Loading...
Logo TinLit
Read Story - ALEXIA
MENU
About Us  

Dinding-dinding kusam saling menempel erat satu sama lain. Melekat erat seolah menjadi satu. Tempelan-tempelan kayu dan kardus bercampur menjadi satu seolah tetesan air yang merembes menjelma menjadi lem perekat. Suara gemuruh langit yang sedang menangis memecah keheningan malam yang hanya diterangi oleh sebuah lentera usang yang berkelap-kelip.

Atap yang hanya berbahan daun kelapa kering yang ditumpuk setebal mungkin tanpa memerhatikan apakah dinding sanggup menahannya atau tidak rupanya  masih menyisakan sela untuk air menetes jatuh melumuri lantai kayu yang ditutupi potongan-potongan karpet yang malang-melintang. Hujan sangat deras di luar, berselimut kabut malam ini. Malam semakin gelap, sang bulan bahkan sudah tertelan kegelapan.

Rimbunnya pohon-pohon yang menjulang tinggi tak dapat menghalau angin. Pohon-pohon kini malah saling bergoyang kian kemari seolah suara gemuruh langit adalah melodi musiknya. Bintang hilang malam ini, tergantikan kilat yang membelah langit. Tidak ada makanan, malam ini aku akan kelaparan lagi. Batin seorang gadis yang meringkuk diatas ranjangnya yang sudah dipaku sana-sini agar tetap berdiri.

Tangannya menengadah menyambut rintik-rintik hujan yang membasahi kasurnya. “Melodi malam ini begitu indah.” Katanya pada dirinya sendiri. Ia memandang keluar jendela. Dan hanya menemukan kegelapan di sepanjang mata memandang. Gubuk kecilnya terletak sekitar satu kilometer dari pinggir desa. Tak satupun lentera penduduk desa yang terlihat dari sini, walau gubuknya terletak lebih tinggi di kaki bukit. Hanya ada kumpulan pohon yang bergoyang-goyang dipermainkan oleh angin malam.

Ia melirik bara api yang ada di dapur sebelah kamarnya. Masih menyala, hangatnya masih terasa. Berharap saja, bara api itu masih akan menyala sepanjang malam. Atau setidaknya gubuk reot ini tak terbang sekeras apapun angin mencobanya. Ia sudah cukup kesal.  Seharian ini, ia sama sekali tak menemukan hewan buruan. Tak satupun hewan terlihat.

Sore harinya saat ia ingin menukar beberapa barang yang ia temukan di hutan, hujan yang lebat malah mengurung dirinya di dalam gubuk miliknya. Matanya kini beralih melirik bungkusan kain kumal yang terletak di atas meja samping ranjangnya. Diraihnya bungkusan kain yang berisi barang-barang yang ia temukan di dalam hutan kemarin. Dibukanya bungkusan itu perlahan, seolah isinya lebih berharga ketimbang hidupnya sendiri.

Dikeluarkannya barang itu satu persatu. Sebuah buku kuno, yang berisi abjad dan kode yang sama sekali tak diketahuinya. Bahasa asing, mungkin ini akan banyak menghasilkan uang jika ia berhasil menemukan para arkeolog yang tergila-gila pada buku kuno. Diletakkannya buku itu disampingnya. Ia beralih pada barang yang kedua, leontin bertahtakan permata yang terlihat asli begitu indah. Sangat cantik.

Dikenakannya leontin itu. Bagus, pikirnya. Dirabanya leontin itu, sangat pas untuknya. Mungkin ia tak harus menjualnya. Ia bisa menyimpan yang satu ini. Tanggannya mulai menggorek isi bungkusan, jam pasir usang, sebilah pisau lipat yang tetap tajam  walau gagang kayunya sudah lapuk, selebihnya terlihat tak berharga. Mungkin seharusnya ia tak memungut terlalu banyak barang yang mungkin memang sengaja di buang orang di pinggir hutan.

Alexia, panggil saja aku Alex. Seorang wanita kesepian yang berumur 25 tahun. Ia tinggal sendiri di sunyinya gelap malam hutan yang menyimpan banyak rahasia. Orangtuanya menghilang saat ia berusia 12 tahun saat mereka sedang berburu di hutan dan mereka tak pernah kembali lagi selama apapun Alexia menunggu, karena mereka mungkin sudah mati sekarang. Mereka pergi meninggalkannya sendiri tanpa apapun. Hanya meninggalkan kenangan yang terus memudar dan sepetak tanah beserta rumah yang ia tempati saat ini.

Dulu rumah ini penuh bunga dan tanaman saat kedua orangtuanya masih hidup. Sekarang hanya tersisa akar-akar dan tumbuhan rambat yang mengular memenuhi halaman. Sempat terpikir olehnya untuk tinggal di desa, mencari teman dan menghalau rasa sepinya. Sayangnya, ia terlalu berat untuk meninggalkan rumah peninggalan kedua orangtuanya. Walau, saat ini rumahnya sangat tak layak pakai.

Alex menggelengkan kepalanya berkali-kali. Cukup. Ini sudah malam. Sudah waktunya beristirahat. Tak ada gunanya memutar kembali kepingan memori yang semakin menyayat hatinya. Ia harus tidur cepat malam ini. Karena besok pagi ia harus menjual barang-barang temuannya.

 

 

Tags: FANTASY alexia

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • ikasitirahayu1

    @innos
    Hai kak, treimakasih sudah berkunjung ke ceritaku
    Terimakasih juga buat sarannya
    Insyaallah nanti aku perbaiki lagi,
    Semangat juga buat kamu ya, :)

    Comment on chapter Prolog
  • innos

    halo, aku udah baca semuanya sih, tapi di bagian chapter pertama terlalu panjang cerita diskripsinya, lebih enak kalau diskripsi sama percakapannya diseimbangkan biar nggak bosen😊 semangaaaat! Semoga kita bisa belajar lebih baik lagi menulisnya🎊

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
I N E O
6440      1370     5     
Fantasy
❝Jadi, yang nyuri first kiss gue itu... merman?❞
SONGS OF YESTERDAY
122      100     0     
Fantasy
BUKU DUA SERI KERAJAAN MUSIM SEMI "Hanya aku yang boleh memutuskan nasib Rolan, bukan kau!" Rasa kecewa membutakan Molly hingga memulai perburuan demi menemukan si penyair. Namun, yang dia temui hanyalah jalan buntu: tak ada satu pun yang mengingat Rolan. Saat harapan hampir sirna, Moko muncul membawa kabar mengejutkan-Rolan ditawan Baba Randa, penguasa kejam di Hutan Kematian. Bers...
The Secret
411      282     1     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
Maroon Ribbon
514      372     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Deep Sequence
510      423     1     
Fantasy
Nurani, biasa dipanggil Nura, seorang editor buku yang iseng memulai debut tulisannya di salah satu laman kepenulisan daring. Berkat bantuan para penulis yang pernah bekerja sama dengannya, karya perdana Nura cepat mengisi deretan novel terpopuler di sana. Bisa jadi karena terlalu penat menghadapi kehidupan nyata, bisa juga lelah atas tetek bengek tuntutan target di usia hampir kepala tiga. N...
Forestee
481      339     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Ignis Fatuus
2041      774     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
Gareng si Kucing Jalanan
10319      3385     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
Trust Me
54      47     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
Kisah yang Kita Tahu
5719      1724     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...