Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bisakah Kita Bersatu?
MENU
About Us  

"Good morning Dad, good morning Mom." sapa Steve kepada ayah dan ibunya sambil duduk dan mengambil roti selai coklat yang telah disiapkan ibunya.

"Good morning, son. I have a good news for you also your mom. Guess what?" tanya tuan Robert, ayah Steve sambil menepuk bahu kiri Steve.

"Hmm, you brought me a new car? Or our company won a big project? Or maybe you got pregnant, Mom?" tebak Steve sambil menggoda ibunya.

"Astaga, anakku satu ini. Mommy sudah tua, sudah tutup pabrik. Yang bener, mama seharusnya tunggu kamu kasih mama cucu. Sudah 29 tahun kok ya masih aja betah pacaran meluluh dengan dokumen dan rekan bisnis. Temen-temen arisan mama sampai kira kamu gay karena gak pernah kelihatan gandeng perempuan." sungut nyonya Tracy, ibu Steve sambil memandang tajam anak semata wayangnya.

"That's why Daddy minta nanti malam kamu pulang lebih awal. Jam 5 paling lambat kamu sudah balik dari office karena jam 6 kita sudah harus berangkat dari rumah untuk bertemu dengan keluarga sekaligus calon istri kamu." ujar tuan Robert dengan senyum merekah.

Steve yang sedang mengunyah roti pun seketika terbatuk-batuk dan segera meminum air putih.

"What? Calon istri? Dad, are you kidding me? Ini bukan jaman Siti Nurhaliza. Steve gak setuju. Lagipula Steve juga lagi banyak kerjaan di kantor, nanti malam juga ada meeting dengan client penting dari Singapura." jawab Steve sambil menghabiskan roti yang tersisa setengah itu.

Berbanding terbalik dengan Steve, nyonya Tracy justru terlihat sangat bahagia dan langsung memeluk mesra suaminya.

"You are really the best husband ever in the world, Hubby. I love you so much!" ujar nyonya Tracy lalu memeluk dan mengecup pipi kanan suami tercintanya.

"Anything for you, darling." jawab tuan Robert sambil membalas pelukan istrinya dan menatap mata nyonya Tracy penuh cinta.

"Dad, Mom. Steve berangkat kerja dulu." ujar Steve setelah menghabiskan jus jeruknya dan buru-buru pergi untuk menghindari kelanjutan dari percakapan mengenai perjodohan gila yang direncanakan ayahnya.

"Jangan kabur, son! You must come tonight or you will regret it for sure!" teriak tuan Robert melihat kepergian Steve yang dia ketahui sengaja menghindarinya karena perjodohan ini.

Selepas kepergian Steve ke kantor, nyonya Tracy yang terlalu bersemangat segera menarik suaminya menaiki tangga, ke kamar mereka di lantai dua.

"Hubby, ayo buruan!" sungut nyonya Tracy melihat suaminya yang berjalan lebih pelan dari dirinya.

"Kenapa, sayang? Kamu kok buru-buru ke kamar kita?" tanya tuan Robert kebingungan begitu sampai di depan kamar mereka.

"Of course, shopping for tonight. Ayo buruan kamu mandi, aku mau siapin baju buat kita pergi ke mall." jawab nyonya Tracy bersemangat sambil membuka pintu kamar mereka.

"Kamu gak mandi?" tanya tuan Robert.

"Sudah dong, sayangku. Aku kan selalu mandi dulu sebelum keluar dari kamar. Ayo buruan, selain belanja aku juga mau perawatan! Mandinya jangan lama-lama!" jawab nyonya Tracy sambil mendorong suaminya masuk ke kamar mandi.

"Siap, my queen!" ujar tuan Robert sambil memposisikan tangan dan tubuhnya dalam posisi hormat kepada sang istri seperti saat upacara bendera sebelum masuk ke kamar mandi.

Melihat kelakuan suaminya, nyonya Tracy hanya bisa tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bergegas menuju closet serta menyiapkan kemeja polos berwarna biru tua dengan jeans dan sepatu oxford berwarna senada untuk penampilan suaminya.

Sedangkan nyonya Tracy akhirnya memilih mengenakan kemeja hijau tua berbentuk dress yang dipadukan dengan kitten heels berwarna biru tua, serta tas quilted berwarna hijau tua. Tak lupa, nyonya Tracy juga melengkapi penampilannya dengan pierced earrings berwarna hijau tua yang terlihat menonjol karena nyonya Tracy memilih untuk menguncir rambutnya ikal kuda dan make up yang tipis karena nyonya Tracy akan melakukan perawatan kulit sehingga ujung-ujungnya toh makeupnya akan dihapus juga, pikirnya.

Selesai bersiap-siap, tuan Robert segera turun dan menyuruh sopirnya untuk menyiapkan salah satu mobil BMW kesayangannya yang merupakan keluaran terbaru, lalu menonton TV di ruang keluarga sembari menunggu nyonya Tracy yang belum selesai berdandan.

"Biasa, wanita kalau berdandan selalu lebih lama dari durasi film di bioskop. Untung tadi istriku sudah mandi, kalau tidak mungkin ujung-ujungnya makan siang di rumah. " pikir tuan Robert.

"Sayaaaaaaaang! Kamu kok malah nonton TV sih? Ayo buruan, barusan aku dapet notifikasi dari butik langganan aku kalau hari ini ada promo 50%! Aku gak mau kalau sampai keduluan yang lain." omel nyonya Tracy sambil menarik tangan kiri tuan Robert yang sedang duduk di sofa.

"Iya, sayangku. Tadi aku nunggu kamu lama banget dandannya, jadi ya aku nonton TV sambil nunggu kamu." balas tuan Robert.

"Maaf, sayang. Aku tadi sempet bingung mau pakai baju apa, jadinya lama karena bolak-balik ganti baju." jawab nyonya Tracy.

"It's okay, my queen. Ayo, aku tadi sudah suruh pak Tony untuk menyiapkan mobil untuk kita." ujar tuan Robert sembari menggandeng istrinya keluar dari rumah.

Setelah sampai di butik langganannya, nyonya Tracy yang begitu gembira langsung bergegas masuk ke dalam butik tanpa menunggu tuan Robert yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku istrinya.

"Pak Tony pulang dulu, nanti saya hubungi kalau sudah mau pulang." ujar tuan Robert pada supirnya yang membukakannya pintu belakang.

"Baik, tuan. Kalau begitu, saya pamit dulu." jawab pak Tony sembari membungkukkan badannya lalu menutup pintu kembali setelah tuan Robert sudah keluar dari mobil dan kembali masuk ke kursi pengemudi dan kembali ke rumah tuan Robert.

Saat tuan Robert akan membuka pintu butik tersebut, tiba-tiba ada suara pria yang tidak asing menyapanya.

"I think we were on the same boat, Rob. Terjebak dengan istri yang menyiapkan diri untuk malam nanti." ujar pria tersebut yang ternyata adalah tuan Charles, rekan bisnis sekaligus sahabat tuan Robert sejak kecil.

"Yes, I think your wife also do the same thing with my wife inside. They both will mess up our wallet today for sure." ujar tuan Robert sambil tertawa.

"Especially, today. Acara makan malam sekaligus diskon. Aku jamin, mereka akan membeli puluhan item di dalam sana yang sebetulnya mereka tidak butuhkan. Lebih baik kita segera masuk sebelum mereka benar-benar menghabiskan seisi butik ini." canda tuan Charles yang dibalas tawa keras tuan Robert yang membuat beberapa pengunjung dibutik tersebut melihat ke arah mereka.

Dan benar saja, dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 jam, nyonya Tracy dan nyonya Theresa yang merupakan istri tuan Charles mendatangi suami mereka yang sedang berbincang ria di salah satu sudut ruang tunggu butik dengan puluhan kantong belanja yang dibawakan oleh pramugari butik tersebut.

"See, our wives really done it." ujar tuan Charles menyenggol lengan kiri tuan Robert.

"Yes, but it's not finish yet. Next, Theresa's skin care center and we end up not going home 'till dinner." balas tuan Robert.

Dan benar saja, yang ditakutkan oleh dua suami ini sungguh terjadi. 

"Hubby, kita langsung ke klinik kecantikanku ya. Aku sudah booking tadi untukku dan Tracy jam 1. O ya, Rob kamu bareng aku dan Charles mobilnya. Tadi aku sudah suruh Tracy telpon pak Tony supaya pulang lebih awal juga." ujar nyonya Theresa yang dibalas anggukan oleh tuan Robert.

"Lunch dulu ya di café sebelah, masih ada waktu kok sebelum jam 1. Klinik kamu juga deket dari sini, jadi gak perlu buru-buru." rayu tuan Charles sembari mengecup tangan kiri nyonya Theresa yang berada dalam genggamannya.

"Tapi pesennya menu yang cepet masaknya, ya. Aku gak mau sampai terlambat, nanti kalau sampai mundur jadwalnya malah nanti kita terlambat untuk dinner." ujar nyonya Theresa.

"Anything for you, my queen." jawab tuan Charles sambil berdiri dan menggandeng tangan kiri istrinya.

"O ya, hampir aja lupa. Nanti kita gak usah balik rumah, mandi di klinik kecantikan aja sekalian kalian para pria juga ikut perawatan." ujar nyonya Theresa menepuk jidatnya.

Sedangkan tuan Robert dan nyonya Tracy yang mengikuti dari belakang tiba-tiba berhenti karena ucapan nyonya Theresa.

"Darl, aku lupa belum pilih baju mana yang mau aku pakai untuk nanti malam. Aku juga lupa misahin bajumu dan baju Steve buat nanti malam." ujar nyonya Tracy.

"Okay, take your time but don't too long. Kamu pilih baju buat kamu sendiri, aku, dan Steve. Sisanya suruh kirim ke rumah seperti biasa." balas tuan Robert menghembuskan nafas beratnya yang kembali harus menunggu istrinya memilih baju untuk nanti malam.

"Charl, kamu sama Theresa duluan aja. Sekalian pesenin buat aku dan Tracy, samain aja dengan makanan kalian. Aku masih nungguin Tracy tadi lupa pilih baju untuk nanti malam." ujar tuan Robert.

"Okay, Rob. Meja biasa ya, we'll wait you there." jawab tuan Charles sembari meninggalkan tuan Robert yang masih menunggu istrinya.

"Ini akan memakan waktu yang lama." pikir tuan Robert.

Sembari menunggu istrinya, tuan Robert memutuskan untuk menghubungi Steve.

"Steve, jangan lupa nanti malam kamu harus datang dan kamu berangkat sendiri karena daddy sama mommy langsung ke restoran dari klinik kecantikan aunt Theresa. Baju kamu untuk nanti malam diantar butik ke kantor kamu. Jangan sampai kamu gak datang karena kamu sungguh akan sangat menyesal bila menolak perjodohan ini." ujar tuan Robert dengan nada tegas.

"Baiklah, dad. Steve akan datang malam ini, tapi di restoran mana?" tanya Steve dengan nada pasrah.

"Di restoran Akazia, jam 7 tepat. Don't be late, son!" tegas tuan Robert.

"Okay, dad. See you there!" jawab Steve mengakhiri telepon terlebih dahulu.

Setelah menunggu sekitar 30 menit, akhirnya nyonya Tracy selesai memilih baju yang akan dikenakan mereka maupun suami mereka untuk makan malam nanti dan segera menuju ke café untuk makan siang kilat bersama Charles dan Theresa lalu segera melanjutkan perjalanan mereka ke klinik kecantikan milik nyonya Theresa sekaligus mempersiapkan diri mereka untuk dinner malam nanti.

Sedangkan di kantornya, diam-diam Steve menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk menyelidiki perempuan yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Saat sedang fokus memerika dokumen-dokumen yang harus ditandatangani, suara telepon di mejanya menghentikan aktivitasnya.

"Ya?" tanya Steve.

"Permisi, pak. Ada orang dari." ujar Rachel, sekretaris pribadi Steve.

"Suruh dia masuk." potong Steve tanpa mengijinkan Rachel menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu langsung menutup telepon.

Steve yang sudah tidak sabaran langsung duduk di sofa yang memang disediakan di ruangannya.

"Jadi, bagaimana Pat?" tanya Steve yang terkejut melihat wanita di hadapannya.

"Selamat siang, tuan Steve. Saya Margareth dari butik Pariz yang bertugas untuk mengantarkan setelan tuxedo yang telah dipesan oleh nyonya Tracy." ujar Margareth.

"Oh, baiklah. Letakkan saja di situ, terima kasih." perintah Steve sambil menunjuk ke salah satu sisi kosong di sofa yang didudukinya.

"Baik, tuan Steve. Saya permisi dulu." ujar Margareth lalu keluar dari ruangan Steve.

"Astaga, aku pikir tadi itu Patrick. Kenapa lama sekali anak itu mencari informasi sekecil ini?" ujar Steve tidak sabaran.

Tiba-tiba ponsel di saku jasnya berbunyi dan tertera nama Patrick, orang suruhannya yang bertugas untuk menyelediki segala macam informasi yang dibutuhkan oleh tuan Robert dan Steve.

"Bagaimana, Pat? Kamu sudah tahu siapa yang akan dijodohkan denganku?" tanya Steve.

"Berdasarkan informasi yang saya peroleh, nona Viona adalah perempuan yang akan dijodohkan dengan tuan Steve. Nona Viona merupakan putri tunggal dari tuan Charles dan nyonya Theresa, sahabat sekaligus rekan bisnis ayah Anda." jawab Patrick.

"Thanks, Pat. Your payment as usual, I will transfer to your account after this." ujar Steve.

"Your welcome, Sir. Do you need other information, Sir?" tanya Patrick.

"No, thanks Pat." jawab Steve lalu memutuskan sambungan teleponnya dengan Patrick.

"Pak Steve, pak Steve. BAPAK STEVEEEEEE!" teriak Rachel meninggikan suaranya sambil menggoyang-goyang tangan kanan Steve karena tidak mendapat respon apapun dari Steve.

"Sejak kapan kamu disitu? Siapa suruh kamu masuk ke ruangan saya?" tanya Steve kebingungan melihat Rachel sedang berdiri di depannya.

"Pak Steve, dari tadi saya sudah menghubungi telepon kantor bapak termasuk menghubungi ponsel bapak, tapi tidak ada jawaban. Saya sudah mengetuk pintu berulang-ulang, tetapi juga tidak ada yang menjawab. Karena khawatir, maka saya memutuskan masuk ke ruangan bapak dan saya melihat bapak sedang melamun. Sebetulnya saya juga tidak berani mengganggu, tapi masalahnya bapak sudah ada janji untuk makan siang dengan calon investor untuk proyek pembangunan hotel di Lombok." jawab Rachel.

"Astaga, saya lupa. Kamu sudah siapkan semua dokumennya?" tanya Steve dengan nada panik.

"Sudah, pak. Mobil dan sopir juga sudah siap menunggu bapak di bawah." jawab Rachel.

"Baiklah, ayo kita berangkat sekarang dan kosongkan semua jadwal saya hari ini setelah makan siang. Sekaligus, kosongkan jadwal saya besok untuk sehari penuh dan ganti ke hari lain. Ah, ya juga tolong bawakan baju saya ke mobil." ujar Steve sambil berdiri menunjuk ke setelan untuk nanti malam dan buru-buru menuju ke meja kerjanya untuk mengambil barang-barang pribadinya.

"Baik, pak." jawab Rachel sambil bergegas mengambil setelan tuxedo Steve dan membukakan pintu ruangan Steve lalu menutupnya setelah Steve dan Rachel keluar dari ruangan tersebut, lalu mereka berdua segera berjalan menuju lift untuk turun ke lobby dan berangkat menuju restoran yang menjadi tempat makan siang sekaligus tempat pertemuan dengan calon investor di perusahaan Steve.

Waktu terus berlalu dan sekarang telah menunjukkan pukul 18.15 WIB. Steve yang masih bersiap-siap di rumahnya sedangkan duo orangtua yang sudah siap berangkat dari klinik kecantikan milik nyonya Theresa menuju restoran yang akan menjadi saksi bisu perjodohan Steve dan Viona.

Tiba-tiba suara ponsel di saku celana Steve berbunyi saat Steve sedang memastikan penampilannya untuk terakhir kali di depan kaca.

"Ya, Dad?" tanya Steve menjawab panggilan tersebut yang ternyata dari tuan Robert.

"Where are you? Your secretary said that you already going home after lunch meeting with the investor." tanya tuan Robert terdengar menaruh curiga pada Steve.

"Ahh, that's because I just want to take a rest at home and prepare myself for tonight. Don't worry, Dad. I will be at the restaurant before 7PM. I promise." jawab Steve sambil merapikan jasnya.

"So you already knew who's the girl, huh? That's why you going home early. Who's told me this morning that won't come tonight? I think his name is Steve, am I right?" goda tuan Robert.

"Come on, Dad. Of course I was afraid at first. And yes, I told Patrick to find out about her. When I knew she's Viona, I won't miss the chance. Thank you so much, Dad. You really are my super Daddy." ujar Steve sambil mengambil kunci mobil bergambar kuda dari lemari kecil berisi kunci-kunci mobil di kamarnya.

"Baiklah, sampai jumpa nanti di restoran." ujar tuan Robert mengakhiri panggilan teleponnya dengan Steve terlebih dahulu.

Sambil bersenandung, Steve meletakkan kembali ponselnya di saku kanan celana, berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju garasi. Saat di garasi, Steve berjalan menuju ke salah satu mobil berwarna biru tua dan membunyikan kunci mobilnya lalu masuk ke dalamnya, mengendarai mobil tersebut keluar dari rumahnya menuju ke tempat lain terlebih dahulu.

Tempat lain itu ternyata adalah sebuah toko bunga yang dikenal di kotanya menjual berbagai macam bunga yang masih fresh dan Steve sengaja membeli sebuah buket bunga mawar putih yang dirangkai begitu cantiknya oleh pemilik toko bunga tersebut.

Bahkan, si pemilik toko bunga tersebut yang ternyata merupakan seorang ibu yang sudah lanjut usia turut memberi semangat kepada Steve.

"Semoga gadis yang engkau cintai melihat ketulusanmu melalui bunga ini. Tuhan menyertaimu, anak muda." ujar Ibu pemilik toko bunga tersebut sembari menepuk pelan bahu kanan Steve.

Setelah membayar buket yang dibelinya serta berterimakasih atas buket bunga dan semangat yang diberikan, Steve pun segera pamit undur diri dan bergegas menyetir mobilnya menuju restoran Akazia.

Setelah sampai di restoran, Steve segera mencari keberadaan ayah dan ibunya sambil mencoba menghubungi ayahnya.

"Daddy duduk dimana? Steve sudah sampai di restoran Akazia." tanya Steve sambil menoleh ke kanan dan kiri kebingungan mencari ayah dan ibunya.

"Astaga, maaf Steve. Daddy lupa infoin ke kamu kalau Daddy dan Mommy ada di ruangan VIP 3. Kamu kesini, buruan." jawab tuan Robert.

"Okay, Dad. I'll be there in five minutes." balas Steve sambil berjalan menaiki tangga menuju ruangan yang dimaksud tuan Robert.

Sesampainya di ruangan VIP 3, Steve berpikir bahwa dirinya benar-benar terlambat karena melihat Viona yang sudah duduk di dalam ruangan tersebut dan terlihat sangat cantik dalam pemandangan Steve.

Terlebih malam ini, Viona mengenakan sebuah terusan sederhana berbentuk A-line berwarna biru tua senada dengan setelan tuxedo yang dipakai oleh Steve.

"Selamat malam semuanya. Maaf, Steve terlambat karena tadi mampir dulu ke suatu tempat." sapa Steve sambil berjalan ke arah kursi yang ditempati Viona.

Sesampainya di depan Viona, Steve berlutut dan memberikan buket bunga mawar putih yang tadi dibelinya.

"I hope you like it and I just wanna say, tonight you were so beautiful as always been." ujar Steve yang hanya dibalas senyum tipis oleh Viona.

Tuan Robert yang mulai merasakan atmosfer yang canggung akhirnya membuka suaranya.

"Baiklah, karena kita semua sudah berkumpul disini sebaiknya kita memesan makanan dahulu lalu baru setelahnya kita akan membahas perihal perjodohan Steve dan Viona." ujar tuan Robert.

"Mommy setuju dengan Daddy, ayo kita pesan makanan dulu. Mommy sudah laper banget ini, tadi siang cuma makan sedikit aja." sahut nyonya Tracy sambil mengangkat tangannya dan memberi kode kepada pelayan yang ada dalam ruangan tersebut untuk mengambilkan buku menu.

How do you feel about this chapter?

0 1 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • nuratikah

    Keren kak.

  • ShiYiCha

    😂Nyonya Tracy sama Tuan Robert lucu, ih

  • AjengFani28

    Saya suka ceritanya yang bagus-bagus.. semoga berkembang lagi ya kak dan sukses selalu ;d

Similar Tags
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
769      522     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
HADIAH PALING BERHARGA
584      395     4     
Short Story
Seorang wanita yang tidak bisa menerima kenyataan, keharmonisannya berubah menjadi kebencian, sebuah hadiah yang mengubah semua hal tentangnya .
Perjalanan Move On Tata
486      331     0     
Short Story
Cinta, apasih yang bisa kita katakan tentang cinta. Cinta selalu menimbulkan rasa sakit, dan bisa juga bahagia. Kebanyakan penyakit remaja sekarang yaitu cinta, walaupun sudah pernah merasakan sakit karena cinta, para remaja tidak akan menghilangkan bahkan berhenti untuk bermain cinta. Itulan cinta yang bisa membuat gila remaja.
Too Sassy For You
1535      694     4     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
Te Amo
453      309     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
Aldi: Suara Hati untuk Aldi
376      273     1     
Short Story
Suara hati Raina untuk pembaca yang lebih ditujukan untuk Aldi, cowok yang telah lama pergi dari kehidupannya
PENYESALAN YANG DATANG TERLAMBAT
756      466     7     
Short Story
Penyesalan selalu datang di akhir, kalau diawal namanya pendaftaran.
Horses For Courses
11773      2342     18     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
For One More Day
492      346     0     
Short Story
Tentang pertemuan dua orang yang telah lama berpisah, entah pertemuan itu akan menyembuhkan luka, atau malah memperdalam luka yang telah ada.
Unending Love (End)
17131      2541     9     
Fantasy
Berawal dari hutang-hutang ayahnya, Elena Taylor dipaksa bekerja sebagai wanita penghibur. Disanalah ia bertemua makhluk buas yang seharusnya ada sebagai fantasi semata. Tanpa disangka makhluk buas itu menyelematkan Elena dari tempat terkutuk. Ia hanya melepaskan Elena kemudian ia tangkap kembali agar masuk dalam kehidupan makhluk buas tersebut. Lalu bagaimana kehidupan Elena di dalam dunia tanpa...