Hiduplah seorang anak berkebutuhan khusus bernama Alliya, ia hidup bersama keluarganya. Alliya tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu ketika dia dilahirkan. Ia selalu dirawat oleh ayah dan kakak nya. Ibunya merasa malu memiliki anak yang tidak normal. Ketidakadilan selalu menghampiri gadis berhijab ini, bahkan ketika ia duduk dibangku SMP. Kata “Bully” seperti makanan sehari hari baginya. Ia tidak pernah menceritakan tentang dirinya kepada ayah dan kakaknya. Ia selalu menyimpan semuanya sendiri. Teman-temannya membully karna dia seorang anak berkebutuhan khusus dan ia juga memiliki kecerdasan diatas rata-rata,yang membuat teman nya iri. Alliya selalu menuai prestasi, bahkan para guru merasa kagum padanya. Mereka selalu membully Alliya seusai pulang sekolah. Hari ini Alliya sudah tiba dirumah, ia melihat ibunya sedang asik menonton tv, lalu ia menyalami ibunya, tetapi dengan kasarnya ibunya mendorong Alliya menjauh darinya. Alliya menanggis lalu dia berkata,
“Ibu kenapa Alliya didorong?”
“Enyah kau dari hadapanku, tak sudi aku melihat kau” ibunya berbicara dengan keras.
Iba lah hati Alliya, ia selalu bertanya Tanya mengapa ibunya berkata seperti itu padanya, apa salah dirinya. Lalu,kakak Asila yang baru pulang pun melihat Alliya menanggis dilantai lalu dia bertanya pada Alliya,
“Kenapa kamu menanggis dek?” Tanya Asila. Lalu Alliya bertanya pada ibunya.
“Ibu kenapa Alliya menanggis seperti ini?” Asila menegakkan Alliya.
“Bawa pergi adik mu itu kesana, tak sudi ibu melihat nya” perintah ibunya.
“Astagfirullahaladzim bu, istigfar bu istigfar. Alliya ini anak ibu, kenapa ibu tega melakukan ini padanya bu?”
“Dia bukan anakku, aku tidak memiliki anak yang cacat seperti dia”
“Astagfirullah bu, ini sudah terjadi bu, cobalah untuk menerima semua ini. Alliya anak yang istimewa yang dikirimkan Allah untuk kita bu”
“Tetap saja aku malu memiliki anak seperti dia, lihat apa kata tetangga . mereka mencibir keluarga kita gara gara anak sial ini” ucap ibunya sambil menunjuk Alliya.
“Sesungguhnya rasa malu itu telah menutupi hati ibu, semoga Allah menunjukkan ibu kejalan yang benar” ucap Asila lalu pergi membawa Alliya.
Assila membawa Alliya kekamar, Asila menghapus air mata dipipi Alliya. Asila menyuruh Alliya makan lalu tidur. Beberapa jam kemudian, Alliya bangun , lalu ia mandi dan sehabis itu ia solat magrib. Asila pergi kekamar memanggil Alliya untuk segera makan. Ketika Asila membuka pintu ia melihat Aliya sedang berdoa,
“Ya Allah, lindungilah ibu dengan kasih sayangmu, hampuni semua dosa dosa ibu ya Allah. Sesungguhnya Alliya menyayangi ibu ya Allah dan jagalah kak Asila dan Ayah ya Allah.Aamin.”
Alliya melepaskan mukena nya. Asila yang mendengarkan doa Alliya pun menanggis. Asila menghapus Air matanya lalu membuka pintu dengan lebar dan memanggil Alliya untuk makan. Ketika Alliya duduk dimeja makan, Asila mengambilkan nasi dan lauk-pauk untuk Alliya. Lalu Ibu datang dan Asila mengajak ibu makan .
“Bu ibu gak makan, sini duduk disebelah Alliya”
“Enggak, ibu enggak mau makan, kalau ada tuh anak”
“Apa maksud mu buk? Alliya itu anak mu, dan dia punya nama”
“Ingat yah, dia bukan anakku”
“Astagfirullah “ ayah menghelus dada.
“Ya udah pak, Alliya udah kenyang yah” Alliya berdiri.
“Tidak nak kamu disini aja.. biarin aja ibumu ini tidak makan” ucap bapak melanjutkan makannya.
“Alliya kekamar dulu ya yah” Alliya beranjak dan pergi kekamar.
“Bu, ibu ini jahat, sampai kapan ibu tidak menerima kenyataan ini” ucap Asila lalu menyusul Alliya.
Asila membuka pintu kamar dan melihat Alliya tengah mengerang kesakitan. Asila yang melihat itu pun terkejut dan menghampiri Alliya dengan cepat.
“Astagfirullah dek, kenapa tangan mu ini” Asila memegang tangan Alliya.
“Alliya gak apa apa kak”
“Ini memarnya banyak loh Alliya, kenapa gak kamu bilang sama kakak? “
“Tunggu ya kakak ambil obat dulu” Asila pun keluar dengan tergesa, lalu ayah yang melihat bertanya,
“Kenapa kamu tergesa nak?”Tanya ayah
“Yah, ayah melihat kotak P3K?” Asila yang sibuk mencari P3K.
“Untuk apa?”
“Dilengan Alliya ada memar yah” Asila menemukan kotak itu dan pergi kekamar.
“Astagfirullahaladzim” ayah langsung kekamar.
“Siapa yang melakukan ini sama kamu nak?” Tanya ayah, tetapi Alliya hanya diam.
“Baik besok bapak akan kesekolah untuk meminta pertanggung jawaban pihak sekolah” ucap bapak pergi dari kamar.
Keesokan harinya Ayah pergi kesekolah dan berbicara kepada kepala sekolah dengan tegas, ayah menjelaskan semuanya ke kepala sekolah tentang memar dilengan Alliya, kepala sekolah yang mendengar itu langsung bertindak tegas.
“Bapak silahkan pulang dahulu, saya akan menemukan pelaku tentang pembullyan ini” ucap kepala sekolah.
“Baik pak, saya harap bapak mengerti dan saya ingin bapak menghukum pelaku ini dengan tegas” ucap ayah sambil menyalami bapak kepala sekolah.
Ayah pun pulang dan kepala sekolah menghantar ayah sampai ke depan pintu ruang. Kepala sekolah langsung mengurus permasalahan ini , ia mengumpulkan semua siswa/I dilapangan, dan meminta pengakuan tentang pembullyan pada Alliya. Pelaku tersebut mengakui perbuatannya. Pelakunya terdiri dari 5 orang siswi yang merasa iri pada Alliya karna kepintarannya, dan mereka membully nya mengunakan ranting pohon berukuran sedang. Kelima siswi ini meminta maaf kepada Alliya dan diberi sanksi tegas yaitu pengeluaran dari sekolah. Setelah permasalahan ini selesai , tidak ada yang membully Alliya dan banyak yang kasian padanya dan berbuat baik pada nya. Alliya mulai merasa bahagia karna memiliki banyak. Ketika ibu sedang menyapu teras rumah , Alliya baru pulang sekolah. Terlihat lah para tetangga yang lagi menceritakan Alliya.
“ Kenapa keluarga ini masih mau merawat anak seperti itu, jika aku jadi mereka pasti aku sudah mengantarkannya ke panti asuhan” cibir tetangga itu ke Alliya
Ibu yang mendengar apa yang dikatakan tetangga itu pun mengatakan sesuatu
“Hei, ibu ibu emang kalian tidak mengurus anak kalian apa? Emang anak kalian sudah lebih baik ha? “ ucap ibu dengan suara yang terdengar marah.
Tetangga hanya diam. Dengan perasaan yang penuh amarah ibu menyuruh Alliya masuk kedalam rumah dan menutup pintu dengan suara yang kuat. Asila dan ayah yang mendengar suara yang keras pun mencari arah suara itu, dan berkata,
“Apa yang telah terjadi?” Tanya ayah.
“Gara-gara anak ini keluarga kita dihina oleh tetangga” ibu meluapkan semua amarahnya.
“Benar kata tetangga itu seharusnya aku menitipkannya ke panti asuhan saja.”
“Ibu, cukup semuanya, ibu sudah keterlaluan. Alliya itu anak mu, kenapa engkau tak mau mengerti . kenapa kau mendengarkan semua perkataan tetangga itu” Ayah marah dan menampar ibu.
“Baiklah, kalian lebih memilih anak pembawa sial ini dari pada ibu dan istri kalian. Lebih baik aku pergi dari rumah ini” ibu menanggis dan pergi membawa sekoper pakaiannya.
Alliya dan Asila mencegah ibunya untuk pergi tetapi ibu mendorong Alliya dan berkata,
“Diam kau, ini semua gara gara kau”
Ibu pergi dan meninggalkan mereka. Alliya terus mengejar ibunya dan ibu nya terus berlari hingga sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh,
“Ibu awas ada mobil”teriak Asila. Alliya yang melihat itu mendorong ibunya hingga dirinya lah yang tertabrak mobil itu. Asila yang melihat itu menanggis dan menghampiri Alliya, sedangkan ibu terdiam ditempatnya lalu menghampiri Alliya.
“Nak ibu minta maaf , ibu minta maaf “ ibu menanggis.
Tapi sayangnya, Alliya meninggal ditempat saat itu, penyesalan terjadi . Ibu seakan akan menyalahi bahwa ini terjadi karna nya. Anak yang berkebutuhan khusus seperti Alliya telah menyadari ibu untuk selalu bersyukur dan menerima semuanya apa adanya, sesungguhya Allah menguji umat sesuai kemampuannya. Semoga cerita ini bisa menginspirasi semuanya.