Malam apa yang menurut kalian paling menyeramkan? Mungkin, banyak yang akan menjawab, malam Jum'at Kliwon. Namun, sebenarnya masih ada satu malam lagi yang cukup menyeramkan. Itu adalah malam Selasa Kliwon. Malam ini dipercaya sebagai malam keramat.
Orang yang meninggal pada malam ini, bagian tubuhnya atau kafannya akan diambil sebagai jimat pesugihan. Agar tidak dicuri, biasanya selama 40 hari, makamnya akan dijaga oleh keluarganya. Atau bisa juga langsung disemen.
Dan disinilah kami, di Kuburan Keramat. Dimalam Selasa Kliwon ini, kami akan melakukan uji nyali disini. Kebetulan, ada salah satu warga yang meninggal dan di makamkan disini seminggu lalu. Karena dia hidupnya sebatang kara, makamnya tidak dijaga oleh siapapun.
Konon, beberapa upacara sakral di Jawa juga dilaksanakan pada Malam Selasa Kliwon dan Jum'at Kliwon. Jadi, malam ini tidak kalah seramnya dengan Malam Jum'at Kliwon. Memang, dalam penanggalan Jawa, Kliwon selalu berkaitan dengan unsur-unsur mistis.
Kami sudah menyiapkan beberapa barang, diantaranya senter, kamera, lilin, tikar, dan cemilan. Tidak, tidak. Kami bukannya ingin duduk di tanah. Kami akan ke pos ronda tua yang berada di tengah wilayah kuburan. Komplek pekuburan ini tidak dijaga oleh siapapun setelah insiden 3 tahun yang lalu.
Kalian tidak tahu, ya? Baiklah, akan aku ceritakan secara singkat saja. Ratusan tahun yang lalu, saat masih zaman penjajahan Belanda, tempat ini adalah alun-alun sebuah kota. Disini, ratusan pemberontak dihukum gantung dan pancung. Setelah itu, mereka langsung dikuburkan.
Itulah yang membuat tempat ini begitu angker. Namun, ada satu hantu yang paling menakutkan dan sekaligus menjadi legenda. Hantu itu bernama Lucy. Lucy adalah hantu anak perempuan yang iseng menakut-nakuti para pengunjung makam. Kemunculannya tidak bisa diprediksi.
Menurut cerita setempat, dia adalah salah satu korban perang dizaman dulu. Dia mati secara mengenaskan bersama keluarganya. Hingga sekarang, arwahnya masih belum tenang karena belum dikuburkan secara layak.
3 tahun yang lalu, juru kunci makam ini ditemukan tewas mengenaskan dengan kepala hilang. Penjaga makam yang lainnya mengundurkan diri karena takut menjadi korban selanjutnya. Makam ini dibiarkan tidak terawat, namun tetap dipakai karena hanya ini satu-satunya komplek pemakaman yang ada disana.
Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 11 malam. 2 jam menuju tengah malam. Suasana disana cukup gelap dan mencekam. Hei, itu hal yang wajar jika kalian berada di kuburan, kan?
Oh. Mungkin, kami lupa memperkenalkan diri pada kalian. Namaku Reza. Aku adalah salah satu anggota tim ini. Tim ini bernama Garda, geng detektif horor SMA Pahlawan. Anggotanya ada 5.
Disamping kananku yang sedang bersandar di dinding pos ronda, namanya Arman. Dia mengenakan jaket dan celana hitam malam ini. Dia sudah berkali-kali menguap tadi. Nampaknya, dia tidak terbiasa begadang. Lalu, samping kiriku, ada Dewi. Ini justru lebih parah. Dia sudah tertidur satu jam yang lalu, dalam posisi bersandar di dinding.
Kemudian, yang duduk di depanku ada 2 orang. Namanya Andre dan Gloria. Andre adalah pimpinan tim ini. Sekaligus juga yang mengajak kami uji nyali disini. Andre adalah seorang yang nekat dan menyukai tantangan baru. Sedangkan Gloria justru kebalikannya. Dia adalah orang yang penakut, namun berpura-pura berani menurutku.
Kamera telah dipasang di Tripod yang kami bawa. Sesekali, Andre menyorotkan senternya ke arah pemakaman. Banyak pergerakan aneh yang terjadi, tapi setelah disorot tidak ada siapa-siapa. Mengenai makam tadi, asal kalian tahu saja, ya. Makam itu tepat berada di belakang pos ini. Aroma kembang masih tercium dari sana.
Tunggu, bukankah dia sudah dimakamkan seminggu lalu? Kenapa aroma kembangnya masih bisa tercium? Ada sesuatu yang tidak beres disini. Aku lalu melirik jam tanganku. Hah, kenapa jamnya berhenti? Astaga! Jadi selama ini.........
Aku lalu menyuruh mereka melihat handphone masing-masing. Benar, semuanya barang elektronik disini mati, termasuk juga kamera. Anehnya, hanya senter saja yang masih menyala hingga kini. Andre menyuruh kami bersiap. Tempat ini seolah menjadi lebih gelap dari sebelumnya.
Kami terdiam ketika mendengar suara bisikan yang begitu kecil, namun sangat jelas di telinga kami.
Pergi dari sini!
Seketika itu juga, bulu kudukku merinding. Rasa ketakutan mulai hinggap di diri kami. Hanya Andre yang masih tidak nampak ketakutan. Dia tetap tenang. Meskipun dia tidak bisa melihat mereka, namun dia sebenarnya cukup sering berhubungan dengan makhluk astral.
Menurut cerita ayahnya, moyangnya adalah salah satu dukun ilmu hitam terhebat di zamannya. Namun, karena terlalu serakah, akhirnya dia mati karena ilmunya sendiri. Ilmu yang dia miliki tidak mau diwariskan kepada keturunanya. Hingga kini, cerita itu menjadi rahasia bagi keluarganya.
Suasana terasa semakin mencekam. Lampu senterku mulai berkedip-kedip. Ini adalah pertanda bahwa makhluk astral berada di sekitar kami. Pergerakan aneh muncul kembali. Suaranya seperti seseorang yang sedang berjalan sambil menyeret sesuatu.
Kami mendengarkan dengan seksama suara itu dan mencoba mencari sumbernya. Untuk saat ini, kami tidak berani keluar dari pos itu. Aku baru menyadari sesuatu. Tempat ini berbeda dari tadi. Hanya ada pohon-pohon tinggi yang tumbuh jarang disini. Tidak ada lagi batu nisan milik penduduk sekitar.
Namun, bau itu masih tercium. Bahkan, bau itu semakin kuat menusuk hidung. Sesaat kemudian, suasana berubah menjadi begitu hening dan sepi. Suara-suara serangga malam bahkan tidak bisa kami dengar saaat itu.
Bau kembang tadi tiba-tiba berubah menjadi bau amis darah. Baunya lebih kuat dari yang sebelumnya. Hantu itu semakin dekat dengan kami ternyata. Suara yang kami dengar juga semakin kuat. Dia sudah sangat dekat!
Lalu, entah datang dari mana, sesosok makhluk aneh muncul tepat di depan pos ini. Sontak, kami mengarahkan senter padanya. Dia mengenakan jubah hitam yang begitu panjang sampai ke tanah. Dia membawa sesuatu di tangan kanannya. Benda itu seperti bola basket. Dia mendekapkan benda itu kedadanya.
Perlahan, dia berjalan kearah kami. Kami masih memperhatikan dia dengan seksama. Ketika aku menyorotkan senter ke atas kepalanya, kami semua terkejut. Dia tidak memiliki kepala! Tetesan darah yang masih segar nampak menetes dari lehernya.
Kejutan belum berhenti sampai disitu. Benda yang dibawanya tadi, dia lemparkan ke arah kami. Segera bau amis tercium begitu kuat. Andre menyorotkan senter pada benda itu. Itu……. Kepala manusia!
Pandanganku lalu berubah menjadi gelap seluruhnya. Entah apa yang telah terjadi setelah itu. Kurasa aku pingsan. Mungkin, teman-temanku juga mengalami hal yang sama.
Ketika aku terbangun, hari sudah siang ternyata. Kami tertidur diatas tikar, yang beralaskan tanah? Tunggu, seingatku kami berada disebuah pos ronda tadi. Kini, hanya ada tanah dan juga pohon beringin besar yang melindungi kami dari matahari. Pohon ini berada tepat di tengah pemakaman. Jadi, semua yang kami alami tadi, semua itu hanyalah ilusi? Tapi, rasanya itu sangat jelas dan nyata bagiku.
Disampingku, duduk seorang pria dewasa. Dia lalu memperkenalkan dirinya. Namanya Angga. Dia adalah wartawan di sebuah perusahaan. Tugasnya untuk meliput kasus yang berhubungan dengan kejahatan.
Dia bercerita bahwa hantu yang kami temui semalam adalah hantu juru kunci pemakaman ini. Arwahnya tidak pernah tenang sebelum kepalanya yang asli berhasil ditemukan. Dia akan terus bergentayangan di makam ini.
Dia tahu ini dari Lucy, arwah yang telah berhasil dia bebaskan. Sebenarnya, dia sudah pergi dari makam ini pagi tadi. Namun, Lucy kembali memanggilnya dan menyuruhnya untuk menolong kami. Dan begitulah, dia menemukan kami pingsan dibawah pohon ini.
Semua yang kami lihat dan kami alami memang nyata, namun itu terjadi di dunia lain. Dengan kata lain, kami terjebak di Dunia Astral tadi malam. Heh, pengalaman yang buruk. Aku tidak mau mengulanginya lagi.
Kak Angga lalu juga membangunkan temanku yang lain. Dia menasehati kami agar jangan pernah mengganggu dan mengusik mereka lagi. Resiko yang lebih besar mungkin akan datang jika kami mengulang hal yang sama.
Kami segera berterima kasih padanya. Kami menyadari bahwa kami terlalu jauh mengusik dunia mereka. Kami sadar, betapa pentingnya untuk tidak mengganggu mereka. Kami pun segera pulang ke rumah.
Kami benar-benar mendapat pelajaran berharga hari ini.
Banjarmasin, 19 Februari 2019