Setelah seharian hujan, matahari timbul dengan wajah kehausan yang sekejab meraup habis air di cekung-cekung jalanan. Di bawah naungan atap halte bus kota, Key berdiri terdiam menanti kehadiran Dery. Jalanan nampak ramai, walau basah masih nampak jelas dipandang. Wara-wiri kendaraan seakan enggan untuk melenggangkan jalan. Dari ujung perempatan nampak mobil Dery hendak mendekat, Keysa lebih menengah hingga ke tepi jalan. Mobil Dery pun berhenti dan Keysa naik ke atas mobilnya.
"Hari ini kan aniversary hubungan kita yang ke 3 bulan, aku harap kita bisa melanjutkan hubungan ini sampai waktu menyerah untuk menanti."
Key menyandarkan kepalanya di bahu Dery. Dery melajukan mobilnya menuju pantai. Hari masih tidak terlalu sore, rasanya pas dengan moment sunset nantinya di pantai Kenjeran. Satu jam berlalu dan mereka berdua pun tiba di pantai Kenjeran. Dery yang sudah siap dengan tikar yang dibawanya pun segera membeber tikar tersebut di tepi pantai. Gelombang pantai yang tidak terlalu besar membuat suasana menjadi romantis ditambah dengan angin yang sumilir bergantian tuk menyapa. Keysa bangkit dan melangkah mendekati gelombang. Gelombang sedang yang senantiasa menghampirinya seakan enggan tuk berlalu. Melihat keseruan Keysa bermain air, Dery pun mendekat. Keduanya saling bermain satu sama lain.
"Udah Key, aku capek, kita kembali ke tikar yuk!"
"Rupanya kamu menyerah juga ya," goda Keysa dan lari meninggalkan Dery.
Dery mengejar Keysa hingga keduanya tiba di gelegaran tikar. Rasa dahaga pun menyapa, di sudut kiri nampak seorang penjual es kelapa muda, Dery pun menghampirinya hendak membeli.
"Es nya satu pak." ucapnya.
Penjual es tersebut segera kelapa muda segar dan lalu memberikannya kepada Dery. Dery kembali ke tikar dan mendekati Keysa.
"Kok cuma satu, aku mana ?" tanya Key.
"Biar romantis.”
Dery dan Keysa saling menyeruput es kelapa muda dalam satu buah, keduanya nampak sangat dekat, dekat sekali. Sesekali mata Dery memandang mata Keysa yang terpancar indah mengalahkan sang mentari.
Seusai melenyapkan dahaga keduanya, mereka pun terdiam menatap lautan yang perlahan hendak memangsa mentari. Suasana hening, hanya deru angin yang sesekali menghamburkan rambut Keysa. Perlahan Keysa bersandar di bahu Dery. Dery melirik sejenak, lalu ia terdiam senang, karena ini menghangatkan.
"Biarpun sinar mentari hendak kabur, aku nggak mau sinar cinta kita berdua redup."
Dery mengangkat kepala Keysa, menatap matanya, dan perlahan mencium bibir Key. Dada keduanya terasa sesak, saling canggung satu sama lain, raut wajah mereka pun sontak berubah memerah. Malu, mungkin iya. Namun mereka senang. Ciuman pertamanya terkesan indah, mengalahkan keindahan buratan keemasaan menuju senja. Sejenak Keysa memalingkan mukanya dari Dery, namun sekejab ia menatap kembali Dery penuh makna. Keduanya diam seribu bahasa.
"Lihat! Dengan ganasnya lautan mulai memangsa matahari." Dery mengalihkan perhatian Key.
"Iya, sebentar lagi akan gelap."
"Gelap? Tidak akan ada gelap bagiku. Karena kamu selalu menyinari aku dan hatiku."
Keysa tersenyum kesal dengan gombalan dari Dery, dan ia mulai menyandarkan kembali kepalanya di bahu Dery. Hari sudah semakin gelap, wajah mereka kian samar terkenali. Hawa dingin serasa menusuk-nusuk tulang. Keysa yang hanya berbalut kaos lengan panjang merasakan kedinginan, Dery yang menyadari hal itu pun memberikan jaketnya lalu memakaikannya kepada Keysa. Untuk kesekian kalinya Dery mengelus-elus rambut Keysa.
"Udah malam, kita pulang yuk!" ajak Keysa.
Dery bangkit dari duduknya lalu menarik Keysa untuk bangun. Dan berjalan bergandengan hingga sampai di mobil.
******
Setelah lama cuti dan tinggal di Surabaya, akhirnya Keysa kembali ke Jakarta bersama dengan Dery. Berbulan-bulan Keysa bekerja hingga membuat pamor perusahaannya meningkat. Atas keberhasilan Keysa dalam meningkatkan pamor perusahaan, Keysa akan dipindahkan di Paris. Keysa bimbang akan mengambil pekerjaan itu atau tidak.
Sore itu ia mengajak ketemuan Dery di restorant dekat tempatnya bekerja. Sepuluh menit ia menunggu, Dery tak kunjung jua datang.
"Mau pesan apa mbak?" tanya seseorang.
Key membalikkan badannya dan ternyata Dery yang lagi usil kepadanya. Keysa memukul Dery atas kejailannya itu. Dery pun duduk di depan Keysa sambil menyeruput minuman Keysa.
"Memangnya mau ngomong apa sih sayang? Atau jangan-jangan kamu kangen ya sama aku, makanya kamu ngajak aku ketemuan?"
"Udah deh, aku nggak mau bercanda kali ini. Aku mau ke Paris."
Dery tercenung sesaat lalu tertawa lepas terpingkal-pingkal. Key pun cemberut karena ditertawakan oleh Dery.
"Kamu bercanda ya sayang?"
"Aku serius Der, aku mau dipindahkan bekerja di Paris." jawab Key tegas.
Dery membalikkan raut wajahnya yang seketika berubah cemas.
"Kapan berangkatnya?"
"Lusa."
"Jadi kamu bakal ninggalin aku, kita bakal berjauhan, kita bakal nggak akan pernah ketemu, kita...."
Ucapan Dery terhenti saat Keysa memegang tangan Dery begitu eratnya.
"Kita masih bisa LDR an kan ?" ucap Keysa.
Dery melepaskan genggaman Keysa dan memalingkan mukanya dari Keysa. Keysa berusaha minta maaf kepada Dery karena ia mengambil keputusan besar ini tanpa berunding terlebih dahulu kepadanya.
"Ya udah pergi aja, itu keputusan kamu kan."
“Der...kamu jangan marah kayak gini dong. Aku nggak bisa pergi dengan keadaan kamu marah seperti ini."
"Kata siapa aku marah, aku nggak marah kok. Aku akan selalu dukung apapun yang menurut kamu baik, asal bukan ngedukung kamu untuk ninggalin aku."
Senyum manis terukir indah, rasa lega pun menyelimuti hatinya. Restu dari Dery dan ibunya sangatlah penting bagi kepergiannya ke Paris.
*****
Keberangkatan Keysa ke Paris meninggalkan sedikit sedih bagi ibu dan Dery. Ditemani oleh Dery, Keysa menuju bandara Halim Perdanakusuma. Satu jam lagi pesawat akan take-off. Dery menatap Keysa dengan mata berkaca-kaca, begitupun dengan Keysa.
"Pokoknya kalau kamu udah sampe di Paris kamu harus hubungi aku segera, kamu lagi ngapain, sama siapa, terus keadaan kamu gimana, dan..."
"Iya aku tahu," Keysa memotong ucapan Dery lalu merengkuhnya.
Pesawat akan segera take-off, seluruh penumpang diharapkan segera memasuki pesawat. Keysa melangkah meninggalkan aroma tubuhnya yang melekat pada tubuh Dery. Bayangan Keysa kian suram dan tak terlihat. Dery pun membalikkan badannya dan meninggalkan Bandara.
Bagus kak bikin baper π
Comment on chapter EPILOG