Josh mengikuti arah bicara Katarina, mencoba memberi perhatian penuh pada buku sialan yang menghalangi pandangannya ke wajah Katarina. Gadis manis itu telah berubah menjadi perempuan dewasa yang luar biasa cantik. Beberapa kali ia mengangguk – pura-pura menyimak – sambil matanya mencuri pandang ke wajah yang dirindukannya, dan merasa lega Katarina tidak menyadari itu.
Josh sampai di restoran pukul 18.30, seorang waiter segera membimbingnya ke meja Katarina. Dari jauh ia sudah melihatnya duduk manis di sudut ruangan, dengan segera dihentikannya langkah waiter yang membawanya dan menyuruhnya pergi.
Masih 30 menit lagi, batinnya. Josh mengambil duduk di meja lain yang berjarak untuk mengamati Katarina dari jauh. Sebentar-sebentar mata perempuan itu meremang, kemudian air matanya hilang, sebentar lagi dia tersenyum, saat lainnya kepahitan muncul disana. Katarina melamunkan apa ya?
"Ehm ... Maaf Pak, presentasi saya sudah selesai." Kata-kata Katarina menyadarkannya dari keasyikannya menatap perempuan itu.
"Sekian informasi dari saya pak, terima kasih atas waktu luangnya. Jika ada yang perlu ditanyakan kembali, Bapak bisa mengirim email ke alamat pada kartu nama saya atau ke nomor telepon yang tertera di sana. Kami pasti meresponnya dengan cepat." Katarina memberi keterangan penutup yang singkat, padat dan jelas sambil memberikan company profile perusahaannya ke seberang meja.
"Di sini tidak ada nomormu." Terang Josh sambil melambai-lambaikan kartu namanya.
"Seperti yang saya katakan, Bapak bisa langsung menghubungi nomor yang tertera di sana jika ada yang penting." Mata Katarina membelalak galak.
"Bagaimana jika aku merindukanmu?" Manik mata Josh menemukan manik mata Katarina dan menguncinya.
Hening.
"Maaf, Pak, saya tidak berjalan pada ranah di luar profesi saya sebagai MarCom PT. RBP. Urusan saya sudah selesai di sini, saya permisi dulu." Katarina bangkit berdiri dan segera berjalan keluar restoran tanpa menunggu respon dari Josh.
Tangan Josh dengan cekatan menangkap lembut lengan Katarina untuk menghentikan langkahnya. "Jangan pergi, Kat. Makan malam denganku disini."
Katarina menatap Josh tidak percaya, setelah apa yang dilakukannya dulu, apakah Josh berpikir ia memaafkannya? Josh meninggalkannya dan menelantarkan hubungan mereka yang baru seumur jagung. Ia hanya diberi pemberitahuan sehari sebelumnya.
Sepucuk suratnya yang kusut masih disimpannya, terselip diantara lembaran catatan hariannya yang berjejer rapih dalam rak bukunya. Katarina bahkan hafal setiap huruf besar dan tanda baca dalam surat itu. Matanya menyorot marah, tugasnya sudah selesai dan ia tidak bisa tinggal lebih lama lagi.
"Lepaskan aku." Desis Katarina sambil menarik lengannya dengan kasar dan berjalan keluar dengan tubuh tegak dan hati yang hancur.
Katarina menekan tombol tutup pada lift beberapa kali agar pintu lift itu lekas menutup dan segera membawanya ke lahan parkir basement dimana dia memarkirkan VW Beetlenya. Bersandar pada dinding lift, ia merasa ajaib, tidak menangis meraung-raung seperti yang dipikirkannya di awal. Ia hanya merasa hatinya berlubang dan sakit.
Ketika pintu lift itu tinggal 5cm lagi menutup, jemari kokoh seorang lelaki menghentikannya. Katarina berdiri tegak dan menahan nafasnya. Pintu itu kembali membuka dan membiarkan Josh dengan tenang berjalan masuk untuk berdiri di sampingnya.
Josh mendekatkan tubuhnya perlahan dan bertanya, "Kuantar kau pulang ya?" Katarina tidak menjawabnya, ia menatap lurus ke depan. Sial! kenapa pintu lift harus memiliki efek cermin? Dengan begitu, walaupun Katarina membuang muka, Josh tetap dapat menatapnya melalui cermin itu.
Lift berdenting dan pintu itu membuka. Katarina langsung melesat keluar, dibayangi oleh Josh dibelakangnya. "Kat! Tunggu."
Jantung Katarina berdegup semakin cepat, semakin cepat pula ia memacu langkahnya. Sebelumnya, ia yakin hatinya telah mati karena ia sendiri yang membalutnya dengan kain kafan dan menguburkannya dalam-dalam.
Sekarang, bahkan mendengar langkah Josh dibelakangnya sudah membuat hatinya gemetar. Ia takut, takut bahwa ternyata ia tidak menguburnya cukup dalam, takut Josh akan mengorek mayatnya keluar dan menghidupkannya lagi dengan sentuhannya. Mobilnya sudah terlihat di depan, Katarina lekas membuka kunci mobilnya dari jauh dengan remote.
"Berhenti! Jangan melarikan diri dariku." Tangan besar itu segera menyambar lengan katarina, memutarnya hingga tubuh mereka berhadapan.