Kesepian adalah teman sejati, begitulah yang dirasakan oleh Arga. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya yang penuh dengan ornamen origami. Terkesan kekanakan, namun Arga sangat menyukainya, setidaknya untuk saat ini.
Cinta, Arga buta akan rasa itu. Ia tak mengerti bagaimana rasanya cinta yang kata para pujangga adalah suatu maharasa yang pernah ada. Cinta bisa membuat kecanduan dan gila. Orang-orang tak akan berpikir dua kali saat cinta mulai menebar virusnya.
Barangkali memang benar, Arga masihlah anak-anak. Namun lagi-lagi lelaki itu tak peduli. Yang ia tau, dewa mimpi akan selalu ada mewujudkan mimpi-mimpinya. Ya, mungkin seperti itu.
Wowwwww, amazing ending
Comment on chapter EPILOG