Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
MENU
About Us  

“Jadi gimana?” tanya Rhea, memecah keheningan dan juga ketegangan.

Namun tidak ada satupun dari cowok-cowok yang biasanya gagah perkasa itu menjawab. Mereka semua sibuk berpikir.

“Kita nginep di rumah Jaxon.” Karena tidak ada yang membuka mulut, Rhea pun memberi usul. Namun usul itu segera ditampik oleh Jaxon.

“Nggak bisa, Rhe. Bokap gue pasti langsung tahu ada yang nggak beres,” kata Jaxon.

“Ya udah. Lo nginep di rumah Bram. Bisa kan?” Rhea masih tidak mau menerima kenyataan bahwa tidak banyak yang bisa mereka lakukan untuk memastikan keselamtan Jaxon.

“Bisa sih. Tapi Bram bisa apa kalau lawannya emang setangguh yang Jaxon bilang,” kata William. 

Bram memasang tampang tidak suka karena secara langsung ia disebut lemah oleh William. Sayangnya Bram tidak mengetahui bahwa sebenarnya William bukannya berniat menjelek-jelekan Bram di depan semua orang. Hanya saja ia memang sedang kesal pada Bram karena dekat-dekat dengan Rhea.

“Kalo gitu di rumah lo aja!” kata Clyde kepada William, berusaha membela Bram dan juga mencegah Bram membalas perkataan William tadi. 

Pasalnya, kalau sampai Bram menjawab dengan kata-kata yang bisa menyulut kemarahan William, satu rumah bisa gawat. William orangnya nggak bisa diajak main-main.

“Boleh.” William menjawab dengan cepat.

Lima kepala menoleh bersamaan dan menatap Jaxon, menunggu jawabannya.

“Gue coba bilang ma bokap gue,” kata Jaxon akhirnya.

Walaupun Rhea diam saja, ia tahu bahwa Jaxon sebenarnya enggan menginap di rumah William. Bukan apa-apa. Biar William dan Jaxon memang berteman dekat, sohib abis. Tapi keluarga mereka tidak terlalu akur. William Nakamura adalah anak sulung klan yakuza yang menguasai Bandung Selatan. Sedangkan Jaxon alias Jaejin Kim adalah anak tunggal pewaris klan mafia Kim yang mengklaim bahwa Bandung Utara adalah territory mereka.

“Jangan bilang lo nginep di rumah gue,” kata William.

“Gue tahu. Gue bakal bilang gue nginep di rumah Bram,” kata Jaxon.

“Gue lagi yang kena,” gerutu Bram dengan suara seperti kumur-kumur.

Rhea terkekeh mendengarnya. Bram memang selalu melakukan hal-hal yang bisa mencairkan suasana, disengaja maupun tidak. Itulah mengapa Rhea merasa nyaman dengan Bram.

“Dasar! Ngerusak suasana aja.” Rhea menyikut Bram dengan ringan, disusul tawa Clyde dan Bram.

Baik William maupun Kiran tidak tertawa. Jangankan tertawa, tersenyum palsu pun mereka tidak sanggup. Diam-diam William memperhatikan Bram dan Rhea. Ditekannya emosinya dalam-dalam. Ia tahu bahwa bukan Bram yang sengaja melucu untuk Rhea. Tapi Rhea-lah yang selalu mengartikan perkataan Bram sebagai lelucon. William tidak ingin mengakui bahwa ia memang sudah curiga Rhea menyimpan rasa untuk Bram. Ia sangat tidak ingin mengakui itu. Maka dalam hati ia menjadikan Bram sebagai sasarannya. Kalau sampai Rhea jatuh cinta sama Bram, sudah pasti itu salah Bram. Bram-lah yang akan William jadikan samsak. Titik!

Untungnya, William tidak menyadari mata Kiran yang menatap William dengan bingung. Kalaupun William menyadari, ia tidak akan mampu mengartikan sorot mata Kiran tersebut. Kiran memang lambat dalam hal-hal berbau pelajaran sekolah. Namun satu hal yang Kiran sangat pandai melakukan adalah memperhatikan lingkungannya dan mengambil kesimpulan. Hal itu ia pelajari sejak kecil karena sebagai anak paling tua, ia-lah yang selalu dibawa ke pertemuan keluarga. Dibesarkan dengan tradisi di mana perempuan tidak bisa mengungkapkan pendapatnya secara blak-blakan, Kiran belajar untuk memperhatikan arah pembicaraan dan mengambil kesimpulan tanpa harus ikut andil dalam percakapan. Singkat kata, Kiran curiga. Ia curiga bahwa William menaruh hati pada Rhea namun ia takut bahwa Bram sudah mencuri hati Rhea. Tentu saja Kiran tidak berkata apa-apa. Lagipula ia sudah sibuk dengan perasaan dan ketakutannya sendiri. 

“Nanti kalo bokap lo udah setuju, telepon gue aja,” kata William.

Jaxon pun mengangguk. Tatapannya terlihat sangat stress dan tersiksa.

“Terus keluarga lo gimana, Will? Mereka juga nggak akan suka lo bawa Jaxon ke markas!” tanya Clyde.

“Itu biar gue yang urus,” jawab William walaupun dalam hati ia masih belum terpikir taktik apapun untuk menyelundupkan Jaxon tanpa sepengetahuan Papa dan adiknya.

“Gue cabut dulu.” Jaxon bangkit berdiri dari kursinya.

Meskipun ia banyak pikiran, Jaxon masih bisa menguasai posturnya. Dengan tegap dan tenang ia melangkah keluar dari ruangan Black Hummingbird diiringi tatapan simpatik teman-temannya. Dan tentu saja, tatapan penuh rasa berdosa dari Kiran. Kiran memang sama sekali tidak tahu rencana bosnya. Tapi tetap saja ada rasa bersalah yang menggerayangi hati Kiran. Ia ingin sekali buka mulut meskipun ia tahu ia tidak boleh melakukannya kalau ia tidak ingin Rhea dibunuh Black Hummingbird. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • TamagoTan

    @Kang_Isa Thank you so much! Salam kenal juga, Kak! Nanti aku mampir yah ke cerita Kakak!

    Comment on chapter Prolog
  • Kang_Isa

    Keren. Ceritanya mistis banget, ikutan merinding juga. Salam kenal, Kak. Jika berkenan, mampir juga di ceritaku, ya.
    Salam semangat selalu. :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Kebaikan Hati Naura
641      363     9     
Romance
Naura benar-benar tidak bisa terima ini. Ini benar-benar keterlaluan, pikirnya. Tapi, walaupun mengeluh, mengadu panjang lebar. Paman dan Bibi Jhon tidak akan mempercayai perkataan Naura. Hampir delapan belas tahun ia tinggal di rumah yang membuat ia tidak betah. Lantaran memang sudah sejak dilahirikan tinggal di situ.
MASIHKAH AKU DI HATIMU?
682      457     2     
Short Story
Masih dengan Rasa yang Sama
Lazy Boy
7228      1713     0     
Romance
Kinan merutuki nasibnya akibat dieliminasi oleh sekolah dari perwakilan olimpiade sains. Ini semua akibat kesalahan yang dilakukannya di tahun lalu. Ah, Kinan jadi gagal mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri! Padahal kalau dia berhasil membawa pulang medali emas, dia bisa meraih impiannya kuliah gratis di luar negeri melalui program Russelia GTC (Goes to Campus). Namun di saat keputusasaa...
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
127      100     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
Ti Amo
535      315     2     
Romance
“Je t’aime, Irish...” “Apa ini lelucon?” Irish Adena pertama kali bertemu dengan Mario Kenids di lapangan saat masa orientasi sekolah pada bulan Juli sekitar dua tahun yang lalu. Gadis itu menyukainya. Irish kembali bertemu dengan Mario di bulan Agustus tahun kemudian di sebuah lorong sekolah saat di mana mereka kembali mencari teman baru. Gadis itu masih menyukainya. Kenyataannya...
Nona Tak Terlihat
1745      1110     5     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...
Why Him?
606      333     2     
Short Story
Is he the answer?
Before The Last Goodbye
285      244     3     
Fantasy
Jika di dunia ini ada orang yang berhasil membuat sebuah mesin waktu, mungkin Theresia Mava akan menjadi orang pertama yang sukarela mencoba mesin tersebut. Sudah duabelas tahun lamanya ia mencari keberadaan dari Arion Sebastian, sahabatnya yang tiba-tiba menghilang. Ia sudah bertanya pada semua yang mengenal laki-laki itu, tetapi tidak ada satu orang yang mengetahui keberadaannya. Lalu sua...
Love in the Past
572      425     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
SILENT
5562      1668     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...