Kau membuatku keliru dengan diriku sendiri.
***
“Hari ini Mansa nggak masuk …,” gumam Azmariah lalu meletakkan kepalanya di atas meja.
“Kangen?” terka Nathira.
Azmariah mengingat kejadian di UKS tempo hari lalu membuat wajahnya merah. Jantungnya pun berdetak lebih cepat di banding biasanya. “Buat apa? Ogah.”
Nathira dan Amira hanya bisa saling pandang seraya menahan tawanya yang hampir meledak. Tak lama, Asya, Idelisa dan Septi datang ke kelas mereka.
Beberapa pasang mata menoleh karena kedatangan mereka. Septi membalas tatapan mereka dengan sinis hingga banyak yang memalingkan wajah karenanya.
“Kenapa?” tanya Asya berbisik ke Amira.
Amira hanya terkekeh pelan lalu menunjuk bangku Mansa dengan dagunya.
Idelisa dan Asya hanya mengangguk lalu menahan tawanya. Idelisa menepuk bahu Septi berkali-keli dengan pelan. Septi menghela napasnya dan tersenyum jahil.
“Mansa kemana, ya? Tumben nggak kelihatan,” ucapnya.
Azmariah mengangkat kepalanya dengan malas dan menatap Septi sinis. “Sakit,” ucapnya ketus.
“Tahu dari mana, Az?” tanya Idelisa yang masih berusaha menahan tawanya.
“Dari—“ ucapnnya terputus kembali mengingat kejadian memalukan itu. Ia berdeham dengan berusaha menahan panas di wajahnya. “Tahu aja,” lanjutnya salah tingkah.
“Gue ragu …,” gumam Asya lalu tersenyum. “Padahal, besok lusa masuk bulan Desember. Berarti, ujian akhir semester sekitar dua minggu lagi,” lanjutnya menerka-nerka.
“Iya, ada pengumumannya, kok,” ucap Amira lalu tersenyum.
“Pengumuman? Kelas gue belum.” Septi memicingkan matanya ke arah Amira.
“Kepotong istirahat,” balas Idelisa.
Septi hanya menghela napasnya lalu bermaksud keluar dari kelas Azmariah. Namun, ia kembali lagi karena lupa ingin menyampaikan sesuatu.
“Az, dipanggil Bu Mun tadi,” ucapnya lalu kembali keluar kelas Azmariah.
Azmariah bangun dari posisi tidurnya dan pergi ke ruang guru tanpa menoleh ke teman-temannya yang masih berdiri di dekat mejanya.
Nathira hanya memandang kepergian Azmariah dengan tatapan datar. Amira dan Asya masih beusaha menahan tawanya.
Helaan napas keluar dari mulut Azmariah selama berjalan. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan dibicarakan oleh pembina OSIS-nya itu. Azmariah sudah memikirkan sesuatu yang aneh-aneh menurutnya.
Saat sampai di depan ruang guru, ia menghela napasnya lagi. Tangan kanannya memegang knop pintu dan siap membukanya. Namun, ia mendengar suara yang tidak asing memanggil namanya.
Ia menoleh ke sumber suara yang nyatanya idak ada orang di sana. Tatapannya berubah menjadi nanar. “Cuma halusinasi, ya?” gumamnya.
***
“Laporan numpuk, sekarang kamu pelajaran siapa?” tanya Bu Muntianah ke Azmariah.
“Sekarang pelajaran Pak Hendri,” jawab Azmariah lalu mengerjapkan matanya.
“Wah, kebetulan, Pak Hendri lagi nggak masuk. Bantu Ibu, ya?”
Azmariah hanya mengangguk kaku lalu menerima beberapa bundle proposal beserta dengan laporan pertanggungjawaban yang diberikan gurunya itu.
“Di ruang wakasek, aja, ya?”
Mereka berjalan ke ruang wakil kepala sekolah yang cukup luas dan sepi. Di sana hanya terdapat sebuah lemari, seperangkat computer, meja dan beberapa sofa untuk duduk. Di ujung ruangan terdapat sebuah kamar mandi.
Azmariah duduk di salah satu sofa dan meletakkan barang yang dia bawa ke atas meja. Ia merenggangkan tubuhnya sebentar dan menerima buku besar dari Pembina OSIS-nya.
“Coba disamakan dengan yang ada di buku,” ucap Bu Muntianah.
“Tumben, Bu?”
“Apanya?”
“Biasanya bilang, ‘samain’ bukan ‘samakan’,” ucap Azmariah lalu terkekeh.
“Pak Subadir bilang, jangan pakai imbuhan in,” balas Bu Muntianah ikut terkekeh.
Azmariah hanya mengangguk masih dengan terkekeh. Lalu berusaha fokus untuk mencari tanggal yang sama sesuai dan tidak sesuainya laporan yang diberikan.
Karena asik dengan tumpukan itu, mereka berdua tidak sadar hampir masuk waktu malam. Bu Muntianah menerima telepon dari suaminya yang sudah menunggu di depan sekolah.
Azmariah masih asik dengan tumpukan kertas itu hingga hampir selesai, namun Bu Muntianah sendiri mengajaknya untuk selesai.
“Azmariah ikut Ibu, ya?”
“Ke mana, Bu?” Azmariah menyiritkan dahi tanda bingung.
“Ke rumah, sekalian selesaiin ini.”
@yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
Comment on chapter 03. Pulang BarengAku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
Oke kak,^^