Sesaat tangan kirinya terkepal dan mulutnya membisu. Mendengar seseorang yang berbicara lewat sambungan telepon yang sejak tadi menempel ditelinganya, matanya membulat seketika. Dari pelupuk matanya, air bening itu keluar dari sudut hingga membentuk genangan sungai dipipinya. Kalau saja ia tidak langsung menarik gagangnya kembali, mungkin benda itu sudah terkulai mengudara disamping kakinya. Dunianya terhenti sesaat, tapi kesadarannya kembali saat seseorang menyerukan namanya.
Bagaimanapun caranya ia harus kembali !
Dia buru-buru berlari di antara debu-debu yang beterbangan dan terik yang panas. Mobil jip yang tiba-tiba muncul dari arah berseberangan dan berisi lima orang yang berpakaian tentara itu membuat ia sedikit lega. Tapi lencana yang mereka kenakan menunjukkan bahwa pangkat ke-lima orang itu lebih tinggi darinya.
Dia memutuskan untuk berhenti.
Teriakan kolonel yang tidak setuju dengan keputusannya itu mengikuti udara yang diam-diam lewat di sekitar mereka. Wakil kolonel tetap menenangkan dan berbicara pelan-pelan dengannya, agar tidak mengambil keputusan yang buru-buru seperti itu. Sama sekali tidak sesuai dengan kepribadiannya. Seorang tentara yang gagah berani, disiplin penuh, dan tangguh, semua orang di divisinya mengagumi dirinya, tapi kenapa dia memutuskan untuk berhenti dari kemiliteran?
Kenapa harus buru-buru begitu? Dia pasti sedang kebingungan. Padahal, militer adalah salah satu hidupnya, melindungi negara adalah cita-citanya. Karena militer berhasil membuat orang itu bangga padanya. Tidak. Tapi tidak sekarang. Orang itu sudah tiada, dan tidak ada lagi yang memberikan motivasi untuknya selama mereka berjauhan.
Padahal, padahal... ah, dia benar-benar diterkam oleh nasib buruk, seharusnya ia berada disana agar ia bisa mengawasi dan menjaga orang itu. Tapi itu adalah takdir, dan Tuhan lebih memilih untuk mendatangkan takdir buruk itu saat mereka tengah berjauhan.
Tekadnya sudah bulat, dia kembali ke pangkalan militer dan melepas lencananya. Menyampirkan ransel dan meninggalkan semua kawan-kawan yang memberikan penghormatan atas kepergiannya. Termasuk kolonel yang sampai detik ini tidak mengikhlaskannya meninggalkan kemiliteran.