Read More >>"> Vampire Chain (02. His---) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Vampire Chain
MENU
About Us  

Nama pengajar itu Claxiun Herley, dia adalah seorang ilmuwan jenius yang mengabdi untuk keluarga kerajaan dan Duke Berthold. Sejak pertama kali aku mengenalnya, Claxiun adalah pribadi yang sangat profesional dalam pekerjaannya. Dia tidak membedakan keberadaanku dari murid-muridnya yang merupakan anggota keluarga kerajaan, Claxiun tetap mengajarkanku sesuai dengan kurikulum yang tersedia. 

       "Saya sudah dua puluh tahun mengajar anggota keluarga kerajaan. Namun, baru kali saya mengajar seorang putri Duke. Terlebih lagi, Nona adalah putri Duke pertama. Suatu kehormatan bagi saya."

Sekalipun Claxiun mengetahui masa lalu keluargaku, dia tidak pernah menghubungkan masa lalu itu dengan diriku. 

       "Nona sangat cerdas. Saya yakin Nona bisa menjadi apapun yang Nona inginkan dimasa depan nanti." 

Jujur saja, aku tidak tertarik. Walaupun aku bisa menjadi apapun dimasa depan, kemampuan yang aku miliki ini harus aku jalankan demi kerajaan. Setiap saat aku mengingat itu, rasa pahit dan bau darah langsung menyebar dan tergambar jelas dalam ingatanku.

       "Aku tidak ingin menjadi apapun. Jika harus demi kerajaan itu--"

       "Nona bisa."

       ​​​​​​​"Tahukah Nona Muda, seluruh keturunan Berthold tidak akan bisa menduduki posisi tertinggi dari kerajaan."

       ​​​​​​​"Kenapa?"

Keturunan Berthold memiliki hubungan darah yang paling kuat diantara keluarga Duke lainnya karena keluarga ini adalah pemegang status keturunan murni terlama dalam kerajaan. Itulah penyebab keluarga Berthold menempati posisi sebagai Duke pertama. Penyampuran darah yang dulu dilakukan itu terus terlaksana secara turun-temurun namun keluarga Berthold tidak melakukan itu dalam beberapa generasi. Semuanya dilaksanakan demi melindungi darah. Hubungan darah keluarga Berthold dengan keluarga kerajaan sangat dekat melebihi keluarga Duke yang lain.

       ​​​​​​​"Karena itu, keluarga Duke Berthold tidak bisa-- dilarang menikah dengan anggota keluarga kerajaan. Darah murni dan darah murni lain bertemu, tidak akan ada yang tahu bencana apa yang bersembunyi dibalik hasil itu. 

Ya. Aku juga sering mendengar rumor mengenai keluargaku. Kami ada keturunan kerajaan murni yang tersisa hingga saat ini. Karena itulah, keluarga kerajaan yang saat ini berkuasa tidak menyukai keberadaan kami. Mungkin mereka berpikir suatu saat keluarga Berthold akan berkhianat dan menyerang keluarga kerajaan, demi merebut tahta kerajaan. Hingga akhirnya mereka membuat sebuah fakta palsu hanya demi menyingkirkan semua keturunan murni keluarga Berthold.

       ​​​​​​​"Tuan Allian Vryl La Vyer Van Berthold adalah keturunan terakhir yang melakukan itu sebelum akhirnya Ayah Nona menikah dengan Ibu Nona. Dan lahirlah generasi baru, yaitu Nona. Arienna Vryl Berthold yang nantinya akan menjadi kepala keluarga Berthold, Arienna Vryl Qen Vyer La Berthold."

Arienna Vryl Qen Vyer La Berthold. Itu adalah nama lengkapku. Nama yang akan kugunakan disaat aku telah sah menjadi kepala keluarga. 

       ​​​​​​​​"Anda sangat istimewa, Nona-ku."

Mungkin benar, aku istimewa. Karena, aku satu-satunya yang bukan keturunan murni dalam keluarga ini. Karena itu, ada pihak dalam kerajaan yang membiarkanku tetap hidup. Ya, semuanya hanya karena aku bukan keturunan murni.

       ​​​​​​​​"Anda berbeda."

       ​​​​​​​​"Aku berbeda?"

       ​​​​​​​​"Ya. Diantara seluruh keturunan Berthold. Anda adalah satu-satunya yang memiliki kesempatan untuk bisa menempati posisi tertinggi dalam kerajaan."

Kesempatan yang tidak bisa didapatkan oleh Kakek dan Ayahku-- aku bisa meraihnya. Hanya karena aku bukan keturunan murni. 

       ​"Aku tidak ingin menjadi penguasa tertinggi. Sekalipun aku memiliki kesempatan itu." 

       ​"Nona?" tegur Claus yang menyadarkanku dari dalam renungan. 

       ​"Kenapa, Arienna? Kau masih terpikir dengan ucapan Putra Mahkota?" tanya Adrian yang duduk didekatku sambil mengfokuskan pandangan pada lembaran kertas ditangannya.

       ​"Hm... tidak, hanya saja ucapannya itu membuatku ingat beberapa hal dimasa lalu."

Adrian dan Claus membisu. Seolah paham apa maksud dari ucapanku, mereka kembali fokus pada aktivitas mereka masing-masing. 

       ​"Daripada itu, bukankah lebih baik jika Anda mulai memikirkan siapa yang akan menjadi pasangan Anda untuk 'Dansa Pertama' di malam Debutante," ujar Claus mencoba untuk mengalihkan pikiranku. 

       ​"Tentu saja aku--"

       ​"Pastinya hanya aku sebagai Duke yang bisa melakukannya!" sela Duke memasuki ruangan tempat kami berkumpul.

       ​"Duke?!" 

       ​"Papa?!"

       ​"Selamat malam, Tuanku, Duke Rainsword."

       ​"Selamat malam, Claus. Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini, aku menghargai itu."

       ​"Tidak, itu sudah menjadi kewajiban saya." Perbincangan antara Claus dan Duke Rainsword membuatku bingung. Apa yang sudah Claus lakukan hari ini?

       ​"Kenapa Papa malah menyela mau menjadi pasangan Arienna dalam Debutante!?" ketus Adrian kesal. 

       ​"Hah?! Tentu saja itu karena kau tidak berguna dan tidak akan bisa menghadiri pesta dansa khusus itu!"

       ​"Salahku!? Seharusnya kau bersyukur karena aku terlahir sebagai laki-laki. Kau tidak perlu memutar kepala untuk mencari siapa pewarismu, orang tua!"

       ​"Orang tua?! Dimana sopan santunmu itu, bocah! Kau pikir, siapa yang kau panggil 'orang tua' ini!"

Baiklah, pertengkaran ayah-anak ini kembali terjadi. Ini adalah salah satu keseharian utama keluarga Rainsword. Rasanya hari tidak akan dimulai atau berakhir tanpa adanya pertengkaran ini. Duke Rainsword dan putra kesayangannya ini bisa bertengkar hanya karena masalah kecil. 

       ​"Tuan Muda, Tuan Duke, tolong hentikan. Nona Muda tidak tahan melihat Anda berdua," tutur Claus yang membuatku terdiam heran menatapnya. Tunggu, bukannya yang tidak tahan itu kau, Claus!?

       ​"Hah... lagipula, mana ada gadis muda yang mau berdansa ditemani pria berkepala empat seperti Papa."

       ​"Hei! Seharusnya itu menjadi kehormatan, karena seorang Duke yang terhormat menjadi pasangan dansanya," tegas Duke Rainsword amat percaya diri. 

       ​"Papa mengatakan itu pada seorang pewaris Duke pertama. Apa Papa masih waras?"

Benar juga. Sekalipun aku berdansa dengan Duke. Aku juga seorang pewaris Duke pertama. Rasa kehormatan itu tidak terlalu berefek padaku. Duke Rainsword yang mendengar fakta menyakitkan itu langsung terdiam membatu. 

       ​"Pokoknya! Sekalipun Arienna pergi bersama Adrian, putraku ini juga tidak akan membawa hal baik untuk Arienna."

       ​"Ya ampun, tolong hentikan ini, Adrian, Duke," keluhku mulai tidak tahan melihat sikap kekanak-kanakan keduanya. 

       ​"Jadi, siapa yang akan menjadi pasangan dansa pertamamu?" tanya Adrian kembali pada titik awal pembicaraan. 

       ​"Aku sudah menentukannya," tegasku seraya bangkit dari tempatku duduk kemudian berjalan mendekati Claus. "Claus Grienson akan menjadi pasangan dansa pertamaku."

Dengan begini, ayah-anak Rainsword tidak perlu berdebat untuk menjadi pasangan dalam dansa pertamaku. Masalah selesai. 

       ​"Apa tidak masalah jika saya yang menjadi pasangan Nona Muda?" tanya Claus merasa ragu dengan keputusanku. 

       ​"Tidak ada yang cocok selain Claus," jawabku dengan yakin. 

Jika aku berdansa dengan Duke Rainsword atau Adrian. Akan muncul rumor mengenai hubungan keluarga kami. Itu bukan hal buruk, namun aku punya firasat lain yang kurang baik.

       ​"Suatu kehormatan saya bisa menggantikan posisi Tuan Duke Berthold untuk menjadi pasangan Nona dalam Debutante."

Ya, aku selalu menginginkan Papa atau Kakek yang menjadi pasangan pertamaku. Namun, hal itu sudah menjadi mimpi belaka. Tidak akan pernah terwujud, sekalipun aku memohon dengan kuat.

***

Waktu menjelang Debutante semakin menipis. Akupun mulai sibuk dengan memesan berbagai macam keperluan Debutante . 

       ​​​​​​​​"Ini adalah kegiatan sekali seumur hidup. Ada baiknya jika Anda mempersiapkan semua hal dalam kondisi dan bentuk yang terbaik. Orang-orang akan menyadari siapa sebenarnya Nona." Begitulah saran yang Claus berikan padaku. 

Memang benar, jika aku berkutat dengan pergaulan kelas atas sebagai pewaris tunggal Duke, ada baiknya aku menunjukkan pada semua orang siapa diriku yang sebenarnya. 

Memesan gaun khusus, perhiasan, sepatu, dan lain-lain. Aku menghabiskan waktu hampir sebulan hanya untuk menyelesaikan semua persiapan itu. Menyiapkan gaun ternyata lebih memakan waktu dibanding yang aku duga. Model sepatu juga menjadi pilihan tersulit. Apalagi perhiasan seperti apa yang harus aku gunakan. 

Yang paling utama, sebuah perhiasan khusus dengan lambang keluarga Berthold. Itu adalah sebuah peralatan penting bagi kepala keluarga Berthold. Kakek dan Papa menggunakan sebuah lencana khusus yang selalu terpajang rapi pada setelan formal mereka. Dan, lencana itu hanya diberikan pada pewaris laki-laki. 

Aku sebagai pewaris wanita pertama menjatuhkan pilihanku pada sebuah mahkota dengan permata Grandidierite berukir lambang keluarga dengan rangkaian perak yang bertahtakan berlian hitam. Mungkin, akan banyak pihak yang membandingkan perhiasan milikku dengan milik Tuan Putri, namun, itu bukan urusanku.

       ​"Itu terlihat sangat cocok dengan Anda," puji Claus saat aku memandang diriku dibalik cermin yang tengah mengenakan mahkota itu. Rasanya terlihat sedikit berbeda, namun, aku bisa merasakan ada yang sedikit berbeda dari diriku. Bersamaan dengan itu, aku bisa merasakan beban berat yang aku tanggung dibalik makna mahkota ini. 

       ​"Semua yang baru dimulai pasti akan terasa berat diawal."

Ucapan singkat itu membuatku tertegun. Seolah bisa membaca pikiranku, ucapan Claus berhasil membuatku sedikit tenang. "Aku terus berpikir, apa aku bisa menggantikan posisi Kakek dan Papa demi keluarga ini." 

       ​"Anda bisa, Nona. Hanya Anda-lah yang bisa." 

Aku bisa. Hanya aku yang bisa melakukannya. 

       ​​​​​​​​"Putriku, kau adalah yang berbeda diantara yang berbeda. Tidak perlu menjadi sempurna. Karena tidak ada yang bisa menjadi sempurna. Cukup bergerak sebagaimana takdir menuntunmu."

Aku pasti bisa menemukan akhir dengan satu titik yang meyakinkan. 

***

       ​​​​​​​​"Mari kita lebih mengenal dan menjadi lebih dekat satu sama lain, Nona Arienna."  

Firasatku mengatakan kalau ada maksud lain dari ucapannya itu. Dengan tidak sengajanya dia mengetahui rahasiaku, hubunganku dengan Putra Mahkota menjadi sedikit rumit. Sebenarnya tidak ada masalah besar yang akan aku dapat kalau dia membocorkan informasi itu sekarang, karena tidak lama lagi, aku akan menghadiri Debutante. Secara paksa, semua orang akan langsung menyadari keberadaanku. 

Namun, dibandingkan rahasia itu, aku lebih khawatir dengan keberadaannya. Duke Rainsword memintaku untuk menjaga jarak darinya, tapi yang aku hindari malah mencoba untuk mendekatiku. Rasanya ini cukup rumit. 

Apa mungkin seseorang sepertinya menargetkanku untuk menjadi ratu di masa depan? Aku adalah seorang keturunan Berthold yang dilarang untuk menikah dengan keluarga kerajaan. Tapi...

       ​"Tapi, Claxiun bilang, aku bisa menduduki posisi tertinggi itu," gumamku sambil menatap kosong deretan kata pada buku yang tengah aku baca. 

Perpustakaan memang tempat yang terbaik. Tidak ada orang ditempat ini, aku bisa menikmati kesunyian yang menelan diriku perlahan-lahan tanpa harus mengkhawatirkan suara pekikan seseorang yang tengah mencariku atau membutuhkanku. Claus pun berjaga diluar perpustakaan jika ada seseorang yang masuk. 

Aku melirik jam saku yang sengaja aku letakkan diatas meja. Waktu menunjukkan pukul satu siang. Kebanyakan siswa pasti tengah menikmati waktu minum teh ditaman. Semenjak kedatangan Putra Mahkota ke akademi. Acara minum teh siang tidak pernah dilewatkan oleh siapapun. 

       ​"Ya, benar sekali, Anda bisa menduduki posisi tertinggi itu, Nona Arienna," tutur seseorang yang membuat pandanganku langsung teralihkan dari buku. Sepasang manik berwarna hitam seperti permata langsung menyambutku ditambah dengan senyuman yang ramah namun diselimuti misteri. 

Alexander Riel Dei Layn Van Devincius.

       ​"... Hor--"

       ​"Tidak perlu bersikap formal seperti itu. Aku juga seorang siswa di akademi, kan?" terangnya sambil duduk dikursi yang ada disebrangku. 

Ini tidak baik, kenapa Claus tidak memberitahuku kalau Putra Mahkota masuk? Apa jangan-jangan Claus terjebak dengan para Royal Guard diluar sana? Jelas itu semakin memperburuk keadaan. Aku--

       ​"Tidak perlu buru-buru seperti itu, kan? Nona Arienna. Apa ada sesuatu yang Anda khawatirkan?"

Mulutku membisu. Kaki yang awalnya aku posisikan untuk bisa langsung berlari itu kembali ke posisi awalnya. Aku tidak bisa lepas darinya kalau seperti ini.

       ​"Selamat siang, Tuan Alexander. Saya tidak menyangka kalau bisa bertemu dengan Tuan ditempat ini."

       ​"Selamat siang, Nona Arienna. Aku pun demikian. Aku tidak menyangka kalau Nona selalu menghabiskan waktu diperpustakaan. Kalau aku bisa mengetahuinya lebih awal, pasti tidak akan sulit untuk mengajak Nona untuk bergabung pada acara minum teh siang." 

       ​"Maaf, saya merasa kurang cocok dalam pesta minum teh itu."

       ​"Kenapa tidak? Bukankah Anda adalah seorang pewaris Duke Berthold?"

Aku membisu sejenak dan mendengar suara detak jantungku yang semakin memburu seolah dikejar oleh sesuatu. "Mengenai itu, tidak ada orang yang tahu mengenai identitas saya di akademi ini."

       ​"Tapi, pewaris akademi dan Duke Rainsword tahu mengenai Anda."

       ​"Itu... mereka adalah orang yang telah banyak membantu saya hingga saya bisa berada disini."

Dia terkekeh singkat mendengar jawabanku dan kembali berkata, "Anda bisa menduduki posisi tertinggi itu. Apa Anda tidak tertarik untuk bisa duduk disana?" 

Jika pertanyaan yang diberikannya lari kearah sana, dia sudah masuk kedalam perpustakaan cukup lama dan mencuri isi renunganku yang melayang keluar dari mulutku. 

       ​"Saya tidak mengerti apa maksud dari ucapan Anda, Tuan Alexander."

       ​"Hm... kalau begitu biar aku ganti pertanyaannya."

       ​"Nona Arienna, apakah Anda tertarik untuk berdiri diposisi tertinggi itu?" tanya Putra Mahkota Alexander lagi.

       ​"Saya... tidak tertarik."

Ya, aku tidak tertarik. Sama halnya seperti jawaban yang aku berikan pada Claxiun dulu. Aku tidak tertarik untuk berdiri diposisi tertinggi itu.

       ​"Padahal, Anda bisa membalas dendam keluarga Anda jika berdiri disana."

Ucapannya langsung membuatku tersentak. Memang benar, aku bisa menggunakan kekuasaan itu membalaskan dendam keluargaku, tapi--

       ​"Jika Pangeran mengatakan itu sebagai seorang pewaris kerajaan. Saya ragu apakah Pangeran bisa memimpin kerajaan ini dengan benar."

Memang benar, aku bisa melakukan balas dendam dengan kekuasaan tanpa batas seperti itu. Ada banyak orang yang sangat menginginkannya, namun jalan yang menunggu mereka adalah jalan menuju kemustahilan. Namun, bukan itulah yang menjadi masalah bagiku. Kata-kata itu keluar dari mulut seorang pewaris, terlebih lagi dia adalah seorang pewaris kerajaan. Seorang pewaris kerajaan mengatakan bahwa aku bisa membalaskan dendamku pada keluarga kerajaan jika aku berdiri diposisi dengan kekuasaan tertinggi itu.

       ​"Dimana tanggungjawab Anda sebagai seorang pemimpin dalam memimpin kerajaan ini?" Dengan rasa muak, aku melempar habis semua peluru kritik yang jarang aku gunakan pada siapapun selain Adrian. 

Dia membisu kagum mendengar ucapanku. Sebagai seorang pewaris, aku rasa baru kali ini seorang Putra Mahkota mendapatkan kritik seperti ini. Sebagai seseorang yang di didik dalam lingkungan yang amat ketat, semua orang pasti yakin dia akan menjadi pemimpin yang baik. 

       ​"Kenapa Nona Arienna berpikir demikian?" tanyanya kembali. 

       ​"Kata dan kalimat akan mencerminkan seseorang. Seharusnya Anda menyadari hal itu."

Senyuman yang awalnya terlukis diwajah itu langsung berubah menjadi sebuah seringaian. Sosok yang saat ini ada dihadapanku tidak terlihat seperti seorang manusia. Dia bagaikan binatang buas yang tengah bersiap untuk menerkam mangsanya.

       ​"Hm... kau benar-benar keturunan seorang Berthold," bisiknya sambil bangkit dan melangkah mendekatiku. 

       ​"Apa maksud Anda?" tanyaku kemudian reflek berdiri dan menjaga jarak mundur menjauh darinya. 

Mulutnya membisu bersamaan dengan langkahnya yang semakin cepat mendekatiku. Pandanganku hanya bisa terfokus padanya. Jalan dibelakangku seperti ujung jurang yang tidak bisa aku lihat. Hingga akhirnya sebuah rak buku menjadi penghalangku untuk bergerak. 

Kedua tangannya dengan sigap menutup semua jalanku untuk lari. Tubuhnya terus mendekat menghilangkan jarak yang membatasi kami berdua. Aku bisa merasakan deru nafasnya menghembus helai rambutku. Tatapannya amat tajam hingga aku tenaga untuk bisa lari. 

       ​"Aku melihat berbagai macam jenis perempuan mendekatiku hanya karena aku seorang Putra Mahkota. Tapi, kau berbeda, Arienna."

Aku memilih diam dan menutup rapat-rapat mulutku. Tidak, seharusnya aku berteriak meminta pertolongan, namun, aku terlanjur mengunci kuat mulutku sendiri. Suara yang ingin aku teriakan malah tertahan dalam tenggorokanku. 

       ​"Kau tadi berkata 'Kata dan kalimat akan mencerminkan seseorang'. Ya, sesuai dengan yang kau katakan. Kata-kataku menggambarkan seperti apa diriku. Sama halnya seperti ucapanmu yang menggambarkan siapa dirimu." Dia terdiam sejenak dan menghirup udara cukup panjang seolah merasakan ada sesuatu dalam udara yang dihirupnya. 

       ​"Aku bisa merasakan keberadaan itu dalam dirimu, Arienna." 

Kalimat yang diucapkannya terasa ganjil. Seolah tengah mengarahkan pembicaraan ini pada sesuatu yang aku tidak ketahui. Dari sudut bibir ranumnya, aku bisa melihat darah segar mengalir keluar dari mulutnya.

       ​"Da.darah--"

Rasa amis. Aku pernah merasakan ini. Lima belas tahun yang lalu di malam penuh tragedi itu, rasa amis ini sudah bercampur kental dengan air mataku. Aroma yang amat khas ini tidak akan pernah bisa hilang dari dalam ingatan itu. Rasa amis itu perlahan menyebar dalam mulutku, lidahku, hingga mengalir kedalam kerongkonganku. Bibir yang terpaut pada bibirku ini adalah milik dari seorang Putra Mahkota. Rasa amis yang menyebar dalam mulutku ini adalah darah dari seorang Putra Mahkota. 

       ​"Arienna Vryl Qen Vyer La Berthold. Aku menjatuhkan pilihanku padamu. Ratusan tahun adalah waktu yang sangat lama. Namun, keberadaanmu telah menjadi jawaban yang jelas untukku." 

Senyuman kembali terlukis diwajahnya. Kali ini senyuman itu menggambarkan rasa bahagia dan ketenangan yang dia rasakan. Seolah baru saja menemukan kembali sesuatu yang hilang darinya, senyuman itu terlihat amat menyilaukan dimataku. 

       ​"Arienna Vryl Qen Vyer La Berthold. Kau milikku." 

Aku baru saja menginjakkan kakiku pada tanah yang seharusnya tidak pernah aku dekati.  

Waktu yang tersisa menjelang Debutante. Kurang dari tiga minggu. 

TBC

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • yurriansan

    kisah vampir degan bumbu romantika ya?
    suka. jd keinget vampir knight :D.
    aku tggu klnjutannya

    Comment on chapter 00. Prolog
Similar Tags
DELUSI
499      346     0     
Short Story
Seseorang yang dipertemukan karena sebuah kebetulan. Kebetulan yang tak masuk akal. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan ternyata kenyataan sungguh pahit untuk dirasakan.
Pilihan Terbaik
4074      1265     9     
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan. Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
Aku Sakit
4877      1252     30     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...
Titip Salam
2685      1123     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Mencari Virgo
440      305     2     
Short Story
Tentang zodiak, tentang cinta yang hilang, tentang seseorang yang ternyata tidak bisa untuk digapai.
Putaran Waktu
572      388     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...
My Doctor My Soulmate
50      46     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
REASON
8226      1883     10     
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya. Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
Mapel di Musim Gugur
404      283     0     
Short Story
Tidak ada yang berbeda dari musim gugur tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali senyuman terindah. Sebuah senyuman yang tidak mampu lagi kuraih.
RINAI : Cinta Pertama Terkubur Renjana
149      122     0     
Romance
Dia, hidup lagi? Mana mungkin manusia yang telah dijatuhi hukuman mati oleh dunia fana ini, kembali hidup? Bukan, dia bukan Renjana. Memang raga mereka sama, tapi jelas jiwa mereka berbeda. Dia Rembulan, sosok lelaki yang menghayutkan dunia dengan musik dan indah suaranya. Jadi, dia bukan Renjana Kenanga Matahari Senja yang Rinai kenal, seorang lelaki senja pecinta kanvas dengan sejuta war...