Loading...
Logo TinLit
Read Story - I'm Growing With Pain
MENU
About Us  

Aku berusaha semaksimal mungkin tak terlihat. Yang aku inginkan hanyalah menjalani kehidupan di sekolah baruku dengan tenang, kemudian lulus dan pergi belajar ke luar negeri. Sekolah international mempunyai akses lebih mudah untuk melanjutkan ke universitas di luar negeri dan karena itulah aku mengabaikan tentang keberadaan Arza di sekolah itu. Aku selalu bermimpi untuk melarikan diri dari kehidupan yang aku jalani, menghilang dan tak terlibat sedikitpun dengan kehidupan glamour ibu yang memuakkan.

Aku mengetahui banyak hal yang tak seharusnya diketahui anak seusiaku, sebuah dosa besar yang mungkin akan mendorongku dan ibuku ke dalam lubang neraka yang paling dalam. Hanya saja aku memilih untuk diam dan membiarkannya.

"Hai... namaku Jia…" sapa gadis berambut sepinggang itu, matanya bulat berwarna hazzel dengan kulit tubuh pucat, aku menebak jika salah satu orang tuanya mungkin tak berasal negara ini. Dia tersenyum padaku sembari mengulurkan tangannya. Aku pun ragu untuk menjabat tangannya. Dia seorang yang asing yang bahkan belum kukenal sedikitpun, sementara aku bukan tipe orang yang terbuka pada setiap orang.

"Aku Freya..." sahutku sedikit waspada. Dia hanya tersenyum tipis lalu tanpa basa-basi segera mengambil tempat duduk di depanku, "mulai hari ini kita teman sekelas!" ujarnya lagi padaku. Yang kubalas hanya dengan senyuman miring.

Diam-diam aku mengemati gerak-geriknya dari ekor mataku, dia tampak cukup mencurigakan. Di sekolah ini tidak seorang pun yang mengambil tempat duduk di deretan paling belakang, kecuali seorang pemberontak yang tak terlalu ingin menonjol sepertiku. Sekalipun masih ada beberapa bangku kosong di depan, entah mengapa dia mengambil tempat di depanku.

“Kau tahu, sekolah di negara ini membosankan! Sama seperti sebuah penjara dengan sipir-sipir mata duitan…” curhatnya padaku seolah hendak menjawab pertanyaan di dalam benakku. “Aku terpaksa memilih sekolah ini karena itu aku tak diterima di luar negeri.”

Dia benar-benar telah menjawab semua pertanyaanku tanpa aku harus mengutarakannya. Gadis itu agaknya cukup terbuka pada semua orang hingga dia tak segan-segan menceritakan apa yang dialaminya pada orang yang bahkan baru dikenalnya sekalipun.

“Kalau kau! Apa kau menyukai sekolah sampah ini?” Tanya balik padaku sembari menoleh. Aku pun sontak mengalihkan pandanganku. Jika aku boleh jujur, aku sangat menginginkan berada di sekolah ini. Bagi seorang siswa biasa sepertiku dengan background pendidikan dari sekolah negeri yang terpencil, dapat berada di sekolah elit ini merupakan suatu kebanggaan. Namun tujuan utamaku tetaplah satu yaitu mencari batu loncatan untuk segera meninggalkan negara ini. Jadi aku tak ingin satu pun orang mengetahui seberapa udiknya diriku sebenarnya.

Aku tak sempat menjawab pertanyaan gadis bernama Jia itu karena seketika itu keributan terjadi di kelas kami. "Akhhh... lihat itu Arza!" teriak beberapa gadis di ruang kelasku saat melihat Arza berjalan di koridor sekolah. Mereka semua berlari mendekati pintu dan jendela kaca di kelas untuk menunggu laki-laki itu lewat. Aku dan Jia ikut mengalihkan pandangan ke luar kelas namun kami berdua tak tertarik sedikit pun untuk mengikuti gerombolan gadis-gadis itu.

Arza berjalan dengan beberapa temannya melintasi ruang kelasku. Dia berhenti sejenak tepat di sebelah pintu lalu sedikit melirik ke arahku. Aku pun mengalihkan pandangan seketika. Meski kami tinggal di rumah yang sama selama lebih dari empat tahun namun aku dan dia tetaplah orang asing. Kami bahkan tak pernah berbicara satu sama lain selama itu. Ku dengar langkah kaki itu semakin mendekat dan suara para gadis itu semakin memenuhi gendang telingaku. Dia; Arza tiba-tiba saja telah sampai di hadapanku, entah sejak kapan.

“Kau rupanya di kelas ini?” ujarnya padaku sembari mengantongi kedua tanganya. “Aku harap kau bisa belajar dengan baik, seperti yang diharapkan ibumu!” lanjutnya lagi kali ini salah satu tangannya memegang puncak kepalaku dan mengacaknya pelan.

Perkataan apa itu? Aku hampir tak tahu harus bagaimana menanggapinya. Aku membeku begitu saja saat tangannya menyetuh puncak kepalaku. Dia bahkan tersenyum. Hal yang tak pernah dia lakukan selama kami tinggal satu rumah. Beberapa gadis di kelas pun menjerit, ada pula yang berbisik-bisik tentangku. Mereka mungkin mengumpat di dalam hati dan bahkan tak segan-segan ingin membunuhku jika tahu siapa diriku yang sebenarnya.

Aku memberanikan diri menatap mata Arza; mengungkap tatapan matanya yang mungkin menyimpan maksud tersendiri. Tatapan matanya tenang dengan retina berwarna coklat, hidungnya mancung dan terlihat kaku dengan garis senyuman itu. Aku melihat begitu banyak dan bahkan ribuan jarum yang siap menghunus di balik senyumannya dan dibalik mata coklatnya. Dia hanya belum menghunuskannya saja, mungkin menunggu saat yang tepat.

Lututku sedikit demi sedikit melemah seiring dengan perginya laki-laki itu. Dia kembali pada teman-temannya yang menunggu di luar tanpa berbicara panjang. Seolah dia memang sengaja meninggalkan seribu satu pertanyaan di benak semua orang tentang diriku. Dengan begitu orang-orang itu akan mengetahui siapa diriku dan siapa ibuku sebenarnya.  “Kau dekat dengan Arza? Apakah kau saudara tirinya yang tinggal se-rumah dengannya itu? Pasti menyenangkan, gadis-gadis di kelas ini akan iri denganmu!" gadis bernama Jia itu kembali membuka percakapan diantara kami. Aku dengan cepat menggeleng untuk menolak keras perkataannya,

“Tidak! Itu tidak seperti apa yang kau pikirkan!”

“Kenapa memangnya? Kau seperti tidak menyukainya” tanyanya lagi. Namun aku tak berminat sedikitpun untuk menjelaskannya, itu hanya rahasiaku dengan diriku sendiri tentang bagaimana Arza yang sebenarnya. “Asal kau tahu saja, aku juga tidak suka padanya! Laki-laki sombong sepertinya." sahut gadis itu lagi yang tidak pernah aku duga sebelumnya.

Dia gadis pertama yang pernah aku temui yang mengatakan dengan tegas bahwa dia tak menyukai Arza sepertiku. Aku tidak terlalu menyukai dirinya secara fisik namun entah mengapa aku sedikit merasa tertolong dengan keberadaannya. Mungkin kami bisa berteman baik.

Aku selalu ingat saat bermain catur dengan ayah dahulu. Aku selalu meminta bidak berwarna putih, alasannya karena aku selalu mengganggap kebaikan itu identik dengan warna putih. Namun apa yang aku sadari beberapa tahun terakhir ini adalah tentang makna warna dalam papan catur itu. Warnanya tidak selalu putih dan sekalipun aku adalah bidak berwarna putih, aku tetap sesekali menginjak kotak berwarna hitam. Jadi sekalipun aku menjadi orang baik, tidak berarti aku tidak akan pernah melakukan dosa sedikitpun. Itu yang aku ingat dari kata-kata ayah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Wanita S2
7259      1824     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
April; Rasa yang Tumbuh Tanpa Berharap Berbalas
1522      648     0     
Romance
Artha baru saja pulih dari luka masa lalunya karena hati yang pecah berserakan tak beraturan setelah ia berpisah dengan orang yang paling ia sayangi. Perlu waktu satu tahun untuk pulih dan kembali baik-baik saja. Ia harus memungut serpihan hatinya yang pecah dan menjadikannya kembali utuh dan bersiap kembali untuk jatuh hati. Dalam masa pemulihan hatinya, ia bertemu dengan seorang perempuan ya...
Glad to Meet You
314      241     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...
(Un)perfect Marriage
687      477     0     
Romance
Karina Tessa Ananda : Tak tau bagaimana, tiba-tiba aku merasakan cinta begitu dalam pada pria yang sama sekali tak menginginkanku. Aku tau, mungkin saja pernikahanku dan dia akan berakhir buruk. Tetapi--entah kenapa, aku selalu ingin memperjuangkan dan mempertahankannya. Semoga semua tak sia-sia, dan semoga waktu bisa membalik perasaannya kepadaku sehingga aku tak merasakan sakitnya berjuang da...
Gino The Magic Box
4334      1345     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
The Presidents Savior
9765      2141     16     
Action
Semua remaja berbahaya! Namun bahaya yang sering mereka hadapi berputar di masalah membuat onar di sekolah, masuk perkumpulan tidak jelas yang sok keren atau berkelahi dengan sesama remaja lainnya demi merebutkan cinta monyet. Bahaya yang Diana hadapi tentu berbeda karena ia bukan sembarang remaja. Karena ia adalah putri tunggal presiden dan Diana akan menjaga nama baik ayahnya, meskipun seten...
Too Sassy For You
1558      703     4     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
IMAGINATIVE GIRL
2731      1361     2     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
When I Met You
644      371     14     
Romance
Katanya, seorang penulis kualat dengan tokohnya ketika ia mengalami apa yang dituliskannya di dunia nyata. Dan kini kami bertemu. Aku dan "tokohku".
SOLITUDE
1731      682     2     
Mystery
Lelaki tampan, atau gentleman? Cecilia tidak pernah menyangka keduanya menyimpan rahasia dibalik koma lima tahunnya. Siapa yang harus Cecilia percaya?