Read More >>"> Ansos and Kokuhaku (03 - Sebuah Luka yang Tertinggal) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ansos and Kokuhaku
MENU
About Us  

Bab 3 – Sebuah Luka yang Tertinggal (A Left Behind Wound)

 

Ada apa ini?! Guru Sejarah itu hanya melihat ke sebagian murid yang mau mendengarkan penjelasannya, lantas sebagiannya lagi di mata Guru Sejarah itu di anggap apa? Pengganggu, angin lewat, atau tak mau memperdulikannya. Bersikap seolah-olah kejadian yang ada di depannya tidak pernah ada sambil terus menerangkan pelajaran, itu sangat mengesalkan.

Ia sendiri hanya bisa menahannya, terus menahannya dengan harapan kecil agar seseorang tahu kalau ia tengah di permainkan oleh mereka. “Kumohon, hentikan mereka… Siapa saja, tolong aku…” Dalam hati ia mengatakannya sekeras mungkin, bahwa candaan yang mereka lakukan sudah melewati batas…

Harusnya ia mengetahui itu, sejak awal, berharap pada siapa pun yang ada disini adalah sesuatu yang percuma di lakukan. Karena pada dasarnya, tak satu pun dari mereka merasa iba melihat candaan yang keterlaluan ini. Bagi mereka ini adalah candaan biasa untuk kesenangan pribadi atau pun kelompoknya sendiri, tetapi, apa mereka tahu perasaan orang yang menjadi bahan candaan mereka?! Sangat kesal, bahkan rasanya muak sekali di jadikan boneka mainan yang tidak lebih dari sekedar benda mati!

Entah apa yang di pikirkan Guru Sejarah itu sampai-sampai mengabaikan perlakuan mereka, ia tidak tahu, apapun itu sejak mendapatkan perlakuan ini. Satu hal yang ia ketahui mengapa ini terjadi padanya; jarang berbicara dengan yang lain dan selalu melakukan sesuatu seorang diri tanpa meminta bantuan orang di sekitarnya. Tapi kenapa? Hanya karena itu, mereka sampai menjadikannya bahan candaan yang tak berguna sama sekali.

Sudah lama ia mempertanyakan ini… Sebenarnya, selama ini, ia di anggap apa oleh mereka? Manusia hidup? Pertanyaan naif. Yang jelas kehadirannya disini bukanlah seorang yang di sebut sebagai teman kelas, ya kan.

Lihat saja yang mereka lakukan sekarang terhadap orang seperti dirinya…

Melemparinya dengan bola kertas, rambut yang di tarik ke belakang, dan satu lagi… menendang-nendang bangku yang sedang ia duduki. Belum berakhir sampai di situ saja, mengingat sikap mereka yang sudah terbiasa melakukannya, jadi mereka berpikir untuk menambahkan kelucuan itu dengan memperlihatkan reaksi dari dirinya. Ini adalah hal yang paling ia tidak suka.

Mereka melanjutkannya dengan menendang lebih keras sampai meja yang ada di depan ikut terdorong juga. Dan, masih saja Guru Sejarah itu tetap tidak menanggapi, atau, sekalipun saja menegur mereka yang membuat keributan sangat jelas.

Menahan diri dari amarah yang menguasai hati. Lalu, dari gejolak hati yang mulai memanas itu perlahan mengubah pikirannya ke arah kebencian. Jika ia tak segera menyingkirkan kedua-duanya, maka sesuatu yang buruk akan terjadi…

Beberapa waktu berlalu cepat, namun, ia masih berusaha untuk bersabar sekeras ia mencoba membayangkan sesuatu yang menyenangkan, menenangkan, dan meredam api kemarahan. Di saat ia berhasil mengatasinya, tiba-tiba saja keadaan di sekitarnya berubah hening tanpa gangguan mereka.

Apa ia boleh bernapas lega untuk saat ini hingga seterusnya sampai pelajaran sejarah selesai? Tentu saja, apa salahnya menikmati rasa keheningan ini walau waktu yang ia miliki hanya sebentar saja, tetapi, kewaspadaannya akan di tingkatkan.

“1… 2… 3…”

Brakk!!!

Dan kewaspadaannya memang benar, tapi tak berguna sekali karena tak bisa memprediksi apa yang akan mereka lakukan, “Padaku”. Dalam hitungan detik bangku yang ia duduk terdorong sangat kuat dari belakang, semacam tendangan yang benar-benar di sengaja demi mencari kesenangannya.

Benturan keras mendorong meja ke depan sampai menjatuhkannya ke lantai bersama dirinya juga, namun pada saat ia terjatuh jari-jari di tangan kirinya tak sengaja tertimpa meja tersebut…

Kreekk!

“Aaarrggh!!!”

Kedua mata terbuka lebar menatap langit-langit yang gelap. Betapa mengerikannya bisa melihat mimpi terburuknya dari sekian banyaknya mimpi buruk yang pernah di lihatmua. Mendesah-desah dan berkeringat sangat banyak. Begitu membekas di hatinya sehingga muncul trauma yang mendalam, yang sulit untuknya melupakan semua itu.

Mengangkat tubuh yang terbaring di kasur yang empuk dengan masih terbalut selimut, lalu menyeret tubuhnya ke belakang dengan kedua tangannya mendekati dinding, sampai disana ia kemudian menyenderkannya. Tatapan mata mengarah ke tangan kiri, ia melihatnya dengan kebencian yang kuat seperti halnya ia melihat ke arah mereka, semua orang-orang yang muncul dalam mimpi tersebut. Rasa sakitnya begitu nyata meski itu hanya lah sebuah hayalan dalam pikirannya, yang memicunya untuk memperlihatkan sesuatu yang telah tertinggal di masa lalu.

Amarahnya memuncak seiring hilangnya kendali atas dirinya sendiri. “Dasar sialan…! Padahal, aku ingin melupakannya, melupakannya… Melupakannya! Berhenti lah memperlihatkan mimpi itu padaku!“ Menghantamkan tangan kirinya ke dinding belakang dan terbentur sangat keras. Suara dentuman yang tercipta dari benturan tadi menggetarkan suasana hening dalam rumah… “Belum puas, hah?! Melihatku menderita seperti ini! Apa kalian belum puas?!” Dengan sekuat tenaga yang ia miliki, bersama kemarahan yang terpendam dalam gelapnya isi hati, ia kembali ingin menghantamkan tangan kirinya, tapi, kali ini ia berniat akan benar-benar menghancurkan tangannya sendiri.

Satu kali, hingga kedua kalinya terhantamkan… sedikitnya luka yang terlihat pada tangannya adalah memar di sekitar pergelangan dekat jari manis. Di saat ingin melakukan ketiga kalinya, tangan kirinya tiba-tiba terhentikan oleh seseorang yang muncul begitu saja di hadapannya dengan menggenggam tangannya.

“Maaf…”

“LEPASKAN!” perintahnya dengan nada yang membentak ke seseorang itu. Tatapan mata yang menyeramkan yang sudah sepenuhnya terselimuti belenggu kemarahan, bahkan mungkin bukan hanya kemarahan saja yang tersirat dari matanya tapi juga, ada suatu rasa haus akan balas dendam atau sebagainya yang merupakan satu kesamaan dengan niat jahatnya. Mulai memberontak ingin melepas paksa karena perkataannya sama sekali tak di dengar. “KUBILANG LEPASKAN!!”

Gertakannya yang terdengar mengancam tak membuat seseorang itu berpaling atau pun takut, karena ini bukan lah pertama kali baginya berhadapan dengan kejadian yang menyedihkan ini, tapi sudah puluhan kali.

Tak ada kah cara yang bisa kulakukan… apapun itu, selain cara ini. Tangan kiri mengepal semakin kuat. Lalu, bergerak cepat memukul dinding…

Kesedihan yang terbendung terlalu lama pada akhirnya berjatuhan dari kelopak yang menyimpan tetesan air mata. “Kak, bagaimana caraku… menyembuhkan traumamu… tolong katakan padaku!” Arah jam sembilan, sebuah pukulan yang tak di sadarinya terhempas kuat dan mengenai pipi kirinya. “…terima kasih. Aku sadar, aku yang sekarang masih suka menangis kalau… kalau… terluka kecil…” Belum dapat menghentikan tangisannya. Namun, itu tak berlangsung lama, setelah berhasil melepas semua kesedihannya yang menjadi sumber kelemahan dalam dirinya hilang, tangisannya pun terhenti.

“Sarah! Cepat lakukan!” Teriakkan yang menggema dari arah pintu yang baru saja terbuka, sedikitnya memberi kekuatan untuk meneguhkan hati yang di penuhi keraguan.

Apakah cara ini benar bisa menyembuhkan kakak? Bagaimana kalau ternyata cara ini… tetap tidak bisa menyembuhkan kakak? Apa yang harus… kulakukan?

“Mengisi kekosongan di hati dengan canda dan tawa dan senyuman. Pasti, aku yakin itu akan berhasil, Bu.”

Ya, benar sekali. Perkataan itu pernah di ucapkannya. Dan sekarang, walau sudah banyak yang terjadi, mengapa baru sekarang sikap pesimisnya timbul? Dimana kepercayaan yang dulu pernah menyakini bahwa bisa menyembuhkannya?

“Aku tahu…”

“DASAR MANUSIA SAMPAH!” Kemarahan yang semakin tak terkendali itu membuat kekuatannya jauh meningkat di atasnya. Bahkan, mampu dengan mudahnya genggaman yang menahan tangan kirinya terlepas dan kemudian menghempaskannya ke samping, lalu, mendorong tubuh orang di depannya sampai terjatuh terbaring di lantai.

Tidak menyangka keadaannya akan berbalik secepat ini. Sungguh, benar-benar tak menyangka ini terjadi...

“Sarah!”

Pandangan mata yang awalnya hanya terfokus pada wajah serta tangan kanan yang perlahan membentuk kepalan besar tiba-tiba di alihkan begitu saja dari hadapannya tanpa menghiraukan kemungkinan terburuk akan terjadi padanya. “Ibu, jangan mendekat!” Dan peringatan itu pun terlambat untuk menghentikannya karena terlanjur sudah di ketahui, meski begitu langkahnya langsung terhenti sebelum berhasil mendekat lebih jauh. “Keluarlah sekarang! Dan kunci kamar ini!”

“Kalau itu Ibu lakukan-“

“Tolong percayalah sama Sarah…”

Posisi yang tadinya bermaksud berpura-pura seakan seperti di pojokkan agar bisa memberikan perlawanan secara diam-diam, malah menjadi kenyataan yang tak terduga.

Merubah arah pandang ke seseorang yang berada dekat dengan pintu yang terbuka. “KAU…! AKAN KUBUAT KAU MENDERITA SAMA SEPERTIKU!” Bergerak cepat mengejarnya yang berusaha mengambil langkah mundur sembari mencoba untuk melindungi diri dengan kedua tangan yang menutup sebagian wajah…

Gawat! Ibu gak akan sempat! Kalau begitu… Meraih kaki yang akan melewati dirinya. Tergenggam tepat mengenai pergelangan, namun tak semudah itu tangan kirinya menahan terlalu lama kekuatan yang tidak sebanding. Aku melepaskannya! Sekarang bagaimana?!

“Maaf, bu…” gumamnya sangat pelan sampai tak terdengar oleh siapapun yang ada disini. Membalikkan tubuhnya ke posisi tengkurap, lalu merogoh kantung celana bagian kiri dan menemukannya, kemudian menggenggam erat benda tersebut sambil mengeluarkannya dengan hati-hati dari dalam. Setelah persiapan yang singkat ini selesai, pengejaran pun di lakukan meski sudah sangat terlambat.

Benar sekali, keterlambatannya adalah menghentikan sebuah pukulan yang nyatanya sudah di lepaskan…

Ketidak beraniannya melihat orang yang paling di sayanginya tersakiti di depan matanya merupakan kenyataan yang sangat di takutinya, maksud arti ketakutannya adalah tak bisa memaafkan. Ini juga berlaku pada saudaranya sendiri kalau sampai melakukan itu. Memang dasarnya keinginan di hati untuk memaafkan orang-orang yang telah berbuat jahat pada keluarganya tidak lebih dari angka nol besar.

Beberapa detik berlalu. Kelopak mata yang menutup penglihatan di buka perlahan.

Ibu terdiam dan tak bergerak sedikit pun dari sana karena ketakutan, itu wajar bagi seseorang yang merasa dirinya terancam pasti akan begitu. Tapi, yang terlihat bukan hanya itu saja, namun ada sesuatu yang lain. Dan keduanya sama-sama di kejutkan dengan itu. Belum pernah sekali pun dalam setahun ini berakhir di luar dugaan.

Pukulan yang harusnya mengenai wajah atau tangan tiba-tiba meleset ke arah samping, beda beberapa centimeter dari tangan kiri yang menutupi wajah. Tak tinggal diam melihat kesempatan ini berlangsung, benda yang berada dalam genggamannya mulai di tusukkan ke tubuh bagian belakang…

Kehilangan kesadaran. Penglihatan mengkabur dan seluruh anggota tubuh melemah, dan ketika beberapa detik berlalu tubuhnya pun terjatuh ke depan. Sebelum sampai menyentuh lantai, Ibu menangkapnya dan memeluknya dengan erat.

“Aku… tidak… akan pernah… me..maafkan…” Kekuatan yang masih tersisa sedikit di luapkan dalam bentuk dorongan, berusaha ingin melepaskan seluruh perasaan yang Ibu berikan.

“Kak, tolong…“ timpalnya sangat memohon. Namun, melihat Ibu menggelengkan kepala padanya, ucapannya di hentikan dan kemudian mengalihkan pandangannya ke bawah.

“Mengerti lah, Sarah.” Tersenyum kecil… Mengalirnya seluruh kesedihan yang tak lagi bisa di tahannya. “Ini semua salah Ibu.”


 

“Akhirnya… akhirnya aku berhasil! Aku berhasil, aku berhasil!!” teriaknya begitu gembira karena tak menyangka semua usahanya telah membuahkan hasil, dan hasilnya pun ada di depan matanya, seakan-akan ia berpikir yang di lihatnya ini adalah sebuah mimpi indah dalam tidurnya. Sempat ingin mencoba menampar pipinya tapi langsung mengurungkan niatnya sekarang itu juga, mengingat rasa sakitnya kalau ini benar sebuah kenyataan pasti rasanya sangat menyakitkan, dan juga dirinya itu termasuk tipe-tipe orang yang membenci merasakan sakit. Lalu, ia menggantinya dengan cara yang lebih ringan…

“Karen~” seru seorang wanita berpakaian tidur berada di belakangnya dengan lemah lembut memanggil namanya. Sambil menarik-narik pipi kanannya yang menggemaskan itu dan terlihat kenyal-kenyal seperti pudding yang baru jadi di keluarkan dari kulkas, cukup keras menariknya hingga warna pada kulit putihnya berubah memerah. “Bisa pelankan suaramu?”

“Ma-mami?! Sa-sakit, sakit, sakit!” Melirik ke sebagian rambut pirang wanita tersebut yang terurai panjang sampai menyentuh belahan dadanya yang sangat menonjol ke depan. Lebih ke atas lagi matanya melihat, sepasang mata berwarna hijau batu emerald ia menatapnya lama-lama dan wanita tersebut juga menatap balik matanya yang memiliki kesamaan persis dengannya tapi, ekspresi wanita tersebut berusaha menekankan senyumannya agar tetap manis dan menawan. “Tumbhen uwdah banghun jam seghini?” (Tahu sendiri 'kan kalau mulut di gituin, hehehe)

“Kamu yang terlalu berisik!” ucap wanita itu sembari menarik lebih keras pipi kanannya, dan itu membuat Karen langsung berteriak meminta ampun agar segera di lepaskan… Menghela napas, lanjutnya berbicara, “Ya sudah. Mami mau kembali ke kamar, mau tidur lagi. Dan Karen, kamu jangan teriak-teriak seperti itu, okey?”

Karen mengiyakan perkataan wanita tersebut dengan mengagguk-angguk berulang kali. Lalu, selepas itu wanita tersebut baru melepaskan pipi kanannya dan pergi begitu saja, ketika langkahnya mendekati pintu keluar Karen kembali memanggilnya, “Mami…” Langkah yang tak bertenaga terhenti tepat di depan pintu. Menguap, membuka mulut lebar-lebar, dengan gerak cepat tangan kanannya langsung menutup mulutnya sesuai etika yang beradab. “Besok, aku izin absen sekolah sehari.”

“Hanya itu saja,” sahut wanita tersebut, dan menguap kedua kalinya.

“Ya.”

“Apa ini… ada hubungannya dengan yang kamu ceritakan beberapa waktu yang lalu?”

“Iya.”

“Kalau begitu. Silahkan saja, lakukan apa yang kamu mau.” Tersenyum simpul, kemudian wanita tersebut melanjutkan jalannya menuju pintu keluar.

Senang rasanya bisa melihat Karen ceria seperti ini. Mungkin sekarang lah waktunya, peranku sebagai orang tua akan di mulai… Semoga hal buruk tak’kan menimpa peri kecil kesayanganku.

 

To be continue…


 

#Note.

1. Kayaknya masih harus di revisi lagi Bab 3. Tapi entah kapan Author memperbaruinya, kalau sudah jadi sih pasti akan segera di ubah.

2. Maaf, nih. Mungkin, Author akan lebih memfokuskan diri dulu untuk kemajuan Bab 4,5,6 dan seterusnya sampai cerita ini benar-benar selesai ketimbang memperbaikinya (Susah banget kalau di suruh merevisi Bab. Dan sedikitnya rasa malas. Maklum lah)

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • yurriansan

    @Saber_Darkness28 wah di grup tinlit juga, kbtulan critaku juga masih tahap revisi boleh deh kasih sarannya. dan mnrutku crtamu bagus, rajin promo aja semangat!

    Comment on chapter Prolog
  • rissha28

    @yurriansan Makasih sarannya, nanti saya perbaiki, dan setelah itu baru mampir ke ceritamu.
    Kayaknya saya pernah liat judul ceritamu di Grup WA tinlit deh...

    Comment on chapter Prolog
  • yurriansan

    Suka dengan ceritamu anti mainstream. Ada saran driku, bbrpa istilah ada yg orlu di italic. Msl :yosh dst.
    Boleh juga ksh krisanmu uk crtaku. Judulnya When He Gone. Trims

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Marry Me
423      294     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
Invisible Girl
974      503     1     
Fan Fiction
Cerita ini terbagi menjadi 3 part yang saling berkaitan. Selamat Membaca :)
Hoping For More Good Days
449      304     7     
Short Story
Kelly Sharon adalah seorang gadis baik dan mandiri yang disukai oleh banyak orang. Ia adalah gadis yang tidak suka dengan masalah apapun, sehingga ia selalu kesulitan saat mengahadapinya. Tapi Yuka dan Varel berhasil mengubah hidup Sharon menjadi lebih baik dalam menghadapi segala rintangan.Jujur dan saling percaya, hanya itu kunci dari sebuah tali persahabatan..
Until The Last Second Before Your Death
431      308     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
Tuan Landak dan Nona Kura-Kura
2419      819     1     
Romance
Frans Putra Mandala, terancam menjadi single seumur hidupnya! Menjadi pria tampan dan mapan tidak menjamin kisah percintaan yang sukses! Frans contohnya, pria itu harus rela ditinggal kabur oleh pengantinnya di hari pernikahannya! Lalu, tiba-tiba muncul seorang bocah polos yang mengatakan bahwa Frans terkena kutukan! Bagaimana Frans yang tidak percaya hal mistis akan mematahkan kutukan it...
The DARK SWEET
398      329     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
My Big Bos : Mr. Han Joe
591      349     2     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...
Luka Adia
676      411     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
4411      1195     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
Harmonia
3630      1136     4     
Humor
Kumpulan cerpen yang akan membuat hidup Anda berubah 360 derajat (muter ke tempat semula). Berisi tentang kisah-kisah inspiratif yang memotivasi dengan kemasan humor versi bangsa Yunani. Jika diterbitkan dalam bentuk cetak, buku ini akan sangat serba guna (bisa untuk bungkus gorengan). Anda akan mengalami sedikit mual dan pusing ketika membacanya. Selamat membaca, selamat terinspirasi, dan jangan...