Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love or Friendship ?
MENU
About Us  

Mutia. Cewe berambut panjang yang selalu diikat seperti kuncir kuda itu kini tepat berada di hadapan gue. Entah sejak kapan dia ada di sini. Gue ga sadar. Mungkin karena sedari tadi, gue terlalu fokus sama games android yang hampir membuat gue frustasi ini.

“Ada apa? Lo udah buat keputusan?”Gue mendahului pembicaraan karena gue tau maksud kedatangan Mutia sekarang.

“Hm”Angguknya.

 Gue menatap wajah Mutia sejenak. Sekalipun anggukannya mantap, gue masih bisa melihat keraguan di matanya. Gue tau ini adalah pilihan yang sulit. Tapi dia harus memutuskan. Siapa yang paling layak diantara gue dan Nino. Siapa yang paling pantas dipilihnya.

“Jadi?”Gue menaikkan bahu. Apa keputusan lo?

Mutia mengeluarkan sesuatu dari tas gendong ungunya, lalu menyodorkan benda itu pada gue.

Bingo, gue yang menang. Gue merasakan lengkungan bibir gue.

“Dateng! Awas kalo lo ga dateng”Nada bicaranya agak mengancam, tapi tetap terdengar lucu di telinga gue.

Gue mengambil tiket itu dengan sangat gembira. “Pasti dong” Jawab gue tanpa ragu.

Thanks udah milih gue, Mut

“Oh satu lagi” Kali ini suara Mutia agak mengecil. “lo jangan dulu kasi tau Nino soal ini. Kasian dia. Gue gamau dia marah. Dan gue gamau hal sepele kayak gini ngehancurin persahabatan kita”

Gue tersenyum lebar sambil mencoba memainkan kuncirnya “Iya bawel. Gue ngerti. Eh, tapi... Kalo Nino nanyain, lo mau jawab apa?”

“Hm.. gue bakal bilang kalo tiketnya udah gue kasiin ke adek gue sama pacarnya” Mutia menghela nafasnya “semoga Nino ga curiga sama kebohongan ini”

“Amin”Sahut gue segera dan kembali memandangi tiket nonton film spiderman yang diberikan Mutia.

“Yaudah. Ayok pulang! Nino udah nungguin di depan daritadi” Mutia menutup kembali resleting tasnya, lalu berbalik, dan berjalan keluar dari kelas. Gue menyusulnya di belakang sambil terus-terusan bergumam atas kemanangan gue dari Nino.

Yes! Mutia ternyata milih gue, No. Lagi-lagi gue tersenyum, karena terlalu bahagia.

                                                                                                      ***

“Udah ada kabar dari Mutia?”

Pertanyaan Nino membuat gue teringat kembali akan kejadian di sekolah tadi. Di mana seorang Mutia memilih gue sebagai pasangannya untuk nonton film spiderman, bukan Nino.

“Belum”Sahut gue sambil menaikkan bahu. Ya. Gue tau kalo gue bohong. Tapi ini perintah Mutia. Gue gamau membuat Mutia kecewa karena gue telah melanggar janji.

“Tuh cewek bener-bener susah diprediksi. Jangan-jangan dia ga akan ngasihin tiket itu ke salah satu dari kita”

Merasa tidak terima dengan pernyataan Nino, gue akhirnya berkomentar.“Emang ke siapa lagi dia mau ngasih?”. “Kan cuma kita berdua yang bantuin dia menangin lomba kuis berhadiah tiket nonton itu. Dia bukan tipe orang yang gatau diri kayak lo” Gue menunjuk hidung Nino.

“Sembarangan terus lo kalo ngomong!”Elak Nino karena tidak terima dengan pernyataan gue yang terakhir.

Gue terkekeh sambil menepuk bahunya “Gue becanda sob”

Disaat kayak gini, gue ngerasa ga ada pertarungan apapun diantara gue dengan Nino. Yang gue rasain hanya kehangatan persahabatan. Rasanya gue enggak rela kehangatan persahabatan ini harus ternodai dengan adanya perasaan cinta. Tapi sayang, semuanya udah terlanjur. Gue udah jatuh cinta pada cewek yang beranama Mutia Pratiwi. Yang tidak lain adalah sahabat gue sendiri. Begitupun dengan Nino, yang juga ternyata sudah memendam perasaan pada Mutia sejak lama.

Kami bahkan pernah berkelahi satu sama lain ketika gue berkata jujur pada Nino mengenai perasaan gue pada Mutia. Nino bilang ga boleh ada perasaan cinta dalam sebuah persahabatan yang udah lama dirajut.  Sayangnya nasihat Nino cuma omong kosong ketika suatu hari gue memergoki Nino memasukan surat ke loker Mutia. Ternyata Nino adalah penggemar rahasia Mutia yang lebih dulu mempunyai perasaan pada Mutia. Dan tak lama setelah kejadian itu terbongkar, kami berkelahi kembali untuk yang kedua kalinya.

Tapi akhirnya kami menyadari, betapa bodohnya perkelahian itu. Perkelahian antara dua sahabat yang memperebutkan cinta seorang cewek tomboy yang bahkan belum tentu memiliki perasaan yang sama.

Gue dan Nino pun saling mengibarkan berdera putih.

Mulanya gue mengira perasaan ini akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Namun ternyata kenyataan malah berbanding terbalik dengan pengharapan gue. Semakin hari gue semakin ingin bareng dengan Mutia. Gue semakin ingin menjaganya. Gue semakin terjatuh pada perasaan gue.

Sialnya, Nino juga ngerasain hal yang sama persis seperti yang gue rasain. Dia bahkan bilang kalo dia stress mikirin perasaan dia pada Mutia. Dia juga pernah bilang kalo dia ingin pindah sekolah demi menghilangkan perasaannya itu. Tapi gue melarangnya. Gue melarangnya untuk pindah sekolah karena gue gamau persahabatan kami retak. Gue juga takut Mutia akan sedih jika Nino harus pindah sekolah.

Dan kali ini gue yang menasihati Nino dengan berkata bahwa persahabatan yang sudah lama dirajut ini tidak boleh dibiarkan retak hanya karena perasaan cinta.

Akhirnya gue dan Nino membuat sebuah pertarungan untuk memperebutkan Mutia kembali. Namun kali ini pertarungan yang kami buat adalah pertarungan yang sangat sehat. Kami bertarung untuk membuat Mutia jatuh cinta pada salah satu dari kami. Dan siapa yang mendapatkan hati Mutia, dialah yang boleh jadi pacar Mutia. Dalam pertarungan ini kami juga menetapkan peraturan ‘tidak boleh melukai satu sama lain’. Dan gue rasa pertarungan ini sangat cocok untuk kami.

“Tapi.. apa lo pikir Mutia bener-bener udah jatuh cinta sama salah satu dari kita?”Tanya Nino lagi. Kali ini nada bicaranya terdengar agak khawatir.

Gue mengangkat bahu. “Tapi lo liat ‘kan tweet nya yang kemaren? Gue rasa dia mulai jatuh cinta sama salah satu dari kita”

Kemaren. Gue dan Nino dihebohkan oleh Mutia yang menulis ‘love and friendship? What will you choose?’ di akun twitternya. Karena itulah kami menyimpulkan bahwa Mutia sedang jatuh cinta. Dan yang kami yakini, dia jatuh cinta pada salah satu sahabatnya, yang tidak lain adalah gue dan Nino.

Setelah kejadian Mutia memberikan tiket nonton itu pada gue, gue tau siapa orang yang udah berhasil membuat Mutia jatuh cinta.

Orang itu adalah gue.

                                                                                              ****

Gue udah menunggu di luar bioskop. Menunggu kedatangan cewek yang sangat gue tunggu-tunggu kehadirannya, yaitu Mutia. Hari ini adalah hari dimana gue akan menyatakan perasaan gue pada Mutia. Gue akan berkata jujur tentang perasaan gue pada Mutia selama ini. Dan gue berharap Mutia akan mengerti dengan perasaan gue. Gue udah menyiapkan setangkai bunga mawar biru kesukaan Mutia dan sekotak coklat yang nantinya akan menjadi sedikit bukti nyata dari perasaan gue.

Tapi dimana cewek itu? Kenapa dia belum datang juga? Padahal film yang akan kami tonton tak lama lagi akan dimulai. Lantas gue mengambil ponsel dari saku celana jeans. Dan menekan bebrapa tombol di layar ponsel. Tak lama, seorang cewek di seberang sana menjawab.

“Halo?”Mutia mengangkat panggilan gue.

“Lo dimana? Jadi kagak nontonnya?”Tanya gue dengan nada agak kesal.

“Jadi kok. Gue kejebak macet nih”Jawab Mutia.

“Filmnya udah mau mulai”Sambung gue

“Aduh.. gimana nih? Yaudah. Lo masuk aja duluan. Di tiket ada nomer kursinya kan?”

“Ada. G-15 sama G-16”Jawab gue singkat.

“Lo masuk duluan aja! Nanti gue nyusul masuk. Gue sekarang mau cari ojek dulu. Kalo ngangkot nanti gue malah dateng pas filmnya udah kelar”

“Iya...Iya.. cepetan”Ucap gue yang lalu menutup panggilan. Bersamaan dengan itu, Film akan diputar 5 menit lagi. Gue pun memutuskan untuk masuk ke dalam bioskop sambil menunggu kedatangan Mutia.

Sudah sekitar 15 menit film berjalan. Tapi Mutia bahkan belum menampakkan batang hidungnya. Kursi di sebelah gue tetep kosong. Gue hanya berharap Mutia dateng sebelum kursi di sebelah gue ditempatin setan. Tak lama setelah itu, pandangan gue terganggu oleh sesosok tubuh jangkung yang berusaha melintasi tempat duduk gue.

“Permisi”Ujar pemuda jangkung itu. Gue mengangkat kaki gue untuk memberikan jalan pada pemuda itu. Namun yang aneh, ternyata pemuda ini duduk di sebelah kursi gue, kursi yang seharusnya ditempati Mutia.

“Eh mas, Kursi ini udah di—“

Gue membelalakan mata ketika berpandangan dengan pemuda jangkung itu. Hening beberapa saat sebelum akhirnya gue sadar kalo gue hampir teriak ketika gue merasa mengenali wajah pemuda itu.

 “Nino?!”

Dengan Ekpresi yang sama-sama terkejut, Nino hanya bengong ketika dia menatap gue.

“Halah.. sialan”Ujar Nino pada akhirnya sambil menghela nafas agak panjang. “Tuh cewek udah nipu gue”Lanjutnya yang lalu memalingkan wajahnya dari gue.

“Ngapain lo di sini?!”Gue masih belum bisa menerima kehadiran Nino.

“Ceritanya mau nonton, bareng Mutia. Eh ternyata malah ketemu kentongan satpam!” Ejek Nino.“Eh,tunggu” ia kembali menatap gue. “Jangan bilang…”

“Mutia ngasih satu tiket itu ke gue lho. Dia bilang dia mau nonton bareng gue”Kata gue memotong.

“Lah sama”Sahut Nino yang sudah mengerutkan dahinya.

“Sama?”

“Iya, dia juga bilang gitu sama gue. dan dia bakal bilang kalo dia udah ngasihin tiket nontonnya ke adek sama pacar adeknya kalo kalo lo nanyain soal tiket itu ke dia”

Penjelasan Nino sama persis seperti apa yang diucapkan Mutia 2 hari yang lalu. Ternyata gue juga tertipu.

“Dan bodohnya gue. Kenapa gue percaya ya? Kan adeknya belum punya pacar”Lanjut Nino yang memukul jidatnya.

Kini giliran gue yang menghela nafas. Ya. Gue juga bodoh ternyata. Gue menyandarkan diri ke kursi. Mencoba menghabiskan kekesalan gue dengan menonton sisa dari film spiderman yang tengah diputar.

“Sial!”Bisik Nino.

 “Kenapa lagi sih?”Tanya gue pada Nino karena masih kesal.

“Lo mesti liat ini!” Nino menujukan layar ponselnya pada gue. Layar ponsel Nino menampilkan sesuatu yang di tulis Mutia di akun twitternya sekitar 10 menit yang lalu.

Gue tidak bisa menutup mulut gue setelah membaca tulisan Mutia yang terbaca jelas di layar ponsel Nino. Sialan!

Love and Frienship? I choose Friendship. Lol

                                                                                                                               SELESAI

Tags: friendship

How do you feel about this chapter?

2 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Heya! That Stalker Boy
664      423     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Acropolis Athens
6255      2418     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
Interaksi
1001      751     1     
Romance
Aku adalah paradoks. Tak kumengerti dengan benar. Tak dapat kujelaskan dengan singkat. Tak dapat kujabarkan perasaan benci dalam diri sendiri. Tak dapat kukatakan bahwa aku sungguh menyukai diri sendiri dengan perasaan jujur didalamnya. Kesepian tak memiliki seorang teman menggerogoti hatiku hingga menciptakan lubang menganga di dada. Sekalipun ada seorang yang bersedia menyebutnya sebagai ...
With or without you
2277      929     4     
Romance
Be Yours.
3451      1669     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...
HOME
347      261     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
My Chocolate
2225      996     4     
Short Story
‘Maaf’ adalah satu kata yang akan kuucapkan padamu jika aku diberi kesempatan untuk bertemu denganmu kembali.
Rain, Coffee, and You
618      451     3     
Short Story
“Kakak sih enak, sudah dewasa, bebas mau melakukan apa saja.” Benarkah? Alih-alih merasa bebas, Karina Juniar justru merasa dikenalkan pada tanggung jawab atas segala tindakannya. Ia juga mulai memikirkan masalah-masalah yang dulunya hanya diketahui para orangtua. Dan ketika semuanya terasa berat ia pikul sendiri, hal terkecil yang ia inginkan hanyalah seseorang yang hadir dan menanyaka...
Unframed
2919      1726     4     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
Untold
1477      716     4     
Science Fiction
Tujuh tahun lalu. Tanpa belas kasih, pun tanpa rasa kemanusiaan yang terlampir, sukses membuat seorang dokter melakukan percobaan gila. Obsesinya pada syaraf manusia, menjadikannya seseorang yang berani melakukan transplantasi kepala pada bocah berumur sembilan tahun. Transplantasi dinyatakan berhasil. Namun insiden kecil menghantamnya, membuatnya kemudian menyesali keputusan yang ia lakukan. Imp...