Read More >>"> LEAD TO YOU (Lead To You - Part 26) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - LEAD TO YOU
MENU
About Us  

LEAD TO  YOU – PART 26

*****

 

Alghaz mengizinkanku ikut bergabung dengan Dinar di acara bazar amal di kampusnya. Ia bahkan mengantarku sampai di kampus, aku juga berdalih ingin merasakan bagaimana rasanya berada di kampus, seperti anak kuliahan. Dan Alghaz luluh dengan rengekanku yang membabi buta. Lidya didaulat untuk menemaniku dan aku setuju.

Aku memperkenalkan Alghaz dengan Dinar, “Al, ini Dinar temanku, dan Dinar, ini suamiku, Alghaz” ujarku memperkenalkan mereka berdua.

“Assalamualaikum, ternyata cerita Gadis benar, kalau ia memiliki suami yang tampan” seloroh Dinar.

“Waaalaikumsalam” jawab Alghaz sambil tersenyum menawan. Aku mencubit pinggangnya dan dia meringis pelan.

“Tidak usah tebar pesona begitu!” ujarku.

“Kamu cemburu?”

Aku berdecak, “Sudah sana pergi” usirku.

“Hidup ini memang aneh, bukan? Sekarang kau malah berteman akrab dengan anak dari pria yang hampir saja memperkosamu dan membuatmu takut selama ini” desis Alghaz berbisik di telingaku.

Jantungku berdetak lebih cepat, berpikir bahwa jalan hidupku memang terkesan rumit, tapi aku yakin Allah punya skenario yang lebih baik untukku, aku hanya tinggal mengikutinya saja. “Ya, terkesan aneh memang, tapi pasti ada maksud dari semua ini” yakinku.

Lidya dan aku larut dalam acara bazar amal yang digelar Dinar dan teman-temannya. Acaranya lancar dan banyak barang terjual, di mana hasilnya seratus persen akan diserahkan ke yang berhak menerimanya. Ini adalah kegiatan positif dan sangat bermanfaat, aku menyukai dan menikmati kegiatan sosial seperti ini.

Yang tidak aku sangka-sangka adalah, kedatangan Max ke acara bazar. Mataku membelalak ketika Dinar menarik-narik ayahnya untuk menghampiriku, “Nah, ayah masih ingat kan temanku ini, Gadis?” tanya Dinar pada ayahnya.

Max mengangguk sambil menelan ludahnya, “Ya, tentu saja” jawabnya sambil menatapku dan Lidya bergantian. Tangan Lidya meremas lenganku dengan kuat. Aku menghela napas, berusaha santai menghadapi Max.

“Gadis, ini ayahku, kok kamu diam aja?” tegur Dinar.

“Huh? Eh-iya, Assasalamualaikum...” ucapku sambil menangkupkan kedua tanganku di depan dadaku.

“Waalaikumsalam”

“Gadis, aku akan bawa ayahku berkeliling lebih dulu ya...kamu tunggu di sini” ujarnya dan menggandeng lagi tangan ayahnya untuk melihat-lihat stand bazar yang lain.

Aku dan Lidya bernapas lega dan saling memandang. Beberapa saat kemudian ada dua orang laki-laki berbadan besar menghampiri kami. “Maaf, Anda nona Gadis?” tanyanya.

Aku mengangguk, “Iya, saya Gadis”

“Anda istrinya Mr. Devran bukan? Beliau mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit, kami ditugaskan membawa Anda ke sana segera” katanya.

Mataku melebar dan jantungku berdegup kencang, “Apa? Alghaz kecelakaan?” aku menatap Lidya yang mengedikkan bahunya sambil mengeluarkan ponselnya.

“Saya takut tidak ada waktu lagi, Anda bisa meneleponnya sambil jalan” ujarnya. Aku dan Lidya mengikuti mereka menuju ke mobil.

Salah satunya membukakan pintu penumpang, sedangkan yang lain masuk dipintu depan, mereka ada bertiga. Aku dan Lidya masuk ke kursi belakang, aku masuk lebih dulu dan duduk. Tapi aku menjerit histeris ketika melihat Lidya dipukul tengkuk belakangnya saat mau masuk ke dalam mobil. Kemudian ia mendorong Lidya begitu saja sampai terjatuh di jalanan, kelihatannya ia pingsan. Ya Allah! Pantas saja perasaanku tidak enak tadi. Harusnya Lidya tahu kalau memang sesuatu menimpa Alghaz kan? Bodohnya aku, begitu saja percaya pada dua orang ini. Mereka tentu saja tidak memerdulikan teriakanku, malah satu orang yang duduk di belakang bersamaku memukul wajahku dan membuat pandanganku buram, kemudian pandanganku menjadi gelap. Aku pingsan.

..

Aku  terbangun dengan kepala yang terasa sangat pusing. Dengan perlahan aku membuka mataku, ingatanku melayang saat kejadian tadi siang di kampus Dinar. Siapa mereka ini? Apa mereka suruhan Max? Kumohon lindungi aku Ya Rabb!

Mataku melihat sekitar, aku berada di ruangan sempit yang pengap, dengan jendela kecil. Ada satu tempat tidur kecil di bawah jendela dan meja kecil di sebelahnya. Jantungku berdegup sangat keras dan dadaku dilanda kepanikan. Aku jadi ingat kejadian di saat ayahku mengurungku di dalam kamar waktu itu.   Aku beristigfar dalam hati, berulang-ulang. Ketakutan akan peristiwa menakutkan itu terulang mulai meracuni pikiranku.

Alghaz pasti sangat kalut kalau saat ini Lidya sudah bercerita bahwa aku diculik, entah oleh siapa. Aku melihat ke jam tanganku, sudah waktu Ashar, berarti sudah dua jam aku pingsan? Semoga mereka tidak melakukan apapun padaku. Aku mengamati diriku sendiri, sepertinya tidak ada yang berubah atau terasa sakit-sakit.

Aku melihat ke arah pintu yang gagangnya bergerak-gerak, kemudian terbuka. Mataku membelalak melihat Max berjalan masuk mendekatiku. “Hallo Gadis” ujarnya dengan senyum menyeringai.

Ya Allah, ternyata benar dugaanku, Max yang melakukan ini, ia yang menyuruh anak buahnya tadi menculikku. Aku mundur menjauh menghindarinya, tapi di belakangku sudah terdesak tempat tidur. “Apa yang Anda inginkan, Max?” ujarku tanpa sopan santun lagi.

“Ow, mendengar kau memanggil namaku tanpa embel-embel di depannya membuatku merasa lebih dekat denganmu, Gadis” ujarnya menjijikkan, ia makin mendekatiku.

“Apa kau tidak takut kalau anakmu tahu seperti apa ayah yang dibanggakannya selama ini?” tanyaku berani.

“Dia tidak akan pernah tahu!”

“Dinar akan tahu suatu saat nanti, dan itu akan membuatnya kecewa dan sakit hati,!”

“Apa kau akan memberitahunya?”

“Mungkin.”

“Aku tidak percaya” cetusnya dan mulai menyentuh jilbabku.

Aku menepis tangannya, “JANGAN SENTUH AKU!” jeritku.

“Ayolah Gadis, aku tahu Alghaz sudah sering menyentuhmu, apa kau tidak ingin tahu sentuhan laki-laki lain? Kau akan tahu kalau Alghaz itu tidak ada apa-apanya dibandingkan aku!”

“Dasar gila!”

“Ya, aku gila! Karenamu...”

“Alghaz akan membunuhmu, kalau ia tahu kau menculikku dan menyentuhku...”

Max tertawa terbahak dan keras, “Alghazmu sedang menikmati kelembutan tubuh Amber saat ini. Atau sebaliknya? Amber yang sedang menikmati tubuh Alghaz?”

Mataku berair, dan menyebabkan pandanganku buram, “Apa yang Anda inginkan sebenarnya, Tuan Max?” tanyaku dengan suara bergetar.

"Aku menginginkanmu, tubuhmu...hatimu...jiwamu...kauuu seutuhnya, Gadis!!" ujarnya seraya memandangku dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan ekspresi menjijikkan.

"Anda tidak akan mendapatkannya, karena saya lebih baik mati!" ujarku sambil menendang tulang keringnya dan membuatnya sempat mengaduh, sebelum ia mencekalkan tangannya yang kuat ke leherku.

"Aku tidak akan membiarkan kau mati, sebelum aku menikmati rasamu, Gadis manis!" ujarnya mendesis, ia meraih jilbabku dan menariknya sampai terbuka, rambutku yang terikat di tariknya paksa hingga tergerai. Aku mengucap istigfar dalam hati, karena suaraku tertahan oleh cekalan tangan Max di tenggorokanku. Tangannya menguat, "aku ingin mendengar kau  memohon padaku Gadis, memohon agar aku mengampunimu" ujarnya, tapi aku tidak mau membuatnya senang, aku tidak menjerit ataupun mengaduh seperti yang diinginkannya. Aku benar-benar lebih baik mati!  Mata Max membelalak menatapku, “Cepat memohon padaku! Apa kau tidak tahu wajahmu mulai memucat, brengsek!”

Tapi aku tetap pada pendirianku, tidak mengeluarkan suara atau apapun, hanya tatapan benci yang terpancar dari mataku. “Bangsat! Kenapa kau diam saja! Kau bisa mati, sialan!” makinya marah sambil melepaskan cekalannya dan mendorongku ke arah tempat tidur.

"Kau terlalu cantik untuk mati sekarang sayang, aku tidak ingin kau mati sia-sia” ujarnya bersimpuh dan membelai pipiku.  Aku menjauhkan kepalaku dari jangkauannya. Tapi tetap saja tangan Max bisa menggapai rambutku dan menariknya.

"Kau wangi sekali Gadis, pantas saja Devran tidak bisa melepaskanmu, walau ia tahu kau itu adalah anak dari pembunuh orang tuanya!! Ck, dasar Devran!" tukasnya seraya berdiri.

“Saya kasihan pada Dinar, dia tidak tahu ayahnya seperti ini...” ujarku mendesis.

“Tidak usah bawa-bawa dia!”

“Apa Anda tidak takut Dinar akan diperlakukan seperti ini juga? Apa Anda tidak pernah berpikir ada orang lain yang akan melakukan hal yang sama terhadapnya?!” tukasku berusaha menyerang pikirannya. “Dia benar-benar menganggapmu ‘the best father in the world?’ yang benar saja!” gumamku.

Dan Max menamparku, “Kalau mulutmu tidak bisa diam, aku akan memasukkan sesuatu ke dalam sana, dan memenuhi tenggorokanmu dengan milikku”

Seketika aku sangat mual dan ingin memuntahkan semua isi perutku. Mataku berkaca-kaca menatapnya penuh kebencian.

“Maki ayahmu di alam kubur sana! Karena dia sudah memberikanmu padaku! Hahaha!” tukasnya sambil keluar pergi dari kamar.

Dan aku menangis sejadi-jadinya.

*****

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (2)
  • dreamon31

    @yurriansan terima kasih ya, oke aku mampir

    Comment on chapter Lead To You - Part 2
  • yurriansan

    Aku baru baca chapter 1, seru ceritanya. suka juga dengan gayamu bercrta.

    oh ya mmpir jg ya f crtaku. aku tggu kritik dan sarannya.
    judulnya : When He Gone
    trims

    Comment on chapter Lead To You - Part 1
Similar Tags
Return my time
263      224     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.
Bersyukur Tanpamu
526      346     4     
Short Story
Without You, I\'m Fine
Rewrite
6935      2273     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
4316      1582     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
They Call It Love
539      338     0     
Short Story
MAHAR UNTUK FATIMAH
517      381     2     
Short Story
Cerita tentang perjuangan cinta seorang pria dengan menciptakan sebuah buku khusus untuk wanita tersebut demi membuktikan bahwa dia sangat mencintainya.
Peneduh dan Penghujan
283      232     1     
Short Story
Bagaimana hujan memotivasi dusta
Two Good Men
515      355     4     
Romance
What is defined as a good men? Is it their past or present doings? Dean Oliver is a man with clouded past, hoping for a new life ahead. But can he find peace and happiness before his past catches him?
When I Was Young
8370      1678     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
The Future Husband Next Door
220      167     4     
Romance
Ketika berjuang merebut hatinya bertahun-tahun.. Namun, ternyata perjuangan mu sia-sia.. Karena, nyatanya kamu bahkan tidak perlu berjuang untuk merebut hatinya...