Teruntuk kamu, yang selalu merasa tidak dimengerti.
Aku tahu hidupmu berat. Meski demikian, kamu telah menjalaninya. Sepenuh hati. Walau kadang pula, kamu hanya meletakkan separuh hatimu di sana.
Percayalah, Aku tahu. Maha Tahu. Semua yang sudah kamu lewati. Bakti yang sudah kamu serahkan.
Berapa banyak luka dan kerelaan yang sudah kamu tahan.
Jika ingin menangis, menangislah. Karena airmata itu memang dianugerahkan untuk mendengarkan semua ceritamu. Semua kelemahanmu. Kesedihanmu. Saat tidak seorang pun mau tahu.
Jika ingin menangis, menangislah. Karena airmata lah yang mungkin, bisa menjadi satu-satunya temanmu. Saat tiada satu pun yang bisa kamu percaya.
Ya, kecuali Aku.
Manusia diciptakan dengan kebaikan. Pun orang yang menyakiti, mengkhianatimu.
Manusia diciptakan punya dosa. Pun kamu.
Tapi betapa banyaknya dosa yang diemban, Aku selalu ada untuk kamu peluk saat gundah melanda. Sama seperti Aku selalu ada saat manusia-manusia lain gulana.
Jadi jika ingin menangis, menangislah.
Tapi kamu tentu tahu, dalam dirimu sendiri sudah Kutanam sebuah kekuatan. Jangan lagi bilang kamu tak mampu, saat sudah memiliki kekuatan itu.
Karena semua manusia boleh menyakitimu, mengkhianatimu. Tapi tidak dengan Aku.
Dari, Tuhanmu.
Owhhh... Aku lebih ke seni kehidupan. Hanya konotasi tidak ada unsur seni real... Ceritanya sangat dalamnya. Benar benar Kebahagiaan yang menyakitkannnn... 😢😭😭
Comment on chapter 1. Kamu dan Perkakas Lukis