatkan oleh pemuda kapal terbang tak terlihat bernama Wilton. Ah, jangan lupa juga burung kecil penuh warna yang mengikutinya dan amat berisik. Navia kaget ketika katanya dia adalah orang terpilih. Pasalnya Navia harus berurusan dengan raja kejam dan licik negeri ters...
Gue Mau Hidup Lagi
368      234     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?