Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delapan Belas Derajat
MENU
About Us  

Waktu dan ucapan, tidak bisa ditarik.

……

“Permisi, Kak. Kak Firman ada?” tanya Azmariah kepada salah satu kakak kelas di depan 12 IPA 1.

“Ada, sebentar, Dek. Dipanggil dulu,” jawab kakak kelas itu dan diangguki Azmariah.

Azmariah pikir, kakak kelas itu akan masuk ke dalam kelasnya dan memanggil Firman dengan pelan. Ternyata tidak.

“FIRMAN! ADA YANG NYARIIN!!!”

Suara nyaringnya masuk ke dalam telinga Azmariah hingga membuat kupingnya berdengung. Dari name tag kakak kelas tersebut, Azmariah tahu siapa namanya.

Saat Firman keluar, dia sedikit mengeluh karena suara teman satu kelasnnya itu. Namun, dia tersenyum ramah saat melihat Azmariah di depan pintu kelasnya. Wajahnya yang sedikit kusut membuat Azmariah berpikir, Firman baru saja bangun dari tidurnya.

“Kenapa, Az?” tanya Firman seraya membenarkan kacamatanya.

“Dipanggil Pak Junaedi,” jawab Azmariah.

“Cuma saya doang?”

“Sama saya juga, Kak.”

Firman mengangguk lalu mengajak Azmariah untuk pergi ke tempat guru PKN mereka berada. Mereka sedikit membicarakan tentang pendaftaran OSIS yang baru. Walaupun begitu, Azmariah sempat berpikir untuk tidak mengikuti OSIS lagi.

Tapi, bujukan Firman berhasil membuat Azmariah kembali ingin mengikuti OSIS lagi. Azmariah juga bercerita tentang Adonis yang tidak melanjutkan OSIS lagi.

“Sayang banget, padahal Adonis mau saya jadiin kandidat ketua,” ucap Firman.

“Eh? Serius, Kak?”

Firman mengangguk antusias. “Selain dia, Yutha sama Dean.”

“Mereka emang rada-rada,” gumam Azmariah.

“Rada-rada?”

“Iya, rada-rada gak jelas, gak pernah pisah, galak, bawel. Tapi waktu mimpin, mereka keren,” jelas Azmariah lalu tersenyum.

“Masa, sih? saya gak merhatiin sampai segitunya,” gumam Firman.

Azmariah terkekeh mendengar gumaman Firman. “Wajar, Kak. Saya, kan, satu angkatan sama mereka. Hatam sama tingkah ajaib mereka,” ucap Azmariah.

Seusai pembicaraan itu, mereka sampai ke depan ruang guru. Firman mengetuknya dan membuka pintu itu dengan lembut. Mata Azmariah tidak sengaja bertemu dengan mata Mansa yang sedang berdiri tepat di meja Bu Muntianah.

Azmariah mengalihkan pandangannya dan mengikuti Firman menghampiri Pak Junaedi.

Mata Mansa masih memperhatikan gerak-gerik Azmariah tanpa gadis itu sadari. Bahkan, ibunya yang sedang bicara tidak dia dengarkan.

“Abang? Denger gak, sih?” ucap ibunya.

“Eh? Apaan, Mah?”

Ibunya hanya menghela napas dengan pelan saat melihat kelakuan anaknya yang ajaib ini.

“Hari ini sampai minggu depan, Mamah gak ada di rumah, Papah baru pulang bulan depan, Fansa ada kegiatan di Jakarta 4 hari, kamu tinggal sendiri gak apa-apa?”

“Gak apa-apa, Mah,” jawab Mansa dengan wajah polosnya.

“Kalau ada apa-apa, langsung telepon Mamah, ya?”

Mansa hanya tersenyum ke arah ibunya yang sangat menghawatirkannya. “Iya, Mah,” jawabnya.

“Atau, ajak teman kamu main ke rumah, Bang.”

“Enggak usah, Mah.”

Ibu Mansa sangat khawatir dengannya. Karena penyakit Mansa, ibunya sangat berhati-hati. Dia tidak mau Mansa cepat meninggalkannya.

Mati itu pasti. Tapi, kita memiliki cara untuk menunda kematian. Itu yang dipercaya oleh ibunya.

Setidaknya, janganlah mati dalam keadaan sakit. Walaupun kemungkinan Mansa akan meninggalkan mereka karena sakit, percaya atau tidak.

“Udah, Mah?” tanya Mansa.

Ibunya hanya mengangguk. Mansa pergi keluar ruang guru dan berencana kembali ke kelasnya.

Namun, saat dia baru melangkahkan kakinya, suara yang tidak asing di telinganya memanggil namanya.

“Mansa!”

Suara merdu yang lebih pantas digunakan untuk bernyanyi. Suara merdu yang bisa membuat telinganya melenyapkan semua suara.

“Apa?”

“Ke kelas, kan?” tanya Azmariah dan diangguki Mansa. “Bareng!” lanjutnya.

“Lah, itu Kak Firman?”

“Mau ke kantin dia,” jawab Azmariah.

Saat perjalanan, tali sepatu Azmariah lepas. Dia memberikan ponselnya ke Mansa dan mengikat tali sepatu.

Ponsel itu bergetar dan menampilkan pesan beserta pengirimnya.

Mansa menyiritkan dahinya lalu memberikan ponselnya ke Azmariah yang sudah berdiri. Selisih 10 cm mereka membuat Azmariah sedikit mendongak untuk menatap mata Mansa.

Azmariah membuka layar ponselnya. Matanya membelalak melihat yang ada di notifikasinya itu.

“Sa … lo gak baca, kan?”

Mansa hanya menoleh ke Azmariah. Dia membuka mulutnya dengan tatapan datar.

“Baca.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kairadish

    @yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
    Aku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
    Oke kak,^^

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • yurriansan

    nama tokohmu unik2, Mansa Garem, wkkwkwk. masih nunggu lanjutannya.
    kamu juga boleh kasih kritik da saran ke tulisanku kalau mau

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • kairadish

    @rara_el_hasan makasih banyak kak, sudah mampir^^

    Comment on chapter Prologue
  • rara_el_hasan

    diksinya asyik .... baru baca dua part langsung nagih

    Comment on chapter Prologue
Similar Tags
If Only
346      221     9     
Short Story
Radit dan Kyra sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Hingga suatu hari mereka bertengkar hebat dan berpisah, hanya karena sebuah salah paham yang disebabkan oleh pihak ketiga, yang ingin menghancurkan hubungan mereka. Masih adakah waktu bagi mereka untuk memperbaiki semuanya? Atau semua sudah terlambat dan hanya bisa bermimpi, "seandainya waktu dapat diputar kembali".
Menghukum Hati
423      248     0     
Romance
Apa jadinya jika cinta dan benci tidak bisa lagi dibedakan? Kau akan tertipu jika salah menanggapi perlakuannya sebagai perhatian padahal itu jebakan. ???? Ezla atau Aster? Pilih di mana tempatmu berpihak.
Cinta Sebatas Doa
591      414     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
SWEET BLOOD
0      0     0     
Fantasy
Ketika mendengar kata 'manis', apa yang kau pikirkan? "Menghirup aromanya." Lalu, ketika mendengar kata 'darah yang manis', apa yang kau pikirkan? "Menikmati rasanya." Dan ketika melihat seseorang yang memiliki 'bau darah yang manis', apa yang kau pikirkan? "Mendekatinya dan menghisap darahnya."
Telat Peka
1279      588     3     
Humor
"Mungkin butuh gue pergi dulu, baru lo bisa PEKA!" . . . * * * . Bukan salahnya mencintai seseorang yang terlambat menerima kode dan berakhir dengan pukulan bertubi pada tulang kering orang tersebut. . Ada cara menyayangi yang sederhana . Namun, ada juga cara menyakiti yang amat lebih sederhana . Bagi Kara, Azkar adalah Buminya. Seseorang yang ingin dia jaga dan berikan keha...
Bulan
721      422     5     
Short Story
Ketika Bulan mengejar Bintangnya kembali
AVATAR
7580      2162     17     
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
The Diary : You Are My Activist
13984      2385     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
Dira dan Aga
519      353     3     
Short Story
cerita ini mengisahkan tentang perjalanan cinta Dira
Without Guileless
1075      622     1     
Mystery
Malam itu ada sebuah kasus yang menghebohkan warga setempat, polisi cepat-cepat mengevakuasi namun, pelaku tidak ditemukan. Note : Kita tidak akan tahu, jati diri seseorang hingga kita menjalin hubungan dengan orang itu. Baik sebuah hubungan yang tidak penting hingga hubungan yang serius