Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hati Langit
MENU
About Us  

Matahari mulai memancarkan sinarnya, di bawah langit yang begitu temaram, ditemani burung-burung yang saling bersahutan di dengan hiruk pikuk mahasiswa dan mahasiswi kampus di salah satu Universitas Negeri di kota Bandung.

Dzikri yang menapaki bumi, menatap lurus saja tanpa memperhatikan siapa pun yang berada di sekitarnya, ia hanya menyapa orang-orang yang dikenalnya. Bukan tidak ramah melainkan, tidak ingin matanya berbuat dosa begitu banyak.

Tepat di depan papan besar dengan tulisan Jurusan Humaniora. Dzikri terpatri di depan pintu dan memasuki ruangan putih ukuran 4x4 meter persegi yang belum dipadati mahasiswa, sekitar 10 sampai 15 orang yang bertengger di meja masing-masing.

Matakuliah Pendidikan Agama Islam adalah matakuliah yang selalu ditunggu-tunggu, materi yang dijelaskanpun sangat terperinci, mendetail begitupun dosennya yang mampu memberikan pengaruh terhadap mahasiswanya, terutama terhadap fenomena dan masyarakat sosial masa kini.

Materi yang akan disampaikan oleh dosen wanita ini bertemakan, “Jodoh adalah Cerminan Diri.”

Sebelum menuju pembahasan utama Bu Windi, nama dosen wanita itu. Memberikan sebuah pertanyaan kepada mahasiswanya.

       “Bagaimana cara untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk?”

Pertanyaan tersebut sering dilontarkan oleh khalayak ramai yang belum terlalu paham membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kekeliruan menjadi penyebab bagaimana seseorang menilai satu sama lain di dalam kehidupan. Tentunya, yang terlihat oleh mata belum tentu menjadi kebenarannya begitu pun sebaliknya yang tak terlihat oleh mata yang menjadi kebenarannya.

Tengoklah kembali kepada diri dan tadaburkanlah (instrospeksi), apakah sudah benar? Apakah sudah baik? Mana yang salah dalam diri ini?

“Bolehkah saya menjawabnya bu?” ucap pria berkemeja biru muda dengan menggunkan luaran sweeter merah ati.

“Iya, boleh. Silakan Dzikri!” titah bu Windi.

“Terima kasih kepada Bu Windi yang memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan ini.” Ungkapnya dengan penuh sopan santun.

“Sering kali, kebanyakan dari kita sudah mengetahui mana yang baik dan apa yang buruk. Di dalam kepala kita ada malaikat kecil dan setan kecil yang mencoba meyakinkanmu untuk “Lakukan ini! Lakukan itu!” malaikat kecil dan setan kecil ini merupakan percontohan dari sisi baik dan sisi buruk yang dimiliki semua orang. Sisi baik timbul dari dasar hati seseorang yang terdalam, sedangkan sisi buruk datang dari bisikan iblis jahat yang senang bila kita melakukan hal buruk. Terkadang bisikan iblis ini terkesan lebih menyenangkan dibanding dengan hati nuranimu. Karena ajakan sang iblis yang menggoda maka kamu pun rela untuk melakukan apa pun yang di bisikannya.”

“Lalu, mengapa ada orang jahat?” salah satu mahasiswa yang duduk di barisan paling belakang berteriak menanyakan hal itu.

Semua punggung yang berada di depannya berbalik arah menatapnya, tertuju padanya bahkan Dzikri yang biasanya tidak terlalu memperhatikan wanita yang berada di kelas ini, tiba-tiba saja mengerlingkan sepasang bola mata berwarna hitam pekat untuk mengetahui siapa gerangan yang bertanya.

“Oh kamu Alya, ibu kira siapa.” Singkatnya.

“Apa kamu bisa menjawabnya Dzikri?” Bu Windi melanjutkan pembicaraan kepada Dzikri.

“Insya Allah bisa bu.” Jawabnya tegas.

“Baiklah, lanjutkan.” Bu Windi memberikan senyum cantiknya.

“Bismillah, saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari sodari yang menggunakan hijab abu-abu. Boleh tahu siapa namanya?” lagi-lagi tutur kata yang sopan selalu ditujukkannya.

“Nayla Azahra dari Fakultas Psikologi.”

“Nama panggilannya siapa?” Dzikri bertanya kembali.

“Nayla saja.” Nayla menjawab dengan terseyum manis.

“Pertanyaan yang tadi, mengapa ada orang jahat? Pertama mereka kurang dicintai semasa kecil, entah itu oleh orang-orang yang masih memiliki hubungan darah dengan mereka seperti orangtuanya sendiri akibat kurang mensyukuri kehadiran buah hati di antara mereka dan harus menerimanya dalam kondisi apa pun kemudian saudara-saudranya, bahkan guru yang mendidik dan mengajarinya di sekolah. Kedua, pernah mendapat musibah yang besar seperti kehilangan harta benda akibat tertipu ataupun kehilangan seluruh hartanya. Sehingga membuat seseorang melakukan perbuatan di luar norma seperti mencuri, maling, menyopet, dan kejahatan lainnya. Ketiga, mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain baik itu orang terdekat atau pun orang-orang di sekitar. Seperti halnya, bullying yang banyak dialami rekan-rekan kita di luar sana. Mereka berjuang mati-matian untuk dapat bertahan dari bully tersebut, tidakkah kita ingin membatunya? Kebanyakan orang diam dan malah mempertontonkan aksi tersebut tanpa rasa bersalah karena tidak menolongnya. Di manakah naluri kita? Saya rasa, kita harus meningkatkan kepedulian terhadap sesama karena bagaimana rasanya apabila kita berada di posisi orang itu? Sedihkah? Bencikah? Kecewakah? Dendamkah? Saya katakan iya.”

“Bagaimana jika saya tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk?” Nayla membuka suara kembali.

“Ketika kamu tidak tau mana yang baik dan mana yang buruk, tanyakanlah pada dirimu sendiri pertanyaan yang akan sangat membantu untuk mengambil keputusanmu. Tanyakan pada dirimu, apakah aku mau jika orang lain memperlakukanku seperti ini. Pertanyaan seperti ini sangat membantu membukakan pikiranmu agar kamu bisa memilih apa yang baik dilakukan dan apa yang tidak baik untuk dilakukan. Menanyakan kepada diri sendiri untuk mengetahui baik-buruknya hal yang akan kita lakukan merupakan cara terbaik kita untuk bisa membedakan hal baik dan buruk. Jika kita menanyakan suatu hal yang akan kita lakukan kepada diri kita dan hati kita merasa hal itu buruk dan tidak baik, maka hal itu merupakan hal buruk. Ketika kamu belum menemukannya, dekatkan dirimu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pelajari dan kaji kembali agama yang kamu yakini. Saya yakin kamu pasti paham akan hal itu dan jangan lupa kenali akibat dari apa yang kamu lakukan karena tindakan sekecil apapun akan berbali kepadamu.” Pungkasnya.

Satu jam telah berlalu begitu cepat, menyisakan 1,5 jam lagi untuk pembahasan utama. Kelas Pendidikan Agama Islam ini, tidak membuat penghuninya jenus bahkan taka da mahasiswa dan mahasiswi yang terkantuk-kantu akibat dosen yang kurang asik dalam menjelaskan matakuliahnya.

“Penjelasan yang cukup baik. Mari kita lanjutkan pembahasan yang selanjutnya!” ajak Bu Windi.

“Benarkah jodoh itu adalah cerminan diri sendiri?” tanya Bu Windi untuk pertanyaan kedua yang disimak dengan baik oleh para mahasiswanya.

“Jodoh adalah suatu misteri seperti halnya maut dan rezeki, mereka tidak dapat dipisahkan satu sama lain yang menjadi tanda tanya bagi semua insan yang belum memiliki tambatan hati dan jika dipertanyakan soal jodoh akan mendapatkan jawab yang berbeda dari setiap orangnya. Mayoritas akan menjawab kriteria sempurna seperti cantik, tampan, cerdas, punya pekerjaan, dan harus jelas bibit, bebet, sekaligus bobotnya. Berbeda jika bertanya tentang jodoh kepada seseorang yang sudah mempunyai tambatan hati, mereka akan lebih condong kepada karakter seseorang yang diyakini akan menjadi pendampingnya kelak. Mereka tidak peduli akan kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Setujukan?“

“Setuju banget buuu.” Sahut mahasiswa yang setuju dan antusias dengan pernyataan Bu Windi.

“Mengenai jodoh tentunya kalian juga sudah mengetahui ayat Al-Qur’an yang terkenal di kalangan kalian. Kalian tahu apa?” pertanyaan itu yang ditunggu oleh mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti matakuliah ini.

 “Qur’an Surat An-Nur ayat 26.” Mereka menyebutkan secara serempak begitupun Alya dan juga Dzikri.

Ada yang berbeda dari mereka berdua setiap waktu entah itu dalam acara kuliah seperti ini, acara kajian, diskusi, mentoring, acara pernikahan, atau kegiatan keagamaan lainnya yang menjadi kesamaan mereka adalah tersenyum geli apabila membahas mengenai jodoh yang terdapat dalam Surat An-Nur ayat 26.

“Apa di antara kalian ada yang mau membacakannya agar rekan-rekan yang belum tahu dapat mengetahuinya?” Bu Windi mencoba melatih keberanian mahasiswanya.

“Saya bu.” Dzikri mengacungkan tangannya.

Lagi-lagi pria itu yang menjawab tantangan yang diberikan oleh Bu Windi, mungkin karena pria itu sejak kecil dididik untuk berani dan bertanggung jawab akan segala hal yang menjadi kewajiban dan haknya.

“Kamu lagi Dzikri? (dibalas anggukkan)” Bu Windi menyakinkan lagi, siapa tahu saja ada yang berminat selain dirinya.

“Tidak adakah di antara kalian yang ingin membacakannya selain Dzikri?” semua tampak bergeming. Mahasiswa hanya memperhatikan Dzikri kemudia Bu Windi.

“Ya sudah, ibu persilakan kamu membacanya.”

       “ الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ”

Dzikri melantunkan ayat suci Al-Qur’an tersebut dengan begitu merdunya, begitu fasihnya, dengan pelafalan yang begitu jelas. Suara yang terdengar bagai syair-syair merdu yang dinyanyikan oleh pujangga cinta yang belum melabuhkan dirinya pada dermaga yang akan membawanya pada suatu tempat untuk berpulang ketika lelah dan letih setelah menghampiri hari-hari yang begitu berat untuk diperjuangkan dan berharap seseorang selalu mendekap dan menggenggamnya begitu erat dengan apa yang dirasakan seseorang ketika dirinya mulai jenuh dan kesepian. Bersandar pada pohon yang tetap menjulang tinggi, tak tergoyahkan walau diterjang angin yang begitu besar, sekuat itukah kau menahan beban yang berada di pundakku? Sesabar itukah kau menahan segala emosi di jiwaku?

***

You did well.” Ucap wanita berhijab abu-abu dari belakang.

“Kayanya wanita di ruangan ini senang mendengar suaramu!” puji Bu Windi.

Syukron katsiron bu.” Ucapnya yang senantiasa diakhiri senyuman.

“Na’am.” Bu Windi membalasnya dengan senyuman kembali.

“Apa perlu saya membacakan artinya?” Dzikri mengimbuhkan.

“Tidak perlu repot-repot, sudah cukup. Biarkan ibu meminta tolong pada yang lainnya.”

“Baik bu.”

Mahasiswa yang berada di ruang 4x4 meter persegi bekali-kali dibuat terperangah oleh suaranya, faktor utama Dzikri menjadi pusat perhatian adalah dirinya seorang Tahfidz muda yang rupanya begitu tampan. Wanita mana yang tidak menginginkan pria seperti itu menjadi suaminya? Saya berfikir tidak ada.

“Siapa yang akan membacakan artinya?” seru Bu Windi kepada mahasiswa lain.

Sama seperti halnya tadi tidak ada yang menjawab, namun dari belakang terlihat wanita berhijab abu-abu kembali mengalihkan pandangan mahasiswa dan mahasiswa dari Bu Windi menuju kearah dirinya.

“Saya bu.” Nayla mengacungkan tangannya dengan begitu berani.

“Baiklah kalua begitu, lebiih baik kita tidak membuang-buang waktu. Silakan.” Bu Windi tersenyum untuk kesekian kalinya.

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”

Lantangnya suara Nayla menggetarkan seisi ruang 4x4 meter persegi sebagai penyair cinta yang hebat menghipnotis para pendengarnya. Penyair cinta yang senantiasa merindukan pujangga untuk datang menjemput dan membawanya menuju singga sana yaitu tempat ternyaman dari yang ternyaman, tempat di mana menunggu yang begitu berharga, sejatinya ia tahu ke mana harus pulang. Yang mampu memahami dengan begitu baik dan benar, mengerti apa yang tidak harus diutarakan, bersandarlah aku tidak akan meninggalkanmu walau sudah jenuh yang terus membunuh. Tak memalingkan diri dari yang merajai hati, yang jauh lebih hebat dari yang disegani. Namun bisakah kau menyakinkan hati ini?

***

You’r so amazing.” Teriaknya pria dari jajaran depan yang menggunkan sweeter merah maroon.

Tak disangka mereka saling melontarkan pujian satu sama lain, haruskah semuanya secepat ini? jawabannya tentu saja tidak.

Ternyata suara kamu begitu menggemakan ruangan ini. Huh, luar biasa.” Pujinya dengan tawa yang renyah.

Nayla hanya tersenyum kuda.

“Makna yang terkandung dalam ayat yang telah dibacakan teman kita. Dzikri dan Nayla mengajarka kita bahwa Allah tidak dapat memberikan jodoh yang diinginkan melainkan Allah itu adil pada setiap umatnya merupakan kebenaran dan segala yang Allah rencanakan adalah benar karena Dia tidak akan memberikan yang sesuatu yang tidak berarti untukmu. Tak adil jika Allah memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih sayang melainkan engkau terkadang masih berbuat kasar atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi berlaku kejam terhadap orang lain bahkan tak mungkin Allah memberikan seseorang yang mudah memaafkan namun engkau penuh dengan dendam dan amarah. Bagaimana bisa Allah memperlakukan hambanya seperti itu?”

Para mahasiswa menggangguk tanda mengerti apa yang dijelaskan oleh seorang wanita paruh baya berkaca mata yang sedari tadi berdiri di depan papan berwarna putih dengan menggami kata-kata yang siap didendangkan sebelum waktu perkuliahan menghabiskan sisa waktu.

“Ibu saya ingin bertanya?” Nayla untuk kedua kalinya mengacungkan tangan.

“Iya boleh.” Bu Windi mempersilakan untuk memulai pertanyaan.

“Bagaimana jika seorang wanita baik memperolah pria yang dapat dikatakan kurang baik untuk dirinya? Apa yang harus dilakukan sedangkan kemampuan wanita untuk mengendalikan pria mempunyai batasan-batasan tertentu yang tidak dapat dilanggar begitu saja.”

“Saya ingin satu pria di antara kalian yang menjawab pertanyaan Nayla.”

“Biarkan saya yang menjawabnya bu.” Pria itu meminta izin untuk menjawab.

“Apa boleh buat, tidak ada yang berani lagi seperti dirimu.” Bu Windi dengan nada pasrah.

“Jika wanita mendapatkan pria seperti itu maka lembutkanlah hatinya dengan kemampuan yang kamu miliki, tenangkanlah hatinya dengan kecantikan hatimu, dan berikanlah pengertian yang begitu sabar karena ketulusan seseorang dapat menciptakan keajaiban. Allah semata-mata tidak mungkin memberikan kepadamu pria yang tidak sempurna melainkan kamu juga memiliki ketidak sempurnaan di mana Allah memberikan seseorang untukmu agar kamu dapat tumbuh bersama dirinya, tumbuh menjadi pribadi yang sama baiknya. Dan ingatlah, suatu saat nanti akan ada momen di mana kamu melihat dirimu sendiri di dalam dirinya.” Jelas pria itu dengan penuh percaya diri.

“Terima kasih telah memberitahuku, bahwa ketulusan seseorang dapat menciptakan keajaiban.” Ucap gadis itu dengan senyum yang tak pernah pudar.

Kelas akan berakhir dalam waktu 2 menit lagi, matakuliah hari itu berakhir dengan kesan yang begitu manis, banyak pengalaman yang Nayla ambil dari matakuliah ini bertemu dengan seseorang yang mempunyai sudut pandang yang berbeda, yang tidak hanya melihat dari sisi sosialnya melainka juga dari sudut pandang agama. Bagaimana cara islam menentukan jodoh setiap insan manusia dengan berkaca pada diri dan Allah selalu berbuat dan memberikan hal terbaik terhadap hamba-hambanya karena yang baik menurut manusia belum tentu baik di hadapan Allah dan sebaliknya yang menurut manusia tidak baik mungkin saja menurut Allah itu baik untukmu. Salah satu arti dalam ayat suci Al-Qur'an.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (8)
Similar Tags
You be Me
545      367     0     
Short Story
Bagaimana rasa nya bertukar raga dengan suami? Itulah yang kini di alami oleh Aktari dan Rio. Berawal dari pertengkaran hebat, kini kedua nya harus menghadapi kondisi yang sulit.
Dia yang Terlewatkan
396      272     1     
Short Story
Ini tentang dia dan rasanya yang terlewat begitu saja. Tentang masa lalunya. Dan, dia adalah Haura.
Lantas?
41      41     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
Rewrite
9528      2755     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Kalopsia
746      549     2     
Romance
Based of true story Kim Taehyung x Sandra Sandra seharusnya memberikan sayang dan cinta jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri dari pada memberikannya pada orang lain. Karna itu adalah bentuk pertahanan diri Agar tidak takut merasa kehilangan, agar tidak tenggelam dalam harapan,  agar bisa merelakan dia bahagia dengan orang lain yang ternyata bukan kita.  Dan Sandra ternyata lupa karna meng...
Takdir
327      230     2     
Short Story
kita memang pernah bersama tapi kita tidak ditakdirkan untuk bersama
Kita
704      462     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
My Reason
713      471     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Dinding Kardus
9917      2637     3     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.
After School
3314      1362     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...