Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
MENU
About Us  

Clyde sudah memperhatikan kencah perang yang terjadi di depan matanya hampir setengah jam lamanya. Walaupun ia sudah berusaha mengumpulkan seluruh keberaniannya, kakinya menolak bergerak. Ia tidak sanggup berjalan keluar dari mobil yang ia parkirkan di balik semak-semak. Hapenya terus bergetar namun tak Clyde indahkan sama sekali. Cherris memang sudah mencari-cari Clyde berhari-hari. Tapi tak sekalipun Clyde mempunyai niat untuk meladeni Cherris. Entah mengapa hanya Kiran yang sekarang memenuhi pikiran Clyde saat ia tidak sibuk memikirkan Black Hummingbird.

“Ayo, Clyde! Jangan jadi pengecut!” seru Clyde kepada dirinya sendiri.

Tangannya yang dingin dan dibasahi keringat menggenggam kenop pintu mobil. Tarikan keras membuat pintu mobil itu terayun terbuka.

“Mending mati kena tebas samurai daripada mati konyol diteror burung kolibri,” bisik Clyde, berusaha menyemangati dirinya sendiri, setidaknya sisa-sisa keberanian dalam dirinya.

Clyde berjalan layaknya panglima perang yang menantang maut menuju medan perang. Ditutupinya wajahnya dengan kain hitam yang ia sobek dari kemeja miliknya dengan harapan para pasukan yang sedang sibuk berperang akan mengira dia adalah salah satu ninja kiriman keluarga Nakamura. Clyde berjingkat-jingkat memapai benteng yang mengelilingi rumah keluarga Nakamura. Betapa leganya Clyde ketika ia melihat lampu yang berkedip-kedip menandakan sinyal SOS dari sebuah kamar. Ia tahu sinyal itu pasti milik William.

Clyde menerjang dan berlari sekuat tenaga menuju kamar tempat William ditahan. Namun bintang keberuntungan rupanaya sedang tidak berpihak padanya. Sebuah anak panah nyasar menghantam tangan kanan Clyde. Cairan hangat merembas membasahi kemeja Clyde dan Clyde sadar benar akan hal itu. Meskipun demikian, sisa-sisa kekuatannya memerintah kaki Clyde untuk tetap berlari. Lari terus atau benar-benar mati konyol. Pilihannya cuma dua, pikir Clyde.

Dengan napas terengah-engah, Clyde tiba di depan jendela kamar William yang sudah dibuka oleh William. 

“Pintunya mana?” tanya Clyde.

“Di sana. Tapi dijaga ketat. Lo tolongin Jaxon sama Bram dulu aja. Gue nggak akan apa-apa,” jawab William.

“Lo ngaco yah? Jaxon yang nggak akan apa-apa, Will! Dia nggak boleh disentuh atau rumah ini bakal jadi kompor raksasa. Lo ngerti nggak sih? Yang dalem bahaya tuh lo!” seru Clyde dengan kesal karena William yang biasanya paling bossy kini terlihat lemah dan tak berdaya.

William terdiam, mencerna perkataan Clyde sebelumnya. Mungkin perkataan Clyde ada benarnya juga. Jaxon adalah pewaris tunggal. Sedangkan William bukan. Jelas-jelas Clayton mengincar posisi William sejak lama. Sudah pasti penjilat itu akan dengan senang hati membiarkan William tewas dalam perang supaya ia bisa mengambil posisi William. Dengan geram, William memukul bingkai jendela kamarnya.

“Sialan si Clayton!” katanya dengan murka.

Save your anger for later! Gimana caranya gue ngalihin perhatiaan penjaga lo itu?” tanya Clyde, lumayan senang karena William sudah kembali menjadi dirinya yang dulu.

Lagi-lagi William terlihat berpikir keras. Ia mengerahkan segala daya imajinasinya untuk menyusun rencana pembebasan diri.

“Ambilin batu itu ke sini,” kata William. 

Clyde pun menurut dan membungkuk untuk mengambil batu berukuran sekepalan tangan. Diserahkankannya batu itu kepada William.

“Terus lo lempar batu gede itu ke dalem. Pecahin kaca jendela biar penjaga-penjaga dodol itu ngira gue diserang.”

“Terus gue ke mana?” tanya Clyde.

“Lo nyumput aja dulu. Biar gue yang urus. Dua penjaga doang sih gampang!” kata William sambil menjentikkan kuku jempolnya dengan kuku jari tengahnya, mengisyaratkan pada Clyde bahwa ini masalah kecil.

“Okay.”

Karena tidak ada pilihan lain, Clyde pun mengambil batu paling besar yang bisa ia lihat dan melempar batu itu kencang-kencang ke jendela kamar William. Bunyi ‘prang!’ terdengar nyaring. Di saat yang bersamaan, Clyde dapat melihat bahwa William memukul kepalanya sendiri keras-keras dengan menggunakan batu sekepalan tangan yang tadi diserahkan Clyde padanya. Walaupun di tengah kekacauan, Clyde masih sempat membeku karena shock melihat kenekatan bosnya ini. Mendengar suara kaca yang pecah dan teriakan William, dua penjaga yang tadinya menjaga pintu kamar William menerobos masuk. Clyde pun segera menyadari posisinya yang tidak terlindungi dan buru-buru menyembunyikan diri di balik pohon. Berharap dia nggak lagi apes dan kena panah nyasar kali ini.

“Ada apa? Siapa yang lempar batu?” tanya seorang penjaga.

“Tuan muda terluka!” seru penjaga yang satunya lagi dengan nada kelewatan panik.

Clyde mengintip keadannya. Tidak aneh memang penjaga itu kalang kabut. William berpura-pura setengah pingsan di lantai dengan darah yang sudah membasahi seluruh rambutnya dan juga lantai di sekitarnya. 

“Panggil Tuan Muda Clayton atau Tuan Nakamura!” seru penjaga yang tubuhnya lebih besar.

Penjaga yang tubuhnya lebih kecil berlari dengan panik ke dalam rumah untuk mencari adik William atau Papanya. Sedangkan penjaga yang tubuhnya lebih besar itu berusaha menghentikan pendarahan di kepala William. Merasakan kesempatan emas sudah tiba, William membuka matanya, memelintir tangan penjaga itu dan memitingnya ke lantai. Dengan sisi tangan kanannya, ia memukul tengkuk penjaga itu hingga ia jatuh tak sadarkan diri. Semua terjadi kurang dari lima detik sehingga Clyde hanya bisa bengong melihatnya.

“Lo gila.” Tanpa suara Clyde menggerakan mulutnya.

William sendiri hanya tersenyum tipis. Lebih tepatnya meringis karena rasa sakit dari kepalanya baru terasa sekarang. Rupanya ia memukul kepalanya terlalu keras hingga pada awalnya tubuhnya serasa mati rasa dan tidak merasakan sakit. Dengan berjingkat-jingkat seperti maling, Clyde mendekati William yang kini sudah melangkah keluar dari kamarnya.

“Sekarang gimana?” tanya Clyde.

“Sekarang kita ke penjara bawah tanah,” kata William.

Clyde dan William berjalan menerobos gelora perang dengan gagah berani. Sekali-sekali William menghajar tentara klan keluarga Kim yang menghalangi jalan mereka. Clyde juga lumayan berguna karena walaupun tidak dibekali ilmu bela diri kelas tinggi, ia terbiasa ikut tawuran bareng Rhea dan kawan-kawan. Jadi bisa lah tonjok kanan-kiri dan tendang-tendang asal.

“Aduh, William! Jangan berhenti tiba-tiba dong!” protes Clyde yang tubuhnya menubruk punggung William karena William berhenti tiba-tiba.

“Ada apa?” Clyde melongok melewati bahu William dan melihat bahwa ternyata Clayton sedang berdiri tegap di depan William.

“Minggir!” perintah William. 

Ia tidak berteriak ataupun berseru. Namun nada suaranya yang mengecam mengisyaratkan bahwa ia tidak main-main.

“Kenapa kepala lo.. Oni-san?” tanya Clayton. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • TamagoTan

    @Kang_Isa Thank you so much! Salam kenal juga, Kak! Nanti aku mampir yah ke cerita Kakak!

    Comment on chapter Prolog
  • Kang_Isa

    Keren. Ceritanya mistis banget, ikutan merinding juga. Salam kenal, Kak. Jika berkenan, mampir juga di ceritaku, ya.
    Salam semangat selalu. :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Salju yang Memeluk Awan [PUBLISHING IN PROCESS]
14681      2567     4     
Romance
Cinta pertamaku bertepuk sebelah tangan. Di saat aku hampir menyerah, laki-laki itu datang ke dalam kehidupanku. Laki-laki itu memberikan warna di hari-hariku yang monokromatik. Warna merah, kuning, hijau, dan bahkan hitam. Ya, hitam. Karena ternyata laki-laki itu menyimpan rahasia yang kelam. Sebegitu kelamnya hingga merubah nasib banyak orang.
I'm Growing With Pain
14406      2221     5     
Romance
Tidak semua remaja memiliki kehidupan yang indah. Beberapa dari mereka lahir dari kehancuran rumah tangga orang tuanya dan tumbuh dengan luka. Beberapa yang lainnya harus menjadi dewasa sebelum waktunya dan beberapa lagi harus memendam kenyataan yang ia ketahui.
Say Your Love
527      396     2     
Short Story
Dien tak pernah suka lelaki kutu buku sebelumnya. Mereka aneh, introvert, dan menyebalkan. Akan tetapi ada satu pengecualian untuk Arial, si kutu buku ketua klub membaca yang tampan.
SIBLINGS
6528      1152     8     
Humor
Grisel dan Zeera adalah dua kakak beradik yang mempunyai kepribadian yang berbeda. Hingga saat Grisel menginjak SMA yang sama dengan Kakaknya. Mereka sepakat untuk berpura-pura tidak kenal satu sama lain. Apa alasan dari keputusan mereka tersebut?
WE CAN DO IT
603      417     3     
Short Story
Mada, Renjun, dan Jeno adalah sahabat baik sejak kelas X. Kini mereka telah duduk di kelas XII. Selepas lulus SMA, mereka ingin menempuh pendidikan S1 di Universitas Negeri Surabaya melalui jalur SNMPTN 2017. Namun mereka telah memiliki opsi jurusan berbeda. Perjuangan mereka pun membuahkan hasil dan tidak sia-sia.
Janji
501      348     0     
Short Story
Dia sesalu ada, dan akan tetap ada.
ALIF
1579      745     1     
Romance
Yang paling pertama menegakkan diri diatas ketidakadilan
Who are You?
1433      644     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Communicare
12334      1746     6     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...
Cinta Wanita S2
7460      1864     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...