Sejak hari itu, bukan hanya Hadi yang mengantarnya pulang, Josh juga menunggunya di depan kelas dan langsung menyambar tangannya begitu Katarina melangkah keluar. Bergantian kedua lelaki itu mengantarnya pulang. Namun perlahan-lahan frekwensi Hadi mengantarnya pulang semakin jarang. Katarina mulai bertanya-tanya mengenai Hadi dan pertanyaannya selalu dijawab oleh Josh yang mengatakan bahwa Hadi sibuk.
Bahkan ketika sabtu datang untuk mereka mengajar kelas Bimbel, Katarina dijemput dan diantar pulang tersendiri oleh Josh, Hendra berhenti menjemputnya.
Ia tidak memungkiri bahwa perhatian yang diberikan Josh akhir-akhir ini membuat hatinya merindu jika Josh tidak muncul pada jam istirahat atau menunggunya di depan kelas ketika jam pulang. Ia berusaha menyembunyikan perasaannya karena tau Cyanne menyukai Josh, belum lagi barisan fansnya.
Jangan berpikir dia tidak berusaha menghindari Josh. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin menghindarinya, namun semakin ia menghindar, semakin Josh terang-terangan mencarinya. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa agar lelaki itu bisa menjauh. Katarina khawatir, persahabatan mereka akan terpengaruh. Cukup sekali itu saja, tidak boleh ada lagi yang memisahkannya dari sahabatnya – demi apapun itu – Ia akan dengan sukarela mengalah.
Katarina tidak berani berpikir Josh naksir padanya, karena itu tidak mungkin. Tidak ada kelebihan apapun yang dimilikinya dibanding perempuan lain yang mengejar-ngejar lelaki itu. Ia meyakinkan pikirannya bahwa ia hanya kagum pada Josh, seperti kata Sylvia – Josh itu ganteng, pintar dan berprestasi – tidak lebih dan tidak boleh lebih.
"Belajar yang bener, jangan bengong aja." Suara Hadi menyadarkan Katarina dari lamunannya. Lelaki itu menyeringai dan duduk di sampingnya, di sudut perpustakaan sekolah dimana terletak jendela besar yang menghadap ke lapangan volley.
Katarina balas tersenyum menatap wajah yang dikenalnya dekat di hati. "Hai, Di ... lo lagi sibuk banget ya? Sampai-sampai gue diterlantarin."
"Hmm ... kan ada Josh."
"Beda lah, Di. Sama lo itu, rasanya aman terkendali." Katarina terkekeh.
"Kalau lo kangen sama gue, kenapa gak telepon?" Godanya. Ketika dilihatnya rona semu muncul di pipi gadis itu, seringai Hadi berubah menjadi senyum yang lebar hingga gigi-giginya yang berbaris rapih di depan Katarina.
"Tadi lagi bengongin apa, Kat? Mikirin Josh?" Tanya Hadi, satu tangan menopang dagunya.
"Hmm ... apa ya? Udah lupa." Katarina berkilah. Mau tidak mau ia jadi curiga dan semakin yakin bahwa Hadi bisa membaca pikirannya sehingga ia tidak bisa berbohong.
"Lo naksir sama Josh ya, Kat?" Tanya Hadi, manik matanya serius mempelajari wajah Katarina.
"Nggak koq." Katarina menjawab cepat.
"Mending jujur aja sama gue, Kat. Mulut lo mungkin bisa bohong, tapi ekspresi lo tuh seperti kamus yang terbuka ini nih." Mata Hadi melirik pada kamus di depan Katarina.
"Sekalipun gue naksir, gue gak ada rencana pacaran lagi, Di. Gue kapok. Nanti tunggu gue udah kaya aja baru gue cari cowoq yang tajir." Terang Katarina sambil menatap Hadi dan tertawa.
"Lo gak mau pacaran lagi, Kat? Gara-gara Billy?"
Hening.
Katarina tidak tau harus menjawab apa atas pertanyaan Hadi. Karena Billy, ia kehilangan kepercayaan terhadap lelaki lain di luar sahabatnya. Katarina takut untuk memulai lagi dan merasakan patah hati.
Hadi menghembuskan nafas panjang dan tersenyum datar. Bibirnya membentuk satu garis tipis sebelum kata-kata yang keluar darinya membuat Katarina terperangah, "Josh suka sama lo, Kat."
"Jangan ngaco ah." Elaknya ringan.
"Beneran, dia cerita sama gue beberapa hari lalu."
Rasa panik merambati tulang punggungnya. Ditegakkan posisi duduknya, tiba-tiba merasa khawatir akan respon sahabatnya, terutama Cyanne. "Koq bisa? Hendra tau? Cyanne, Sylvia?"
"Gak, dia cerita sama gue aja. Gentleman agreement."
"Apa tuh maksudnya agreement? Ada janji apaan lo sama Josh?"
"Josh bilang dia suka sama lo, Kat. Dia janji sama gue gak bakal nyakitin lo, gak bakal bikin lo nangis ... jadi gue setuju." Papar Hadi perlahan. Katarina meneliti wajah Hadi yang sedang mentatapnya serius, bertanya-tanya apakah sahabatnya sedang melakukan tes kejujuran padanya atau memang Hadi berkata jujur.
"Lo orang lagi gerjain gue ya? April Mop kan ya hari ini?" Katarina melirik jam tangannya dimana tertanggal persis 1 April 2010 dan dia tertawa, namun tawanya segera hilang ketika dilihatnya Hadi tidak ikut tertawa. "Di, seriusan nih? ... Koq lo begitu sih? Gue bukan barang yang lo orang barterin tanpa sepengetahuan gue!"
"Karena gue tau lo juga suka sama dia, Kat. Mungkin lo gak berasa atau lo berusaha nyembunyiin perasaan lo, tapi gue rasa semua orang tau. Dan gue liat Josh pantas ada di samping lo." Tangan Hadi mendarat lembut di bahunya. "Percaya sama gue, Kat?"
Mata Katarina meremang dan dia mengedikkan bahunya dari tangan Hadi, "Nggak! Gue gak percaya lagi sama lo, Di." Kemarahan membayang di belakang air matanya, ia segera berdiri dan melesat pergi.
Hadi menggantikan Katarina, terduduk sendirian di sudut ruang perpustakaan itu. Sinar matahari yang masuk melalui jendela di samping tempat duduknya seharusnya menghangatkan, tapi tubuhnya sekarang menggigil, merasakan hatinya yang tiba-tiba beku ketika Katarina berkata ia tidak lagi mempercayainya.
Hadi tidak menceritakan bahwa Josh memintanya mundur karena Josh tau Hadi menyukai Katarina. Merasa tak berdaya, hatinya berbisik memohon, jangan pernah berhenti percaya sama gue, Kat ... please.