Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
MENU
About Us  

“Ada apa?” Clyde melongok melewati bahu William dan melihat bahwa ternyata Clayton sedang berdiri tegap di depan William.

“Minggir!” perintah William. 

Ia tidak berteriak ataupun berseru. Namun nada suaranya yang mengecam mengisyaratkan bahwa ia tidak main-main.

“Kenapa kepala lo.. Oni-san?” tanya Clayton. 

Entah apa yang sedang dipikirkan Clayton. Baik William maupun Clyde tidak bisa mengartikan nada suaranya itu. Mungkin saja Clayton mengejek, menertawakan ataupun hanya sekedar ingin tahu.

“Bukan urusan lo. Minggir!” jawab William lagi.

“Ck..Galak amat! Kalo lo sampe mati keabisan darah, jangan salahin gue,” kata Clayton dengan nada mengejek sebelum ia melangkah ke samping untuk membiarkan William dan Clyde lewat.

William terlihat terkejut melihat Clayton yang menyingkir dengan sukarela. Tadinya ia sudah mengira bahwa mau tidak mau ia harus memakai kekerasan pada adiknya. William dan Clayton memang tidak dekat sejak kecil. Namun bukan berarti William membenci Clayton. Hanya saja sepertinya Clayton membuat benteng pemisah sehingga William tidak bisa mengenal Clayton lebih jauh.

Karena tidak ada waktu untuk bertanya atau menduga-duga, William segera berjalan menuju ruangan bawah tanah sepeninggalan Clayton. Sebodo amat Clayton mau lapor apa sama Papa, pikir William. Clyde sendiri tidak banyak omong. Ia masih tidak terbiasa dengan pertikaian keluarga mafia seperti ini.

“Di situ!” seru William begitu ia melihat tangan Bram yang melambai-lambai heboh dari antara jeruji besi yang menahan tubuhnya.

“Bosss!” seru Bram dengan gembira.

“William, Clyde.” Jaxon yang cool pun tidak sanggup menyembunyikan kegembiraanya.

“Lo berdua nggak apa-apa?” tanya Clyde, tersenyum lebar karena lega.

“Clyde, lo tunggu di sini. Gue cari kunci,” kata William.

William tidak berhenti untuk menyapa teman-temannya. Ia segera berjalan menuju ruangan sipir yang kebetulan kosong. Betapa leganya William ketika menemukan ruangan yang kosong itu. Denyutan hebat di kepalanya membuat William sangsi bahwa dia akan cukup kuat untuk bertarung.

Bunyi kelontang-kelontang terdengar menggema di ruang bawah tanah. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan Bram dan Jaxon. Bram yang sangat gembira memeluk Clyde seperti anak kecil ketika Papanya baru pulang kerja.

“Kepala lo kenapa?” tanya Jaxon kepada William.

“Berdarah. Nggak liat?” tanya William sambil mendengus.

“Maksud gue kenapa sampe kayak gitu?” Jaxon mengoreksi pertanyaan.

Dalam hati ia khawatir bahwa salah satu orang Papanya lah yang membuat luka tesebut. Bukan saja Jaxon akan merasa bersalah, tapi Papa William tidak akan suka pewarisnya dilukai.

“Lo nggak usah masang muka gitulah, xon. Bukan anak buah lo yang nimpuk gue.” 

“Bener. Ini anak gila yang nimpuk kepala sendiri make batu,” celetuk Clyde, mengklarifikasi pertanyaan-pertanyaan Jaxon yang sudah di ujung lidah dan akan dilontarkan beberapa detik lagi.

Sejujurnya Jaxon merasa lega. Tidak perlu ada masalah tambahan untuk membumbui perang yang udah buruk banget ini. Walaupun begitu, Jaxon masih merasa sangat bersalah karena semua ini akarnya dari kepengecutan Jaxon. Cuma gara-gara surat kaleng, dia nggak berani tinggal di rumahnya sendiri. 

“Black Hummingbird udah ngerencanain ini semua. Kita masuk idup-idup ke dalem perangkap dia,” kata Jaxon kepada William.

Clyde dan Bram yang tadinya heboh pun membungkam mulut mereka masing-masing. Namun, William tidak bereaksi.

“Jadi gimana caranya kita keluar dari sini tanpa sepengatahuan dua bokap yang lagi dalam mode godzilla?” Bram nyeletuk dan sukses bikin Clyde nyengir.

Bukannya menjawab, William malah tumbang. Jaxon yang sama sekali tidak menyangka akan ketiban temannya pun kewalahan. Namun ia masih sigap menahan tubuh William supaya kepalanya yang udah bonyok nggak makin bonyok karena menghantam jeruji besi penjara.

“Will!” seru Bram dan Clyde.

“Bram, lo bantu Jaxon gotong William. Gue masih lumayan inget jalan ke sini. Harusnya gue bisa nemuin jalan keluar.” Clyde mengambil alih komando.

Dengan bantuan Bram, Jaxon berhasil berdiri tegak. William dipapah Bram dan Jaxon di sisi kanan dan kirinya. Dengan terserok-serok, ketiga cowok itu berjalan mengikuti Clyde yang memimpin jalan. 

“Clyde, stop!” tiba-tiba Jaxon berkata dengan tegas.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • TamagoTan

    @Kang_Isa Thank you so much! Salam kenal juga, Kak! Nanti aku mampir yah ke cerita Kakak!

    Comment on chapter Prolog
  • Kang_Isa

    Keren. Ceritanya mistis banget, ikutan merinding juga. Salam kenal, Kak. Jika berkenan, mampir juga di ceritaku, ya.
    Salam semangat selalu. :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Tic Tac Toe
473      376     2     
Mystery
"Wo do you want to die today?" Kikan hanya seorang gadis biasa yang tidak punya selera humor, tetapi bagi teman-temannya, dia menyenangkan. Menyenangkan untuk dimainkan. Berulang kali Kikan mencoba bunuh diri karena tidak tahan dengan perundungannya. Akan tetapi, pikirannya berubah ketika menemukan sebuah aplikasi game Tic Tac Toe (SOS) di smartphone-nya. Tak disangka, ternyata aplikasi itu b...
Kisah Alya
335      238     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
It Takes Two to Tango
472      346     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Mimpi Milik Shira
528      300     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
SALAH ANTAR, ALAMAKK!!
853      602     3     
Short Story
EMMA MERASA BOSAN DAN MULAI MEMESAN SESUATU TAPI BERAKHIR TIDAK SEMESTINYA
NWA
2363      945     1     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
Unending Love (End)
17247      2567     9     
Fantasy
Berawal dari hutang-hutang ayahnya, Elena Taylor dipaksa bekerja sebagai wanita penghibur. Disanalah ia bertemua makhluk buas yang seharusnya ada sebagai fantasi semata. Tanpa disangka makhluk buas itu menyelematkan Elena dari tempat terkutuk. Ia hanya melepaskan Elena kemudian ia tangkap kembali agar masuk dalam kehidupan makhluk buas tersebut. Lalu bagaimana kehidupan Elena di dalam dunia tanpa...
Cinta Butuh Jera
1731      1075     1     
Romance
Jika kau mencintai seseorang, pastikan tidak ada orang lain yang mencintainya selain dirimu. Karena bisa saja itu membuat malapetaka bagi hidupmu. Hal tersebut yang dialami oleh Anissa dan Galih. Undangan sudah tersebar, WO sudah di booking, namun seketika berubah menjadi situasi tak terkendali. Anissa terpaksa menghapus cita-citanya menjadi pengantin dan menghilang dari kehidupan Galih. Sementa...
Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu - Masaki dan Misaki dan Luka Masa Lalu-
3688      1202     1     
Fan Fiction
Klub Kyudo Kazemai kembali mengadakan camp pelatihan. Dan lagi-lagi anggota putra kembali menjadi 'Budak' dalam camp kali ini. Yang menjadi masalah adalah apa yang akan dilakukan kakak Masaki, Ren, yang ingin meliput mereka selama 3 hari kedepan. Setelah menjadi juara dalam kompetisi, tentu saja Klub Kyudo Kazemai banyak menjadi sorotan. Dan tanpa diketahui oleh Masaki, Ren ternyata mengundang...
FORGIVE
2109      745     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.