Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delapan Belas Derajat
MENU
About Us  

Kalau kau butuh alasan, aku membutuhkan dirimu.

……

“Lo abis ngapain sama Mansa kemarin, Az?” tanya Septi.

“Gak ada,” jawab Azmariah lalu memakan mie ayam yang dia pesan tadi.

“Masa?”

Azmariah hanya mengangguk. Dia memperhatikan Asya yang asik menoleh ke arah lain.

“Sya, lo kenapa?” tanya Azmariah.

“Hm? Enggak apa-apa, kok. Kenapa?”

“Enggak.”

Mata mereka semua tertuju ke tempat penjualan telur gulung. Makanan terenak di kantin sekolah mereka. Entah apa yang membuat telur gulung itu berbeda dengan telur gulung lainnya.

Namun, alasan Azmariah menatap kea rah sana bukan karena telur gulung itu. Melainkan Mansa yang sedang bersama dengan Malik dan Adonis.

Mansa yang merasa diperhatikan menoleh ke Azmariah. Mata mereka sempat bertemu beberapa detik. Azmariah memalingkan wajahnya lebih dulu dibandingkan dengan Mansa.

“Az?” panggil Septi.

Azmariah menoleh seraya menaikkan kedua alisnya.

“Mansa?”

“Kenapa sama dia?”

“Lo tahu? Mansa anaknya siapa?” tanya Asya.

“Anak Mama-Papanya lah,” jawab Azmariah ala kadarnya.

“Az, dia itu anak guru di sini,” ucap Septi.

“Siapa?”

“Bu Muntianah,” jawab Idelisa.

Azmariah hanya membuka mulutnya lalu mengerjapkan kedua matanya. Seorang Mansa adalah anak dari guru matematika mereka? Sekaligus Pembina OSIS sekolah ini? Azmariah tidak bisa berkata apapun.

“Kan, langsung diam,” gumam Idelisa.

“Bohong, kan?”

“Ngapain bohong?” ucap Asya.

Septi menghela napasnya sejenak. “Makanya, kalau lo penasaran sama Mansa, tanya Bu Mun aja langsung,” ujarnya.

“Hebat …,” gumamnya takjub.

“Yang anak OSIS siapa, yang tahu siapa,” cicit Idelisa.

“Waktu itu Bu Mun sempat singgung masalah anaknya, sih … gue gak nyangka aja kalau itu Mansa,” ucap Azmariah.

“Lo gakpapa, Sya?” tanya Septi.

Asya mengalihkan pandangannya yang kembali ke penjual telur gulung tadi. “Apanya?”

“Diam aja dari tadi.” Septi menoleh ke penjual telur guung yang lumayang ramai di sana. Dia berdiri dan menghampiri penjual itu.

“Kumat, tuh, mau makan telur gulung,” gumam Azmariah.

“Mar?”

Azmariah menoleh ke sumber suara yang tepat di belakangnya. Dia melihat Mansa dengan tatapan datar lalu kembali melihat mangkuk mie ayam yang tersisa sedikit.

Mansa mengambil minuman botol yang ada di samping mangkuk. Tak lain, itu adalah minum Azmariah.

“Sa!” seru Azmariah dan kembali menoleh ke Mansa.

“Kan, noleh,” ucap Mansa

“Apa, sih?”

“Ada yang mau gue omongin.”

Azmariah berdiri dari duduknya. Dia berpamitan dengan Asya dan Idelisa sebentar dan mengikuti Mansa.

Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam, walaupun Mansa berdeham berkali-kali. Azmariah sadar kode dari Mansa, tapi gadis itu tidak mempedulikannya.

Hingga mereka sampai ke anak tangga terakhir. Pintu yang ada di sana dibuka oleh Mnasa. Sinar matahari di siang hari cukup terang membuat Mansa maupun Azmariah menyipitkan matanya.

“Lo mau ngomong apa, Sa? Kenapa ngajak gue ke atap sekolah?”

Mansa hanya diam dan keluar lewat pintu itu. Dia menolwh Azmariah yang masih berdiri di 3 anak tangka terakhir.

“Sini. Lo gak tahu tempat terbaik sekolah, kan?”

Azmariah menyiritkan dahinya dan mengerucutkan bibirnya. “Sok tahu.”

“Lo mainnya di ruang OSIS terus, makanya lo gak tahu,” ucap Mansa enteng.

Azmariah menginjakkan kakinya ke tempat terbuka di sekolahnya itu.

Awalnya, atap sekolah ini ingin dijadikan ruangan lagi. Untuk tempat ekstrakurikuler yang baru. Tapi, karena beberapa alasan, atap ini dibiarkan seperti ini.

Tidak banyak murid yang suka datang ke sini. Selain angin yang cukup kuat, sekitaran atap tidak diberi pagar. Banyak yang takut terjatuh atau terpeleset di pinggiran atap.

“Sini,” ajak Mansa.

Mansa duduk di pinggir atap yang langsung menghadap lapangan sekolahnya. Beberapa murid yang sedang bermain bola terlihat dari sini.

Azmariah duduk di sebelahnya dengan takut. Mansa memegang tangan Azmariah untuk membantunya duduk. Saat Azmariah duduk, Mansa tidak melepas tangannya, melainkan tetap menggenggam tangan Azmariah dalam diam.

“Tempat ini … jangan pernah dilupain, Mar,” ucap Mansa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kairadish

    @yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
    Aku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
    Oke kak,^^

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • yurriansan

    nama tokohmu unik2, Mansa Garem, wkkwkwk. masih nunggu lanjutannya.
    kamu juga boleh kasih kritik da saran ke tulisanku kalau mau

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • kairadish

    @rara_el_hasan makasih banyak kak, sudah mampir^^

    Comment on chapter Prologue
  • rara_el_hasan

    diksinya asyik .... baru baca dua part langsung nagih

    Comment on chapter Prologue
Similar Tags
MONSTER
6004      1662     2     
Romance
Bagi seorang William Anantha yang selalu haus perhatian, perempuan buta seperti Gressy adalah tangga yang paling ampuh untuk membuat namanya melambung. Berbagai pujian datang menghiasi namanya begitu ia mengumumkan kabar hubungannya dengan Gressy. Tapi sayangnya William tak sadar si buta itu perlahan-lahan mengikatnya dalam kilat manik abu-abunya. Terlalu dalam, hingga William menghalalkan segala...
Dialog Hujan
538      384     3     
Short Story
Tak peduli orang-orang di sekitarku merutuki kedatanganmu, aku akan tetap tersenyum malu-malu. Karena kau datang untuk menemaniku, untuk menenangkanku, untuk menyejukkanku. Aku selalu bersyukur akan kedatanganmu, karena kau akan selalu memelukku di dalam sepiku, karena kau selalu bernyanyi indah bersama rumput-rumput yang basah untukku, karena kau selalu menyebunyikan tangisku di balik basahmu.
Reality Record
2804      963     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
Mawar Milik Siska
520      281     2     
Short Story
Bulan masih Januari saat ada pesan masuk di sosial media Siska. Happy valentine's day, Siska! Siska pikir mungkin orang aneh, atau temannya yang iseng, sebelum serangkaian teror datang menghantui Siska. Sebuah teror yang berasal dari masa lalu.
L.o.L : Lab of Love
3046      1096     10     
Fan Fiction
Kim Ji Yeon, seorang mahasiswi semester empat jurusan film dan animasi, disibukan dengan tugas perkuliahan yang tak ada habisnya. Terlebih dengan statusnya sebagai penerima beasiswa, Ji Yeon harus berusaha mempertahankan prestasi akademisnya. Hingga suatu hari, sebuah coretan iseng yang dibuatnya saat jenuh ketika mengerjakan tugas di lab film, menjadi awal dari sebuah kisah baru yang tidak pe...
Perempuan Beracun
51      48     5     
Inspirational
Racuni diri sendiri dengan membawanya di kota lalu tersesat? Pulang-pulang melihat mayat yang memilukan milik si ayah. Berada di semester lima, mengikuti program kampus, mencoba kesuksesan dibagian menulis lalu gagal. Semua tertawa Semua meludah Tapi jika satu langkah tidak dilangkahinya, maka benar dia adalah perempuan beracun. _________
Malu malu cinta diam diam
492      358     0     
Short Story
Melihatmu dari jauhpun sudah membuatku puas. karena aku menyukaimu dalam diam dan mencintaimu dalam doaku
Kala Senja
33634      4772     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...
Rindumu Terbalas, Aisha
523      363     0     
Short Story
Bulan menggantung pada malam yang tak pernah sama. Dihiasi tempelan gemerlap bintang. Harusnya Aisha terus melukis rindu untuk yang dirindunya. Tapi kenapa Aisha terdiam, menutup gerbang kelopak matanya. Air mata Aisha mengerahkan pasukan untuk mendobrak gerbang kelopak mata.
Aku Biru dan Kamu Abu
707      408     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?