Sebuah surat kecil yang tertulis di atas angin. Bersama hinggap berbeda dahan.
……
“Idelisa … peringkat gue ….”
Dua gadis itu sedang menatap madding sekolah yang memaparkan peringkat pararel 10 besar. Salah satu dari mereka, membulatkan mata karena terkejut.
“Setidaknya peringkat kamu masih 5 besar,” ucap temannya menengkan.
“Bukan itu … kalau Onida yang ngalahin, gue masih terima ….”
Temannya hanya menghela napas lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
“Mansa Bhamakerti Dereen …,” gumam gadis itu. “Hebatnya, kita sekelas, sama-sama IPS 1,” lanjutnya lalu menyeringai.
“Kamu gak mikir buat balas dendam, kan, Az?”
“Of course, no!” jawabnya lalu tertawa.
Kok ragu, ya? batin Idelisa.
Onida Rahmayanti : 1278
Mansa Bhamakerti Dareen : 1268
Azmariah Ramsha Karina : 1267
Dia menghela napas lalu pergi meninggalkan madding sekolah sekaligus menelusuri kelas barunya. Senyuman manis terukir di wajahnya. Bahkan, temannya sudah tidak bisa menahan untuk berhenti melakukan hal aneh yang dia pikirkan.
Mereka berdua menjelajahi koridor kelas 11 dan melihat nama-nama yang tertera di sana. Selain melihat kelas serta nama-nama teman baru mereka, gadis itu juga berencana mencari murid yang bernama ‘Mansa’.
“Idelisa IPA 3, ya? Koridor kita pisah,” ucap gadis itu saat melihat daftar nama di kelas IPA 3.
“Iya, Azmariah. Kamu jangan buat yang aneh-aneh, loh!” ucap Idelisa mengingatkan temannya.
“Kenapa selalu prasangka buruk sama gue, Lis?”
“Kamu itu, gak ada baiknya di depan aku,” jawab Idelisa tak acuh.
“Jahatnya …,” gumam Azmariah masih melihat daftar nama kelas 11 IPA 3. “Wah, ada Adonis di sini!” serunya bahagia.
“Lalu?” tanya Idelisa.
Azmariah memutar bola matanya kesal, “Adonis anak OSIS, yang suka gue ceritain, ingat?”
Idelisa hanya mengangguk lalu berjalan mendahului Azmariah. “Dia sebaik yang kamu ceritakan?” tanyanya.
“Hm … mungkin? Coba nilai sendiri,” jawab Azmariah lalu berjalan sedikit lebih cepat agar bisa beriringan dengan Idelisa.
“Ada Sesya di sana,” gumam Idelisa yang dapat didengar Azmariah.
“Iya, kalau ada apa-apa bilang aja, kelas dia kepisah sama Elina untungnya,” ucap Azmariah.
Idelisa hanya mengangguk dan tersenyum. Azmariah membalas senyumannya. Mereka berjalan melewati setiap kelas hingga sampai ke kantin.
Kantin terasa sepi, mungkin karena belum jadwal masuk sekolah. Hari ini hanya mengembalikan rapor serta pembagian kelas baru. Dan tentunya anak-anak OSIS akan mengadakan rapat untuk masa pengenalan lingkungan sekolah. Begitu juga dengan beberapa ekstrakurikuler di sekolahnya.
Azmariah adalah salah satu anggota OSIS, sedangkan Idelisa adalah salah satu anggota jurnalistik. Mereka sama-sama memiliki jadwal untuk rapat. Dan sekaligus untuk melihat nama-nama mereka.
“Lis, gue ke ruang OSIS, ya?”
“Pergi aja, aku juga mau ke ruang jurnalistik, kok.”
“Ngusir,” cicit Azmariah dengan wajah yang terlihat mengambek.
“Bercanda, kok …,” ucap Idelisa seraya terkekeh.
Azmariah dan Idelisa berpisah seusai ke kantin untuk membeli minum. Mereka saling melambaikan tangan sebelum benar-benar berpisah.
Dia memilih menyeberangi lapangan sekolah agar cepat sampai ke ruang OSIS yang letaknya di gedung sebelah, bersebelahan dengan ruang guru dan tata usaha.
“Azmariah!”
Suara yang selalu membuatnya tersenyum setiap hari. Azmariah mendekati pemilik suara itu dengan cepat.
“Apa, Kar?” tanya Azmariah seraya tersenyum manis.
Myranda hanya terkekeh mendengar jawaban Azmariah dan senyumnya. “Kenapa tiba-tiba manggil pakai ‘Karina’?” tanyanya.
“Karena nama kita kembar!” jawab Azmariah lalu tertawa keras.
“Az, jangan kencang-kencang ketawanya,” ujar Myranda lalu tersenyum.
Suara merdunya digunakan untuk bernyanyi saat berjalan. Namun, dia berjalan dengan senang hingga tak sadar ada yang memperhatikannya dari jauh.
“Azmariah Ramsha Karina,” gumam orang itu.
@yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
Comment on chapter 03. Pulang BarengAku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
Oke kak,^^