Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ibu
MENU
About Us  

"Kamu udah sholat maghrib?" Tanya seorang perempuan setengah baya yang kini duduk disampingku.

Aku menggeleng tanpa berniat meliriknya lalu melanjutkan kegiatanku menghabiskan hidangan yang ada didepanku.

"Astaghfirullah.. Alifa, ini udah hampir isya. Dan kamu belum aja sholat? Ngapain aja kamu dari tadi dikamar?" 

Aku hanya mengangkat bahu tak acuh. Ini bukanlah pertama kalinya aku mendengar pertanyaan itu. Setiap hari, bahkan setiap saat aku diberi pertanyaan itu.

 

Perempuan disampingku mengelus dadanya. Mungkin dia mulai lelah memberiku pertanyaan itu setiap hari dan hanya dijawab dengan acuh olehku.

 

Ayolah ibu.. kalo cape, lebih baik menyerah saja.. toh jawabanku selalu sama kan? Batinku.

 

"Alifa.." ucapnya lirih. 

Oh Rupanya dia belum menyerah dengan sikapku. Aku menoleh menghadapnya tanpa menghentikan kegiatanku.

 

Dia menatapku dengan tatapan sayu lalu menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Dan aku hanya diam sambil menebak-nebak apa yang akan dia katakan. Dia pasti akan memulai ceramahnya malam ini. Jiwa muballighah sewaktu mudanya masih melekat hingga diusia tuanya sekarang.

 

"Menunda sholat itu tidak baik nak, kamu kan tahu orang yang melalaikan sholat itu akan celaka.."

 

Benar saja tebakanku. Dia memulai ceramahnya malam ini. Tanpa berniat mendengarkannya, aku bangkit dan berjalan menuju kamarku. Meninggalkan makanan yang masih seperempat piring itu. Dan ibu yang masih bicara.

 

"Alifa! Dengarkan ibu malam ini saja bisa tidak? Kalo malam ini kamu dengarkan ibu, ibu tidak akan mengulanginya besok malam dan seterusnya. Ibu janji Alifa!" Ibu berteriak, tapi aku tidak menghiraukannya sama sekali. Aku tetap berjalan kekamarku. Samar-samar kudengar suara isakan. Sepertinya dia menangis lagi. Dan aku tak peduli. Ini terlalu biasa bagiku.

 

Setibanya dikamar, aku mendapati hp-ku berkedip-kedip menandakan sebuah pesan masuk. Aku meraih benda segi panjang itu lalu merebahkan tubuhku dikasur.

 

Aku tersenyum setelah membuka pesan singkat itu

 

From:Fian

Lif, besok pulang sekolah sibuk nggak?

 

Fian, dia adalah salah satu teman sekelasku. Diam-diam aku menyukainya. Bahkan lebih dari itu rasanya.

 

Dengan semangat, jari-jariku bergerak membalas pesannya

 

To:Fian

Nggak kok. Kenapa?

 

Tak lama, Fian membalas pesanku

 

From:Fian

Udah ngerjain tugas ibu Endang?

 

To:Fian

Belum. Kamu sih?

 

From:Fian

Aku juga belum. Gimana kalo besok kita kerjain sama2?

 

To:Fian

Ok. Besok ya? 

 

From:Fian

Iya. Ntar pulang sekolah ke perpus. Kan mumpung akunya gak kumpulan pramuka

 

To:Fian

Yaudah,, aku juga besok gak ada kumpulan apa2

 

From:Fian

Ok siip. Maaf kalo ganggu. 

See you tomorrow:)

 

To:Fian

No problem.

Too.

 

Hanya itu. Tapi mampu mengembalikan mood-ku yang nyaris buruk itu. Aku tersenyum mengingat wajahnya. Oh ayolah.. adakah orang yang tidak bahagia jika mendapat pesan dari orang yang dicintainya? 

Apalagi dia jarang mengirim pesan padaku. Dan tadi dia mengajakku mengerjakan tugas bersama. Memang sih bukan untuk yang pertama kalinya. Tapi tetap saja walaupun itu terjadi setiap hari, aku tidak akan bosan bila bersama Fian.

 

...

 

Sepi. Itu yang aku rasakan sekarang. Sepertinya Fian tidak berniat membalas pesanku. Ya memangnya dia mau balas apa? Jelas-jelas, pesannya memang sudah berakhir. Padahal aku masih ingin mendapat balasan.. mau kirim pesan duluan, tapi.. ah sudahlah,, untuk apa coba? Gak penting banget kan?

 

Kupandangi langit-langit kamarku. Disana hanya ada lampu philips yang menerangi kamar ini. Aku merasa.. bosan?

 

Dulu, tak ada kata bosan disaat-saat seperti ini. Ayahku selalu menjadi pengusir rasa bosan dihidupku. Dia selalu punya cara untuk membuatku senang. Ntah itu dengan mengajak main, belanja di mall, atau sekedar melihat-lihat pasar malam. 

 

Tapi itu dulu, sebelum ayah pergi untuk selamanya. Kini itu semua hanya sebagian kenangan masa laluku.

 

Tanpa kusadari, tetesan air bening meluncur ke pipiku dengan bebas. Aku menangis. Menangisi kepergian ayah yang telah lewat dua tahun lebih itu. Rasanya aku belum bisa melepas kepergian ayah sampai sekarang. Bagiku dia tak tergantikan oleh siapapun termasuk ibu. Ah iya, mengingat ibu, aku rasa dia berubah sejak kepergian ayah. Dia jadi lebih sering berceramah sekarang. Ya memang sih wajar saja seorang ibu khawatir ketika anak satu-satunya sering telat pulang kerumah. Tapi aku merasa dia terlalu berlebihan. Jadi aku mengabaikannya. Lalu dia akan menangis. Ibu kok cengeng ya? Sering sekali dia menangis karna aku, padahal aku sendiri tidak pernah menangisinya...

Saat ayah masih hidup, ibu tidak seperti ini. Dia sama seperti ibu yang lainnya. Dia tidak cengeng, aku pun bersikap biasa saja padanya. Tapi yang membuatku bersikap acuh padanya saat ini, mungkin karna dulu aku tidak begitu dekat dengan ibuku. Aku terlalu dekat dengan ayah sampai jauh sekali dengan ibuku.

 

Perlahan aku memejamkan mataku dan menutupi kedua telingaku dengan bantal guling. Agar suara isakan ibu yang semakin jelas itu luput dari pendengaranku..

 

Ibu masih menangis..

 

Dan aku tidak peduli..

 

◇◇◇◇◇◇

 

Pagi ini, ibu menjadikan aku badmood lagi. Aku kesal dengannya. Bagaimana tidak? Aku rasa dia dengan sengaja tidak membangunkanku. Alhasil, aku terbangun pada pukul 06:03. itupun karna suara buku cetak biologi yang amat tebal jatuh dari atas kasurku. Aku kaget dan terbangun. Saat tanpa sengaja aku melirik jam weker diatas meja belajarku, sontak saja aku marah mengetahui ibu yang biasanya membangunkanku setelah sholat shubuhnya, tidak membangunkanku hari ini.

Aku membanting pintu kamarku. Berlari menuju ruang makan yang menyatu dengan dapur. Disana ibu sedang mengaduk nasi goreng yang belum matang dan masih diatas kompor yang menyala. Dia memegang dadanya sambil mengatur nafasnya. Kurasa dia terlalu kaget saat aku membanting pintu kamar tadi.

 

Setelah mendekati ibu, aku langsung mengeluarkan kekesalanku padanya. Dia menatapku bingung seolah tidak tau dimana letak kesalahannya.

 

"Astaghfirullahal'adziim.. maaf ibu lupa Alifa" katanya beralasan.

 

"Ah, ibu sengaja kan nggak bangunin Alifa? Kenapa bu? Ibu gak mau Alifa berangkat sekolah? Gak mau Alifa nyari ilmu? " balasku dengan marah.

 

"Demi Allah, Alifa, ibu lupa bangunin kamu. Lagian orang tua mana sih yang gak mau anaknya pinter?" Ibu membalikkan badannya dan mematikan kompor lalu memindahkan nasi goreng dari wajan ke piring.

 

"Bisa-bisanya ibu lupa? Itu kan hampir setiap hari ibu lakuin.." aku menghalangi jalannya menuju ruang makan.

 

"Tadi ibu bangun agak kesiangan, jadi ibu gak sempet bangunin kamu. Lagian ibu kan udah tua. Udah mulai pikun nak.." jawab ibu dengan tenang.

 

Tak mau memasukkan kata-katanya kedalam hati, aku pun tetap mengelak

"Aah.. aku gak peduli. Pokoknya kalo ini terjadi lagi, aku gak akan mau ngomong sama ibu lagi!". 

 

Ibu diam cukup lama. Lalu dia berkata "yaudah. Ibu janji ini gak akan terjadi lagi. Sekarang ayo sarapan dulu" dia hendak menarik lenganku ke meja makan. Tapi aku menepisnya.

 

"Gak!" Kataku sambil membentaknya. Dan pergi Meninggalkannya sendirian diruang itu. Raut wajahnya berubah seketika. Yang tadinya tenang dan berusaha ceria, menjadi sedih dan kecewa.

 

Dan lagi-lagi aku tidak peduli..

How do you feel about this chapter?

0 0 0 2 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • MisriJamiatuss

    @Rifad

    Comment on chapter Part 1
  • Rifad

    Gaya atau pemikiran kita dalam menulis hampir sama, bersyukurlah kita yang masih mempunyai Ibu, meskipun aku masih mempunyai Ibu dan Ayah tapi aku sangat arang bertemu beliau. meskipun aku sudah mempunyai istri namun tetap hati ini selalu merindu untuk pulang bertemu mereka... Semangaat menulisnyaaa... aku juga penulis loh... hhhaa...

    Comment on chapter Part 1
Similar Tags
Last October
1879      747     2     
Romance
Kalau ada satu yang bisa mengobati rasa sakit hatiku, aku ingin kamu jadi satu-satunya. Aku akan menunggumu. Meski harus 1000 tahun sekali pun. -Akhira Meisa, 2010. :: Terbit setiap Senin ::
ANSWER
704      432     6     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....
Di Balik Jeruji Penjara Suci
10096      2134     5     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
Sebuah Jawaban
404      293     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
Premium
Adopted
2325      1081     1     
Romance
Yogi Ananda dan Damar Raditya dua pemuda yang terlihat sempurna dan mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia. Mereka bertemu pertama kali di SMA dengan status sebagai kakak dan adik kelas. Terlahir dengan wajah tampan, dikaruniai otak cerdas, memiliki perangai baik sehingga banyak orang menyukai mereka. Walau berasal dari orang tua kalangan kelas menengah tidak menghentikan langkah mereka untuk m...
Lingkaran Ilusi
10056      2160     7     
Romance
Clarissa tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Firza Juniandar akan membawanya pada jalinan kisah yang cukup rumit. Pemuda bermata gelap tersebut berhasil membuatnya tertarik hanya dalam hitungan detik. Tetapi saat ia mulai jatuh cinta, pemuda bernama Brama Juniandar hadir dan menghancurkan semuanya. Brama hadir dengan sikapnya yang kasar dan menyebalkan. Awalnya Clarissa begitu memben...
Mahar Seribu Nadhom
4949      1719     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Beasiswa untuk yang Mengandungku
564      405     0     
Short Story
perjuangan seorang wanita untuk ibunya. belajar untuk beasiswa prestasi yang dia dambakan demi melanjutkan kuliahnya yang biayanya beigtu mahal. beasiswa itu untuk ibunya.
Annyeong Jimin
29579      3931     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
The Spark Between Us
9434      2867     2     
Romance
Tika terlanjur patah hati untuk kembali merasakan percikan jatuh cinta Tapi ultimatum Ibunda untuk segera menikah membuatnya tidak bisa berlamalama menata hatinya yang sedang patah Akankah Tika kembali merasakan percikan cinta pada lelaki yang disodorkan oleh Sang Ibunda atau pada seorang duda yang sepaket dengan dua boneka orientalnya