Read More >>"> U&I - Our World
Loading...
Logo TinLit
Read Story - U&I - Our World
MENU
About Us  

Hari Rabu, tanggal 6 Mei 2020.

 

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Nadia Mawari!

 

Begitu Nadia membuka matanya, dia menyapa hari baru ini dengan senyuman yang riang. Setelah meninggalkan kasur, Nadia segera membersihkan kamar serta mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

 

Persiapan selesai, setelah memeriksa ulang isi tasnya, Nadia meninggalkan kamarnya dengan tujuan menuju ke dapur untuk sarapan. Suasana hati yang cerah ini membuat Nadia bersiul. Melihat orang tuanya yang sedang duduk di meja makan, Nadia menyapa mereka:

 

"Pagi!"

 

Dengan senang hati Nadia memakan masakan yang telah disajikan oleh Ibunya. Setelah selesai makan sarapan, Nadia mengikuti Ayahnya menuju ke garasi. Seperti biasa, Ayah Nadia akan mengantar putrinya ini ke sekolah.

 

Perjalanan ke sekolah yang lancar dan mulus ini menambah kebahagiaan Nadia. Begitu sampai digerbang sekolah, Nadia turun dari mobil dan meneruskan perjalanan ke gedung sekolah, sampai kelasnya, sendiri.

 

Melirik ke kiri. Melirik ke kanan. Melihat murid-murid yang dengan rapi dan tenteram berjalan menuju ke kelas masing-masing, Nadia merasa damai. Senyuman yang dari awal masih belum dilepaskan Nadia itu bertambah lebar. Jelas sekali senyuman ini mencerminkan suasana hatinya Nadia yang indah.

 

Kelas Nadia berada di lantai 3. Begitu masuk kelas, Nadia melihat teman-teman sekelasnya yang duduk merenung dibangku masing-masing. Seperempat bangku di kelas ini sudah terisi. Nadia jalan ke bangkunya sambil mencari bayang-bayang seseorang.

 

Kelihatannya orang yang disukai Nadia, Karl Sullivan, masih belum sampai.

 

Tidak masalah. Nadia bisa menunggu kehadirannya dengan sabar.

 

Bertingkah seperti teman-teman sekelasnya, Nadia duduk dibangkunya dan melamun.

 

Hari ini adalah hari baru yang ditunggu-tunggu oleh Nadia. Mulai dari hari ini, Nadia akan melaksanakan 'proyek pendekatan Karl' yang sudah lama direncanakan.

 

Pertama-tama, yang perlu dilakukan Nadia adalah memberanikan diri untuk menyapa Karl!

 

Pemandangan dimana hanya Nadia seorang diri yang menyapa Karl… Tentunya hal itu akan membuat Karl terkesan, bukan?

 

Beberapa menit sebelum bel masuk kelas berbunyi, Karl Sullivan akhirnya menampakkan diri. Nadia tersenyum dengan riang dan berdiri dari bangkunya. Begitu Karl melihat ke arahnya, Nadia menyapa dengan ceria:

 

"Selamat pagi!"

 

"Pagi,"

 

Meskipun Karl terlihat sedikit kaget dengan sapaan Nadia yang terlalu bersemangat, dia tetap membalas sambil tersenyum.

 

Oh! Nadia yang mendapat senyuman dari Karl itu senang sekali! Bahagianya~

 

Nadia duduk kembali dibangkunya. Karl juga berjalan menuju bangkunya. Nadia mengamati Karl yang terlihat bingung. Sepertinya ada sesuatu di pikiran Karl yang membagi perhatiannya. Kira-kira apa yang ada di benak Karl? Nadia penasaran…

 

Bel masuk kelas berbunyi. Baik Nadia maupun Karl, sekarang saatnya belajar.

 

*

 

Di jam istirahat makan siang, Nadia ingin mengajak Karl untuk jalan ke kantin bersama-sama. Akan tetapi, begitu Nadia menghadap ke bangku Karl, orangnya sudah tidak ada.

 

Ah, sayang sekali, desah Nadia.

 

Mau tidak mau, dengan lesu Nadia berangkat ke kantin seorang diri. Kiranya hari ini bisa makan bersama Karl. Kenyataannya… Nadia tetap makan seorang diri.

 

Sekali lagi, Nadia mendesah:

 

"Sayang sekali..."

 

Setelah selesai makan siang, Nadia kembali ke kelasnya. Kekecewaan Nadia memudar begitu dia melihat Karl yang sedang duduk dibangkunya. Tanpa pikir panjang, Nadia berlari ke meja Karl, mengejutkan orang yang sedang memikirkan sesuatu itu.

 

Begitu melihat Karl membelalakkan matanya, Nadia melepaskan tawa yang menunjukkan rasa malunya.

 

Bingung dengan sikap teman sekelasnya ini, Karl tanya Nadia:

 

"Ada apa?"

 

Nadia berhenti tertawa dan menatap Karl dengan serius sambil mengajak:

 

"Di istirahat kedua nanti, kita pergi ke kantin bersama-sama, yuk,"

 

Untuk ajakan Nadia ini, meskipun Karl sebenarnya tidak terlalu kenal dengan teman sekelasnya yang satu ini, melihat keadaan dunia di hari ini yang cukup membingungkan, Karl akhirnya menganggukkan kepalanya menunjukkan persetujuannya.

 

Keseriusan diwajah Nadia digantikan oleh senyuman yang cerah. Melihat kebahagiaan Nadia setelah mendapat jawaban darinya, Karl tersenyum. Tidak terpikirkan oleh Karl bahwa dirinya bisa membuat orang lain senang seperti ini.

 

"Kalau begitu, nanti tunggu aku ya!"

 

Karena bel masuk kelas akan berbunyi, setelah memperingati Karl, Nadia segera menuju ke bangkunya. Nadia sudah tidak sabar menunggu jam istirahat kedua!

 

Meskipun mereka sudah makan siang, berarti nanti mungkin tidak makan lagi, tapi Nadia tetap ingin mencoba, mendapat pengalaman ke kantin bersama Karl.

 

Hari ini benar-benar hari yang luar biasa! Proyek pendekatan Karl berjalan dengan sempurna!

 

*

 

Hari Rabu, tanggal 6 Mei 2020.

 

Hari ini adalah hari yang aneh. Karl yang bangun di hari ini tidak yakin apakah dia benar-benar sudah bangun atau masih sedang bermimpi. Awal-awalnya Karl tidak sadar. Akan tetapi, begitu Karl keluar dari rumah menuju ke sekolah, Karl sadar ada keganjilan di hari ini.

 

Semakin diamati, Karl semakin yakin bahwa hari ini berbeda dengan kemarin.

 

Pertama, para murid sekolah yang sedang berjalan menuju gedung sekolah, mereka berjalan dengan diam, tanpa bergurau dengan teman-teman mereka. Di dalam sekolah pun tidak terdengar bunyi keramaian yang menunjukkan bahwa sudah banyak siswa-siswi yang sudah masuk ke kelas masing-masing.

 

Karena kesadaran akan keganjilan ini, bukannya masuk kelas, Karl memutuskan untuk mengelilingi sekolah terlebih dahulu untuk memeriksa apakah hari ini ada banyak orang yang sedang libur.

 

Hasil penelitian sementara ini adalah…

 

Bisa dilihat bahwa setiap kelas sudah hampir terisi dengan murid-murid kelas masing-masing.

 

Meskipun Karl bisa melihat ada orang di setiap kelas, Karl tetap tidak bisa mendengar suara dari mereka. Murid-murid yang sedang menunggu bel masuk kelas itu duduk dibangku masing-masing mereka tanpa berbicara.

 

Jika keadaan ini disebut suasana tenteram, mungkin saja Karl bisa menerima kesunyian ini. Kenyataannya, semua orang yang diamati Karl itu memiliki raut wajah yang sama, yaitu kosong.

 

Apa yang terjadi pada mereka semua sehingga mereka bersikap seperti ini?

 

Karl yang kebingungan berjalan ke kelasnya. Dalam suasana yang tidak seperti biasanya, ketika Karl disapa oleh teman sekelasnya, tentu saja dia terkejut.

 

Selain terkejut, Karl juga merasa lega. Ternyata bukan semua orang bersikap aneh.

 

Bagi Karl, Nadia Mawari adalah teman sekelas yang ceria. Meskipun mereka merupakan teman sekelas, sebenarnya Karl tidak terlalu kenal dengan Nadia.

 

Begitu bel masuk kelas berbunyi, Karl memutuskan untuk mengamati lebih lanjut; selama apa orang-orang ini akan bertahan bersikap seperti ini? Dari pengamatan, ternyata para guru juga bertingkah janggal. Selain untuk mengajar, para guru tidak akan banyak berbicara. Para murid juga, selain untuk menjawab pertanyaan guru sesuai dengan kemampuan mereka, mereka tidak akan bersuara.

 

Murid yang dipanggil untuk menjawab akan membuka mulut mereka. Melihat kejadian ini, Karl mendapat suatu ide.

 

Karl masih belum mencoba menyapa teman-temannya yang bersikap aneh. Mungkin Karl bisa menanyakan alasan mereka bersikap seperti ini. Setelah membuat keputusan seperti ini, begitu bel istirahat berbunyi, Karl segera meninggalkan kelasnya untuk pergi menemui sahabatnya di kelas lain.

 

Ternyata…

 

Ketika ditanya mengapa mereka bersikap aneh, jawabannya adalah… Mereka bersikap seperti biasanya saja. Tidak aneh.

 

Tidak.

 

Jelas-jelas mereka bersikap aneh.

 

Jika pertanyaannya menuju ke keseharian mereka, jawabannya terdengar biasa. Jika dipertanyakan mengenai sikap mereka di hari ini, mereka akan menyangkal bahwa ada masalah terhadap sikap mereka di hari ini.

 

Kontradiksi seperti ini membuat Karl kehilangan nafsu makan. Karena itu, selama istirahat makan siang, Karl hanya duduk menemani sahabatnya yang makan dengan teratur.

 

...Teratur?

 

Mungkin Karl perlu mengganti kata 'teratur' itu dengan kata 'kaku'. Memakai sendok mengambil sesuap nasi, masukkan nasi itu ke mulut, kunyah, memakai sendok mengambil sayuran, masukkan sayuran itu ke mulut, kunyah, memakai sendok mengambil lauk lainnya dan seterusnya.

 

Karl yang kehilangan nafsu makan dan tidak bisa menonton aksi sahabatnya ini pamit untuk kembali ke kelasnya terlebih dahulu.

 

Begitu mengalihkan pandangannya dari sahabatnya, Karl sadar bahwa bukan hanya sahabatnya ini saja yang bersikap kaku. Hampir semua murid yang sedang makan berperilaku seperti sahabatnya. Untuk murid-murid yang sedang minum, perilaku mereka berbeda, tetapi sama kakunya.

 

Setelah kembali ke kelas, Karl duduk dibangkunya dan memikirkan keanehan di hari ini. Apa penyebabnya? Kapan mereka semua akan sembuh?

 

Pikiran Karl terganggu ketika Nadia datang mengajaknya untuk pergi ke kantin di waktu istirahat kedua. Karena Karl tadi belum makan, maka dia menjanjikan ajakan Nadia.

 

Melihat kebahagiaan Nadia atas janjinya, Karl merasa heran. Mengapa Karl dan Nadia tidak bersikap seperti yang lainnya?

 

Setelah melewati waktu belajar yang sama seperti sebelumnya, di waktu istirahat kedua, Karl dan Nadia menuju ke kantin bersama-sama. Karl membandingkan perbedaan antara Nadia dengan murid lainnya.

 

Dari cara jalan, memesan makanan, sampai makan. Sebenarnya Karl sendiri yang makan, sedangkan Nadia hanya memesan segelas minuman. Bagaimanapun, setelah diamati, terlihat dengan jelas sekali perbedaan antara Karl dan Nadia terhadap orang lain.

 

Setelah selesai makan, Karl mengajukan satu pertanyaan kepada Nadia:

 

"Apa kamu merasa hari ini adalah hari yang aneh?"

 

Nadia menggelengkan kepalanya dan dengan senyuman menjawab:

 

"Aku rasa hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan!"

 

Begitukah? Karl menganggap adanya perbedaan dalam sudut pandang mereka. Karena itu, Karl tidak lagi mengungkit masalah ini dengan Nadia.

 

Karena mereka masih ada sedikit waktu luang, Karl mengusulkan untuk mengambil jalan yang lebih jauh untuk kembali ke kelas. Alasan Karl adalah untuk mengamati lebih lanjut keadaan orang-orang di sekolah ini.

 

Nadia senang sekali bisa menghabiskan waktu luang bersama Karl!

 

Ketika bel masuk kelas berbunyi, Karl dan Nadia telah kembali ke kelas mereka. Sambil belajar, Karl berharap bahwa keanehan murid-murid sekolah akan berakhir pada saat jam pulang.

 

Sayangnya harapan Karl ini tidak terkabul. Lebih parah lagi, begitu keluar dari lingkungan sekolah, Karl sadar bahwa bukan hanya orang-orang di wilayah sekolah saja yang bertingkah laku kaku.

 

Dalam perjalanan pulang Karl, dimana dia jalan pulang sendiri, Karl melihat orang-orang jalanan yang hanya bertingkah laku untuk melaksanakan tugas supaya mencapai tujuan. Selain untuk menjalankan suatu tugas tertentu, orang-orang yang berlalu lalang tidak mengalihkan pandangan mereka sama sekali.

 

Karl sengaja mengikuti dan mengamati dua teman sekolah yang diketahui olehnya bahwa mereka adalah teman. Teman yang satu mengantar teman yang lain sampai ke titik tujuannya. Setelah itu, mereka berpisah tanpa basa-basi.

 

Tiba-tiba mengingat sahabatnya, Karl mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan:

 

[Sedang apa? Ada dimana?]

 

Karl tidak menunggu lama untuk mendapat balasan:

 

[Perjalanan pulang ke rumah. Sudah mau sampai]

 

Sudah mau sampai? Karl mengerutkan keningnya dan mengecek waktu yang ditayangkan ponselnya. Perjalanan pulang ke rumah sahabatnya itu tidak secepat ini biasanya.

 

Karena pulang berpisah, Karl tidak tahu bagaimana sahabatnya itu mau sampai rumahnya secepat ini. Dalam hati, Karl bertekad untuk pulang bersama sahabatnya besok. Mungkin Karl bisa memecahkan misteri mengapa orang-orang bersikap seperti ini.

 

Apakah hari ini adalah hari kiamat?

 

Kalimat ini terlintas dibenak Karl. Mengetahui bahwa pikiran itu tidak masuk akal, Karl menghela nafas.

 

Mengabaikan orang lain yang juga tidak menghiraukannya, Karl bergegas pulang ke rumahnya. Tadi pagi Karl tidak merasa ada kejanggalan dengan orang tuanya. Tapi, setelah berada di sekolah sampai siang ini, mau tidak mau Karl merasa cemas.

 

Baik orang-orang di sekolah maupun orang-orang di jalanan, bisa dibilang sikap mereka itu sama. Apakah begitu sampai dirumah, Karl akan melihat sesuatu yang berbeda?

 

Jawabannya..

 

Tidak ada perbedaan.

 

Meskipun yang dilakukan Ibu Karl berbeda dengan orang-orang luar, kekakuan mereka itu sama.

 

Apa yang sebenarnya terjadi?!

 

Meskipun Karl ingin mengerti fenomena ini dengan mengarahkan pertanyaannya ke netizen, hasilnya sama saja.

 

Tidak ada orang, selain Karl, yang menganggap semua ini tidak wajar!

 

*

 

Hari Kamis, tanggal 7 Mei 2020.

 

Satu hari telah berlalu. Karl yang menyambut hari kedua ini memeras wajahnya. Karena banyak pikiran, Karl tidak tidur nyenyak semalaman. Setelah mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah, Karl meninggalkan kamarnya, ruang yang dianggap Karl sebagai tempat berlindung.

 

Di dapur, Karl menyapa orang tuanya yang berperilaku sama kakunya seperti kemarin. Karl makan sedikit sarapan yang disaji Ibunya. Karena tidak memiliki nafsu makan, Karl menghabiskan jus jeruk yang disajikan dan tidak lagi menyentuh makanan di atas meja.

 

Karl mengikuti Ayahnya dengan diam. Kesunyian Karl seolah-olah menunjukkan bahwa dia telah membaur dengan orang-orang aneh didunia ini.

 

Kenyataannya bukanlah begitu. Karl hanya merasa lelah.

 

Siapapun yang ditanya, di dunia nyata maupun maya, hasilnya sama saja membingungkan Karl. Sebenarnya, dirinya yang berbeda atau orang-orang lain yang bermasalah?

 

Karena sekarang masih hari sekolah, Karl tidak bisa memeriksa di wilayah lain apakah ada orang lain yang bertingkah laku berbeda dari yang lainnya, seperti Karl dan Nadia.

 

Berbicara tentang Nadia…

 

Keceriaan teman sekelas Karl ini membuat Karl merasa bingung. Memangnya pertemuan dengan Karl itu merupakan sesuatu yang membahagiakan?

 

Meskipun bingung, Karl tetap bersyukur kepada Nadia. Mengapa? Karena keceriaan Nadia membuat suasana hati Karl yang suram membaik.

 

Berdasarkan rencana kemarin, di hari kedua ini, Karl akan pulang bersama sahabatnya. Namun… ketika Karl pergi menemui sahabatnya, ternyata dia tidak masuk!

 

Karl yang diam-diam mengirim pesan menanyakan kabar sahabatnya itu mendapat balasan:

 

[Hari ini izin tidak masuk]

 

Alasan minta izinnya tidak dijelaskan.

 

Hmm. Apa sebaiknya Karl pergi mengunjungi sahabatnya? Mungkin akan ada petunjuk bila Karl pergi menemuinya. Meskipun kemungkinan menemukan petunjuk itu kecil, Karl tetap memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatnya itu nanti.

 

Daripada bingung seorang diri… Lebih baik Karl melakukan hal-hal yang tidak terlalu bergantung pada pemecahan kasus kejanggalan dunia ini.

 

Setelah melewati waktu di sekolah dengan didampingi oleh Nadia yang selalu datang menyapa dan mengajaknya ke sana-sini, pada saat jam pulang sekolah, Karl mengirim pesan kepada sahabatnya untuk menanyakan keadaannya sekarang. Apakah dia ada dirumah?

 

[Tidak. Lagi di luar]

 

Sepertinya hari ini Karl tidak akan bisa bertemu dengan sahabatnya.

 

"Karl? Ada waktu?"

 

Melihat Karl yang terdiam sambil memandang ponselnya, Nadia mengajukan suatu pertanyaan. Karl melirik ke arah Nadia sambil menyimpan ponselnya dan menjawab:

 

"Ada apa?"

 

Gejala memerahnya pipi Nadia membuat Karl merasa heran. Apa yang membuat teman sekelas Karl ini tersipu malu?

 

"Itu… Kalau tidak merepotkan, aku ingin pulang bersama-sama…"

 

Ah. Permintaan seperti ini memang akan membuat orang merasa malu. Karl yang mendengar ucapan Nadia pun tersipu malu. Setelah batuk beberapa kali, Karl mengangguk, sebagai jawaban untuk Nadia.

 

Karena rencana hari ini, untuk pulang bersama ataupun pergi menjenguk sahabatnya, tidak jadi, maka Karl ada waktu untuk mengantar Nadia pulang terlebih dahulu.

 

Di pagi hari, untuk menghemat waktu, kebanyakan murid akan diantar ke sekolah oleh keluarga mereka. Pada saat pulang sekolah, murid-murid akan pulang sendiri-sendiri. Biasanya Karl pulang jalan kaki karena letak rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah.

 

Bagaimana dengan Nadia?

 

"Aku pulang naik bus,"

 

"Kalau begitu, aku akan mengantarmu ke halte bus,"

 

Jarak antara sekolah dengan halte bus itu lumayan dekat. Bagi Karl, pengantaran Nadia sampai sana sudah cukup. Namun kelihatannya Nadia tidak terlalu puas dengan pengaturan ini.

 

Ketika mereka berjalan ke halte bus, Karl yang melihat orang-orang yang bertingkah laku kaku itu mau tidak mau merasa pusing. Jika membandingkan Nadia yang tersenyum senang dengan orang-orang lain, mereka terlihat terlalu… Tidak beremosi.

 

"Nadia,"

 

Melihat orang yang dipanggil itu memandangnya, Karl bertanya:

 

"Selama 2 hari ini, apa kamu ada merasa keganjilan dengan orang-orang disekelilingmu?"

 

Sebelumnya Karl telah menanyakan hal ini kepada Nadia dan dijawab. Akan tetapi, Karl masih memilih untuk tanya lagi, dengan harapan bahwa mungkin bukan hanya Karl seorang yang berbeda dengan yang lainnya…

 

Nadia yang ditanya memutar kepalanya untuk memandang orang-orang di sekeliling mereka. Setelah mendapat kesimpulan, Nadia menjawab:

 

"Aku rasa semuanya baik-baik saja~"

 

Nadia tertawa dengan riang. Kelihatannya suasana hatinya sangat baik.

 

Karl ingin membalas senyuman Nadia, karena bersikap ceria lebih baik daripada selalu merasa muram. Akan tetapi, Karl tidak bisa tersenyum. Kenyataan bahwa hanya dia sendiri yang merasa dunia yang sekarang ini tidak benar itu membuat hati Karl merasa terbebani.

 

"Mengapa kamu mengajukan pertanyaan seperti itu?"

 

Nadia yang tidak sama dengan orang lain itu pasti akan merasa bingung mendengar pertanyaan Karl. Apa perbedaan orang-orang yang sekarang dengan yang sebelumnya? Bukankah mereka yang seperti ini lebih baik daripada mereka yang dulu.

 

Dunia yang sekarang menjadi damai sejahtera.

 

Karl yang tidak tahu pendapat Nadia dengan lesu menjelaskan:

 

"Aku merasa tingkah laku orang-orang sekarang itu tidak wajar. Sebagai manusia yang punya individualisme…"

 

Ngomong-ngomong soal manusia, Karl sadar bahwa dia dari kemarin tidak melihat seekor hewan liar. Meskipun di atas meja makan terdapat daging, misalnya ayam goreng, namun binatang-binatang liar lainnya seperti burung, kucing, anjing, maupun serangga… ke mana mereka semua pergi?

 

"Individualisme?"

 

Nadia mengulang kata itu sambil berpikir; memangnya kesunyian dan ketentraman sekarang tidak baik?

 

Karl yang mendengar pengulangan Nadia itu mengajukan pertanyaan lain:

 

"Apa kamu tahu ke mana hewan-hewan liar pergi?"

 

Nadia menggeleng kepalanya. Sejujurnya, dia tidak peduli dengan kehilangan hewan-hewan liar. Bagi Nadia, yang terpenting adalah Karl. Namun, melihat Karl yang mencemaskan perihal ini, Nadia menjanjikan untuk mencari tahu penyebab hilangnya hewan-hewan liar.

 

Karl berterima kasih atas kerjasama Nadia. Meskipun Nadia tidak merasa ada kelainan dengan situasi dunia saat ini, mengetahui bahwa Nadia tidak mengabaikan kecemasannya, Karl merasa bersyukur.

 

Karena mereka telah sampai di halte bus, Karl menemani Nadia menunggu bus yang akan ditumpanginya. Diantara orang-orang yang juga sedang menunggu, hanya Karl dan Nadia saja yang berbicara.

 

Begitu bus yang ditunggu Nadia datang, Karl mengawasinya naik bus dan duduk di kursi sebelah jendela. Karl melambaikan tangannya untuk membalas aksi Nadia. Setelah melihat bus yang ditumpangi Nadia pergi, Karl pun jalan pulang ke rumahnya.

 

*

 

Hari Jumat, tanggal 8 Mei 2020.

 

Hari ini sama seperti hari sebelumnya.

 

Sepertinya mulai dari tanggal 6 Mei kemarin, dunia ini telah berubah. Meskipun ini hanya hari ketiga, namun Karl merasa sudah lama sekali dia terperangkap di dunia aneh ini.

 

Ya.

 

Terperangkap.

 

Jika bukan mereka semua yang berubah secara bersamaan, hal yang sangat mustahil untuk terjadi, maka teori yang disimpulkan oleh Karl adalah… Dirinya telah terperangkap di dunia ini.

 

Bagaimana hal ini terjadi?

 

Mengapa Karl yang terperangkap?

 

Karl tidak tahu jawabannya.

 

Sebenarnya, Karl juga tidak mengerti apa perbedaan antara Nadia dengan yang lain dan dirinya. Nadia bersikap berbeda dari yang lainnya, namun dia tidak merasa ada kejanggalan terhadap perilaku orang lain yang jelas sekali berbeda dengan dirinya dan Karl.

 

Setelah keluar dari rumah, Karl merasa sedikit terkejut begitu menyadari adanya sedikit perbedaan hari ini dengan kemarin. Hewan-hewan yang sebelumnya menghilang itu sekarang bisa ditemukan di rumah orang lain maupun di jalanan.

 

Namun, seekor serangga pun tidak ada bayangannya.

 

Pada hari ini, tidak seperti biasanya, Karl yang duluan menyapa Nadia begitu bertemu dengan teman sekelasnya itu. Sebenarnya Karl memiliki tujuan tertentu.

 

"Kamu tahu ke mana hewan-hewan itu pergi sebelumnya?"

 

Setelah sapaan, datang pertanyaan. Nadia tidak keberatan dengan pertanyaan Karl. Dengan senang hati Nadia membalas:

 

"Tidak tahu. Begitu keluar dari rumah, mereka sudah ada. Belum sempat pergi cari,"

 

Sama seperti kasus yang dialami Karl.

 

Padahal Karl berencana pergi mencari hewan-hewan itu diakhir pekan. Melihat keadaan baru ini, maka Karl juga meralat rencananya untuk akhir pekan. Selain rencana mencari hewan-hewan, Karl juga ingin pergi mencari orang-orang yang berbeda, seperti dirinya dan Nadia, di wilayah lain.

 

Di dunia maya, Karl tidak menemukan orang yang tidak kaku. Di dunia nyata, Karl sangat berharap dia bisa menemukan orang 'waras'.

 

Karena hari ini sahabatnya itu masuk sekolah, Karl mampir ke kelasnya untuk menanyakan keadaannya. Ternyata sahabatnya Karl kemarin minta izin karena keluarganya ada acara.

 

Karl yang mendengar penjelasan sahabatnya itu menjadi penasaran. Seperti apa cara mereka berpesta?

 

Melihat sahabatnya itu yang tidak menunjukkan reaksi apapun, ataupun inisiatif untuk bercanda dengan dirinya, Karl pun akhirnya memilih untuk pamit.

 

Begitu kembali ke kelasnya, Karl menyadari sesuatu.

 

Dirinya memang tidak bisa menerima dunia ini yang begitu… Menjemukan.

 

Pada saat istirahat makan siang, Karl pergi ke kantin bersama Nadia. Sebagai orang yang berbeda dari yang lainnya, Karl tentunya akan memilih melewati waktu bersama dengan Nadia.

 

Untuk keputusan Karl ini, Nadia dengan sangat senang hati menerimanya.

 

"Besok ada waktu?"

 

Karl yang masih sedang makan mendapat pertanyaan dari Nadia yang sudah selesai makan. Untuk pertanyaan Nadia, Karl menjawab dengan jujur:

 

"Ada rencana untuk keliling kota,"

 

Nadia mengangguk. Kemudian...

 

"Aku boleh ikut?"

 

Karl yang merasa tenang dengan pendampingan Nadia ini berpikir sejenak sebelum menyetujuinya. Karl tidak lupa untuk bertanya:

 

"Tadi tanya aku besok ada waktu atau tidak… Mengapa?"

 

"Ingin mengajakmu pergi jalan-jalan bersama,"

 

Dengan mudah Nadia memuaskan rasa penasaran Karl.

 

Mengetahui rencana mereka itu sama, meskipun tujuan mereka berbeda, Karl tersenyum.

 

Kali ini, waktu pulang sekolah, seperti apa yang terjadi tadi pagi, Karl sendiri mengusulkan untuk mengantar Nadia ke halte bus. Tentu saja dengan senang hati Nadia menerima usulan ini!

 

Karl yang membuat keputusan sendiri untuk mendampingi Nadia itu sangat menawan.

 

Ah~ Kebahagiaan ini tidak akan berakhir~

 

*

 

Hari Sabtu, 9 Mei 2020

 

Untuk perjalanan mereka ini, Karl dan Nadia akan menggunakan bus untuk keliling kota. Tujuan Karl kali ini adalah untuk memeriksa lokasi-lokasi lain dalam kota ini, untuk mencari orang 'waras'.

 

Nadia tidak punya pendapat lain untuk jalur perjalanan mereka. Semuanya sesuai dengan kehendak Karl saja~

 

Supaya dapat berangkat bersama-sama, Karl dan Nadia membuat janji untuk bertemu di halte bus sekolah. Karena perbedaan jarak, tentunya yang tiba duluan di tempat perjanjian mereka adalah Karl. Namun itu tidak berarti Nadia terlambat.

 

Untuk perjalanan mereka ini, meskipun bukan kencan dari sudut pandang Karl, Nadia mengatur supaya dirinya bangun pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan diri dan menuju ke tempat perjanjian mereka secepat mungkin.

 

"Selamat pagi,"

 

"Pagi,"

 

"Sudah sarapan?"

 

"Sudah. Kamu?"

 

"Sudah,"

 

Percakapan yang singkat namun tidak canggung. Karl dan Nadia saling mengirim senyuman yang menandakan suasana baik hati mereka. Kemudian, sambil menunggu bus, Nadia bertanya:

 

"Ada sesuatu yang mau dibeli?"

 

"Tidak. Hanya ingin jalan-jalan melihat orang saja,"

 

Karl terlihat kecut saat menyebut tujuannya. Karl benar-benar takut perjalanan mereka ini tidak akan memberikan hasil.

 

Meskipun Karl sekarang merasa nyaman didampingi oleh Nadia, dia tetap berharap untuk bertemu dengan orang-orang 'waras'. Nadia tidak tahu maksud Karl. Meskipun tidak mengerti, Nadia tetap memberitahu Karl bahwa dirinya akan tetap didampingi oleh Nadia.

 

"Terima kasih,"

 

Karl benar-benar bersyukur karena dirinya dapat berteman dengan Nadia yang dulunya tidak terlalu dekat dengan dirinya, meskipun mereka sudah lama berkenalan sebagai teman sekelas.

 

Melihat bus yang ditunggu mereka mendekat, Karl dan Nadia berhenti berbicara. Di dalam bus ini tidak terlihat orang lain selain supir. Karl berpikir karena masih pagi, jadi masih belum ramai.

 

Mungkin karena kesunyian di dalam bus mempengaruhi mereka, Karl dan Nadia tidak melanjutkan pembicaraan mereka selama perjalanan berlangsung. Setelah sampai ditempat tujuan, tempat pertama yang dipilih adalah suatu gedung pasar, Karl dan Nadia berjalan mengelilingi gedung ini tanpa masuk terlalu dalam.

 

Karl sempat membeli beberapa kue untuk dirinya dan Nadia. Dari pengamatan sejauh ini, tidak terlihat ada orang yang berbeda dari yang lainnya.

 

"Haus? Mau minum?"

 

Melihat ada kios yang menjual air tebu, Karl menanyakan pendapat Nadia.

 

"Aku sendiri yang beli,"

 

Karena sudah ditraktir oleh Karl sebelumnya, kali ini Nadia yang membeli 2 gelas air tebu untuk Karl dan dirinya.

 

Pengamatan di gedung pasar ini berakhir, berikutnya mereka akan berjalan melewati toko-toko yang buka di seberang pasar. Setelah berjalan ke arah tertentu, mereka akan mencapai mall.

 

Apa karena masih pagi orang-orang yang keluar untuk jalan-jalan itu sedikit? Atau ada acara di tempat lain yang dikunjungi mereka?

 

Karl terus mengamati orang yang berlalu-lalang. Nadia terus diam-diam mengamati dan menghargai Karl yang terlihat serius.

 

Di waktu makan siang, mereka berdua memutuskan untuk makan di salah satu restoran di dalam mall. Restoran itu direkomendasikan oleh Nadia yang menyukai menu mereka. Karl tetap mengamati orang-orang yang sedang duduk di dalam restoran ini. Melihat tidak adanya perubahan diantara mereka, Karl merasa kecewa.

 

Supaya tidak kehilangan nafsu makan, Karl memilih untuk berhenti mengamati orang lain dan menatap Nadia yang duduk di hadapannya.

 

"Ayo pesan!"

 

Seruan Nadia yang bersemangat itu membuat Karl tersenyum sedikit karena merasa lucu. Memesan, menunggu pesanan, dan makan. Kegiatan ini dilakukan oleh Karl tanpa mempedulikan orang-orang lain disekelilingnya.

 

Jika pengamatan hari ini dan besok tidak memberikan hasil yang memuaskan, ada kemungkinan Karl akan menjadi pasrah dengan keadaannya didunia ini.

 

Pikiran-pikiran seperti itu untuk sementara waktu dialihkan oleh Karl yang tidak ingin membuat Nadia merasa sedih karena perhatian Karl yang berpencar. Melihat Nadia yang bersedia menemaninya, Karl ingin membuat Nadia senang mendampinginya.

 

Mungkin lebih baik bagi Karl untuk mengumpulkan fokusnya ke Nadia saja.

 

Pikiran seperti itu terlintas di benak Karl.

 

Abaikan semuanya; pentingkan kehidupannya bersama Nadia saja.

 

Karl mengerutkan keningnya. Pemikiran itu seolah-olah berasal dari hatinya. Namun, Karl cukup mengetahui dirinya. Karl tahu bahwa dirinya tidak mungkin akan memiliki pemikiran seperti itu mengenai Nadia; karena dirinya dan Nadia tidak dekat seperti sepasang kekasih.

 

"Ada apa?"

 

Melihat Karl mengerutkan keningnya, Nadia bertanya dengan nada cemas.

 

Karl yang mendengar kecemasan Nadia menggelengkan kepalanya. Setelah menutup dan membuka matanya, Karl memusatkan pikirannya kembali untuk mencari orang 'waras' di dunia tidak 'jelas' ini.

 

"Setelah makan, kita jalan lagi. Atau kamu mau istirahat dulu?"

 

"Istirahat dulu. Tapi ditempat lain saja,"

 

Berdasarkan keputusan Nadia, setelah masing-masing membayar tagihan mereka, Karl dan Nadia meninggalkan restoran itu untuk mencari kios camilan yang lebih santai dekorasinya. Di kios yang ditemukan mereka, Nadia memesan camilan sedangkan Karl memesan minuman.

 

Karl dan Nadia yang duduk berhadapan akhirnya berubah menjadi duduk berdampingan begitu meja mereka didatangi 2 gadis seumuran mereka.

 

Kedua orang itu adalah kenalan Nadia. Berdasarkan perkenalan Nadia, mereka adalah Diana Mawari dan Dual Allegro.

 

Karl melirik ke arah Nadia dan Diana. Apakah hanya suatu kebetulan mereka memiliki nama belakang yang sama?

 

Dual pergi untuk memesan camilan dan minuman, meninggalkan Karl, Nadia, dan Diana untuk berbicara.

 

Karl mengamati orang baru ini. Kelihatannya… Kelihatannya, orang bernama Diana ini tidak bertingkah laku kaku seperti yang lainnya…

 

"Sudah terbiasa dengan kehidupanmu sekarang?"

 

Pertanyaan yang sangat mengejutkan Karl diucapkan oleh Diana. Sebelum Karl selesai mengolah kalimat itu, Nadia dengan riang menjawab:

 

"Tentu saja!"

 

Karl menghadap Nadia, melihat temannya ini dengan tatapan yang menunjukkan ketidak percayaannya.

 

Ah. Benar juga. Sejak awal Nadia memang tidak mempermasalahkan perilaku orang lain yang kaku itu.

 

Diana yang mendengar jawaban Nadia, dan melihat reaksi Karl, tersenyum. Seolah-olah mereka berdua ini sedang melucu.

 

Karl yang dilihat seperti itu oleh Diana merasa tidak nyaman.

 

Diana yang sepertinya mengetahui pikiran Karl mengalihkan pandangannya. Menatap ke arah Dual yang sedang memesan cemilannya, Diana mengetuk jarinya di atas meja dan membentuk suatu irama.

 

Tok. Tok tok. Tok. Tok.

 

Secara perlahan-lahan, begitu mendengar irama yang dibuat Diana, Karl merasa ngantuk.

 

Tok. Tok tok. Tok. Tok.

 

Karl akhirnya kalah melawan rasa kantuknya. Meletakkan tangannya di atas meja, digunakan sebagai pengganti bantal, Karl menyandar dan tidur.

 

*

 

Diana menunggu Dual meletakkan camilan dan minumannya di atas meja sebelum menatap Nadia dan membuka mulutnya:

 

“Bagaimana rasanya menggunakan jiwa orang-orang di dunia ini sebagai tumbal untuk membuat dunia berdua milikmu ini?”

 

“Sangat memuaskan,”

 

Dengan senyuman yang riang, Nadia mengutarakan isi hatinya.

 

“Sayangnya batin Karl tidak bisa langsung diubah dengan sihir seperti yang lainnya…”

 

Ketika mengutarakan rasa kekecewaannya, Nadia mendesah.

 

“Apa? Mau menyalahkan Tuanku?”

 

Dual yang mendengar desahan Nadia merasa tidak senang. Ia mengingatkan:

 

“Kau sendiri yang berkata ingin mengejar cowok itu dengan caramu sendiri!”

 

Nadia tertawa, tetap dengan nada yang menunjukkan kegembiraannya. Diana mengamati Nadia dan berhenti memasukkan camilan ke mulutnya untuk mengingatkan:

 

“Jangan lupa apa yang akan terjadi hanya karena kamu terlalu banyak bermain-main,”

 

Nadia memberikan senyuman atas peringatan Diana. Tentu saja Nadia tahu dan ingat mengenai akibat permintaannya menggunakan sihir Diana.

 

“Terima kasih atas peringatanmu. Aku akan sukses,”

 

Dengan penuh kepercayaan diri Nadia berjanji.

 

Melihat Nadia seperti ini, Diana tidak lagi mempedulikannya. Diana berdiri dari kursinya dan pergi sambil membawa camilan serta minumannya. Dual yang sedang sibuk makan setelah menegur Nadia itu dengan segera mengikuti Tuannya.

 

Nadia melihat mereka pergi dengan senyuman yang tidak pudar di wajahnya. Sejujurnya, Nadia benar-benar sangat berterima kasih kepada Diana yang pada suatu hari muncul dalam kehidupannya.

 

Meskipun Diana sang Penyihir meminta tumbal yang berat untuk mengabulkan permintaan, Nadia rela mengorbankan segala-galanya untuk mewujudkan keinginannya. Dan keinginan Nadia hanya satu.

 

Yaitu mendapatkan cinta Karl Sullivan.

 

Bagi Nadia yang sebelumnya, orang kaku yang canggung dan tidak dihiraukan siapapun…

 

Dunia ini adalah dunia yang paling sempurna.

 

Nadia mengalihkan pandangannya dari punggung Diana dan Dual yang telah menghilang untuk menatap Karl yang sedang tidur.

 

Karl… Karl…

 

Pria ini adalah belahan jiwanya Nadia. Walaupun cara yang digunakan Nadia itu dianggap salah dan memuakkan, Nadia tidak peduli. Asalkan Nadia bisa bersama Karl untuk selama-lamanya di dunia milik mereka berdua…

 

Nadia menepuk bahu Karl, membangunkan orang yang disukainya ini.

 

“Huh?”

 

Karl yang dibangunkan itu mengangkat kepalanya dan mengedipkan matanya dengan ekspresi yang menunjukkan kebingungannya.

 

“Setelah kenyang, jadi ngantuk ya~”

 

Dengan ceria Nadia bercanda. Karl yang mendengar candaan Nadia itu tersipu malu. Biasanya Karl tidak akan tertidur begitu saja! Nadia tertawa dan menanyakan lanjutan rencana Karl.

 

“Hmm, apa ada tempat yang ingin dikunjungi?”

 

Karl melempar pertanyaan itu kembali ke Nadia.

 

“Aku tidak masalah ke mana saja asal bisa bersama Karl~”

 

Nadia dengan riang menyatakan isi hatinya. Karl yang mendengar pernyataan Nadia tersipu malu lagi. Setelah menggaruk-garuk kepalanya, Karl memutuskan untuk berhenti mencari orang ‘waras’ untuk sementara waktu supaya bisa mendampingi Nadia bermain di hari ini.

 

Tahu ataupun tidak Nadia terhadap misi Karl, Nadia tetap dengan penuh kepercayaan diri bahwa dia akan menaklukkan hati Karl sebelum ‘hari terakhir dunia ini’ tiba.

 

Jika…

 

Jika!

 

Jika Nadia gagal… Maka dunia ini akan musnah.

 

Nadia tidak peduli dengan kemusnahan dunia ini. Akan tetapi, Nadia peduli dengan Karl. Jadi, demi Karl, Nadia akan mendapatkan cintanya dan hidup bersama selamanya di dunia milik mereka berdua ini~

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tulus Paling Serius
1690      727     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Kumpulan Quotes Random Ruth
1610      822     0     
Romance
Hanya kumpulan quotes random yang terlintas begitu saja di pikiran Ruth dan kuputuskan untuk menulisnya... Happy Reading...
ADIKKU YANG BERNAMA EVE, JADIKAN AKU SEBAGAI MATA KE DUAMU
22      10     1     
Fantasy
Anne dan Eve terlahir prematur, dia dikutuk oleh sepupu nya. sepupu Anne tidak suka Anne dan Eve menjadi putri dan penerus Kerajaan. Begitu juga paman dan bibinya. akankah Anne dan Eve bisa mengalahkan pengkhianat kerajaan? Siapa yang menikahi Anne dan Eve?
The Ruling Class 1.0%
1244      519     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?
PEREMPUAN ITU
485      324     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.
REGAN
7049      2413     4     
Romance
"Ketika Cinta Mengubah Segalanya." Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya. Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah semakin penasaran. Hingga s...
Kuburan Au
737      482     3     
Short Story
Au, perempuan perpaduan unik dan aneh menurut Panji. Panji suka.
Mysterious Call
439      283     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
KILLOVE
3345      1106     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...
Wake Me Up With Amnesia
733      444     2     
Short Story
who would have thought that forgetting a past is a very difficult thing