Read More >>"> CINTA SI GADIS BUTA (BAB 7 DEVAN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - CINTA SI GADIS BUTA
MENU
About Us  

Reina menghela napasnya berulang kali. Dia sama sekali tak menyimak apa yang sedang dibicarakan oleh Citra saat ini. Entah apa yang sedang merasuki pikirannya. Selama dua hari ini, pikirannya selalu saja tertuju pada cowok yang telah menggagalkan rencana bunuh dirinya waktu itu.

"Rei, gimana menurut kamu? Apa Kakak terima saja ya lamaran Rico?" tanya Citra terlihat kebingungan, "kalau Kakak terima lamaran Rico, trus kamu gimana nanti? Siapa yang bakal jagain kamu?"

Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Reina. Ia bahkan tak mendengar apa yang baru saja ditanyakan oleh kakaknya itu. Pikirannya terus saja mempertanyakan perkataan cowok itu tempo hari. Kenapa cowok itu belum juga mengajakku jalan? Apa dia lupa sama ucapannya waktu itu?

"Rei! Reina!" panggil Citra dengan suara yang mengagetkan.

Suara Citra yang mengagetkan membangunkan Reina dari pertanyaan-pertanyaan di hatinya yang membingungkan. Ia menggerutu di dalam hatinya. Payah. Apa yang sedang kupikirkan sih? Ngapain aku memikirkan orang yang baru kutemui?

"Kamu kenapa sih, Rei? Sakit? Mulai tadi ngelamun terus."

"Nggak kok. Aku nggak apa-apa," jelas Reina singkat.

Citra menghela napas melihat tingkah adik satu-satunya itu. Dia sangat hapal akan sifat adiknya itu. Dia tahu kalau Reina sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Citra tersenyum kecut menatap adinknya itu seraya berkata, "Rei, Rei! Apa kau lupa kalau aku ini Kakakmu? Kau tinggal sama Kakak nggak sebentar, Rei. Kakak tahu kalau ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranmu sekarang."

Reina tak tahu harus berkata apa pada Citra. Dia tak mungkin bilang kalau kalau dirinya sedang menunggu cowok yang dua hari lalu telah menggagalkan percobaan bunuh dirinya.

"Hayo... kamu lagi mikirin apa?" desak Citra.

Tok... tok... tok...

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Suaranya berasal dari arah pintu depan. Citra segera menghentikan desakannya. Dia merasa heran. Tak biasanya ada seseorang yang datang ke rumahnya di sore hari. Mungkin yang datang adalah orang yang ingin memesan roti buatannya, atau mungkin Rico yang ingin mendengar jawaban atas lamarannya itu. Entahlah. Ketukan pintu itu membuat Citra terpaksa mengurung rasa penasarannya akan hal yang sedang disembunyikan adiknya itu.

"Rei, Kakak buka pintu dulu," ucap Citra lalu melangkahkan kakinya menuju pintu depan.

Reina menghela napas lega. Tangan kanannya lalu mengusap dadanya. Kepalanya tak lagi pening karena ulah Citra. Dia sangat bersyukur karena orang yang saat ini ada di depan rumahnya datang di saat yang tepat, penyelamat batinnya.

Pintu bercat biru itu dibuka Citra dengan perlahan. Kedua matanya menatap kaget pada apa yang ada di hadapannya sekarang. Seorang cowok berwajah tampan dengan rambut yang sedikit berantakan tengah berdiri di hadapannya. Dia mencoba mencari tahu tentang cowok itu dari memori di kepalanya. Aneh sekali. Wajah cowok itu tampak tak asing baginya. Tetapi, tak ada sedikit pun ingatan tentang cowok itu.

"Reina-nya ada?" tanya cowok itu.

"Kau temannya Reina? Kok aku baru melihatmu?" tanya Citra penasaran.

"Iya, Kak. Aku teman barunya Reina. Namaku Devan," terangnya, "ngomong-ngomong Reina-nya ada nggak, Kak?"

"Ada kok. Kamu duduk aja dulu di situ! Kakak panggilkan Reina sebentar." Setelah berkata seperti itu, Citra melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri Reina. Hatinya sangat senang karena ini ada pertama kalinya Reina membawa teman cowoknya datang ke rumah.

Reina menjadi penasaran akan orang yang sedang bertamu di rumahnya sekarang. Aneh sekali. Dia sama sekali tak mendengar suara kegaduhan dari arah ruang tamu. Biasanya, bila yang datang Rico atau teman-temannya, suara Citra-lah yang mendominasi hampir seluruh ruangan di rumah. Kemungkinan yang bertamu saat ini adalah orang yang hendak memesan roti buatannya.

"Rei, ada yang cari kamu tuh di depan," ucap Citra menghampiri Reina.

"Siapa, Kak? Shila?"

"Bukan Sheila, Rei." Citra tersenyum senang. "Kenapa kamu nggak cerita sama Kakak kalau punya teman cowok sih, Rei? Teman cowok kamu ganteng banget loh. Tapi tetap gantengan Rico sih."

"Cowok? Siapa?" Reina bingung. Rasa-rasanya dia tak punya teman cowok.

"Kamu nggak perlu malu-malu gitu sama Kakak. Udah, embat aja, Rei."

"Emangnya dia makanan, main diembat segala," ucap Reina ketus.

"Samperin deh sana! Kasihan temanmu yang ganteng itu kalau nunggunya kelamaan." Citra lantas membantu Reina berdiri. Dia lalu menuntun Reina menuju ke ruang tamu.

Reina bingung sekaligus penasaran. Mungkin saja cowok yang dimaksud adalah cowok yang telah menolongnya dua hari yang lalu.

Sementara itu, cowok yang bernama Devan duduk dengan gelisah. Dia tampak tak sabar menunggu kedatangan Reina. Beberapa kali dia mengarahkan pandangan matanya ke arah ruang depan. Tetapi, orang yang ditunggu-tunggunya belum juga datang menghampirinya.

Tanpa Devan sadari, sebuah senyuman terukir di bibirnya saat Reina datang bersama dengan Citra. Gadis itu, gadis yang membuatnya sadar akan keagungan Sang Maha Pencipta. Dibalik ketidaksempurnaan anggota tubuhnya, gadis itu bisa bersikap mandiri dan tak menyusahkan orang lain. Gadis itu benar-benar membuatnya kagum.

"Lama ya nunggu Reina-nya? Maaf ya," tanya Citra merasa tak enak.

Devan tersentak dari lamunanya. Tiba-tiba saja wajah Reina sudah berada dekat sekali dengannya. Jantungnya kembali berdebar-debar.

"Nggak kok, Kak. Nggak lama."

Citra menatap Reina dan Devan dengan sorot mata senang, kemudian tersenyum. Tanpa berkata apa pun, Citra berbalik dan meninggalkan adiknya berdua dengan teman cowoknya.

"Hei!" sapanya, "kau masih ingat aku? Cowok di pinggir jalan dua hari yang lalu. Kau ingat?"

Reina terbelalak. "Kau masih ingat sama aku? Kupikir kau lupa."

Devan tersenyum seraya berkata, "Tentu saja aku masih ingat sama gadis mandiri."

"Gadis mandiri?"

"Benar. Kau gadis yang mandiri, gadis yang melakukan apa pun sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk jalan-jalan sendirian di pinggir jalan," puji Devan.

Wajah Reina dibuat merona karenanya. Antara malu dan senang bercampur menjadi satu di dalam hatinya.

"Yuk!" ajak Devan tiba-tiba.

"Kemana?"

"Jalan-jalan. Apa kau lupa sama janji yang aku buat waktu itu?"

"Astaga! Ternyata kau benar-benar ingat pada janji itu. Kupikir kau cuma bercanda." Reina tersenyum senang, pipinya kembali merona kemerahan.

"Aku sama sekali nggak bercanda. Waktu itu aku memang ingin mengajakmu jalan. Tapi karena waktu yang nggak memungkinkan, jadinya aku nggak jadi. Mumpung hari ini aku ada waktu luang, aku bisa menjemputmu ke sini." Devan tertawa kecil. "Ah, ya. Hampir saja lupa. Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Devan."

"Devan, nama yang bagus," puji Reina.

"Aku ingin ngajak kamu jalan-jalan ke taman sekarang. Kau mau nggak?"

"Aku mau kok. Tapi aku minta izin dulu sama Kak Citra."

Citra tiba-tiba datang. Dia berkata dengan nada mengingatkan, "Aku izinkan kamu jalan sama dia. Tapi, sebentar saja. Jangan sampai malam!"

Devan lantas beranjak dan membantu Reina berdiri. Dia lalu membantu Reina masuk ke dalam mobilnya. Citra berdiri di ambang pintu depan. Sorot matanya tak lepas dari mobil yang dikendarai oleh Devan dan Reina. Citra sangat senang melihat keakraban yang terjadi di antara mereka berdua.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • rara_el_hasan

    suka ceritanya ..semangat

    Comment on chapter BAB 1 MIMPI BURUK
Similar Tags
Dear Kamu
3258      1008     6     
Inspirational
Kamu adalah pengganggu. Turbulensi dalam ketenangan. Pembuat onar dalam kedamaian. Meski begitu, kamu adalah yang paling dirindukan. Dan saat kamu pergi, kamulah yang akhirnya yang paling aku kenang. Dear kamu, siapapun kamu. Terimalah teriakanku ini. Aku kangen, tahu!
Aku Mau
10133      1899     3     
Romance
Aku mau, Aku mau kamu jangan sedih, berhenti menangis, dan coba untuk tersenyum. Aku mau untuk memainkan gitar dan bernyanyi setiap hari untuk menghibur hatimu. Aku mau menemanimu selamanya jika itu dapat membuatmu kembali tersenyum. Aku mau berteriak hingga menggema di seluruh sudut rumah agar kamu tidak takut dengan sunyi lagi. Aku mau melakukannya, baik kamu minta ataupun tidak.
After School
1435      854     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Lantunan Ayat Cinta Azra
5968      1131     3     
Romance
Lantunan Ayat Cinta Azra adalah kisah perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mung...
Te Amo
399      267     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
Premium
Cinta Dalam Dilema
13355      3940     0     
Romance
Sebagai anak bungsu, Asti (17) semestinya menjadi pusat perhatian dan kasih sayang ayah-bunda. Tapi tidak, Asti harus mengalah pada Tina (20) kakaknya. Segala bentuk perhatian dan kasih sayang orang tuanya justru lebih banyak tercurah pada Tina. Hal ini terjadi karena sejak kecil Tina sering sakit-sakitan. Berkali-kali masuk rumah sakit. Kenyataan ini menjadikan kedua orang tuanya selalu mencemas...
HEARTBURN
349      254     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Premium
Cinta (Puisi dan Semi Novel
5162      1482     2     
Romance
Sinopsis Naskah ‘CINTA’: Jika Anda akan memetik manfaat yang besar dan lebih mengenal bongkahan mutu manikam cinta, inilah tempatnya untuk memulai dengan penuh gairah. Cinta merupakan kunci kemenangan dari semua peperangan dalam batin terluhur Anda sendiri, hingga menjangkau bait kedamaian dan menerapkan kunci yang vital ini. Buku ‘Cinta’ ini adalah karya besar yang mutlak mewarnai tero...
Sugar On Top
111      93     4     
Romance
Hazel Elodie adalah gadis manis berambut pirang dengan hati yang keras seperti baja. Bertahun-tahun setelah ia dan kakaknya, Sabina, 'dibuang' ke London, Hazel kembali ke kota kelahirannya dengan tekad untuk merebut kembali apa yang menjadi haknya—warisan keluarga yang dirampas secara licik. Namun, kepulangannya tak semudah yang ia bayangkan. Tanpa Sabina, si perisai emosinya, Hazel harus be...
Cinta Tau Kemana Ia Harus Pulang
7557      1397     7     
Fan Fiction
sejauh manapun cinta itu berlari, selalu percayalah bahwa cinta selalu tahu kemana ia harus pulang. cinta adalah rumah, kamu adalah cinta bagiku. maka kamu adalah rumah tempatku berpulang.