MAHAR UNTUK FATIMAH
Purnama begitu Indah, ditemani bintang-bintang kecil yang tampak menari-nari disekelilingnya. Pena ku tampaknya tak ingin berhenti menari-nari disecarik kertas putih yang sudah hampir penuh dengan tulisanku. Yap, mengarang puisi dan menulis cerpen itulah hobiku sekarang.
"Assalamualaikum fatimah " sebuah pesan singkat masuk ke ponselku
Pikirankupun melayang pada pria yang akhir-akhir ini mulai mewarnai hidupku. Setelah kubalas chat dari azka. Aku kembali fokus pada tulisanku yang hampir selesai. Perintah sang direktur yang menyuruhku untuk menyelesaikan cerpen itu malam ini juga membuat aku terpaksa bergadang. Jika job ini tidak aku ambil, maka peluangku untuk menjadi seorang penulis akan gagal lagi untuk kesekian kalinya.
Jam dindingku sudah menunjukan pukul 00.40 . Tak kusadari sudah hampir 6 jam aku duduk manis dimeja ini ditemani kertas-kertas dan secangkir kopi yang sudah tidak hangat lagi. Matakupun rasanya sudah sangat berat untuk melihat tulisan itu, rasa kantuk itu pun tak mampu aku tahan, hingga akhirnya aku terlelap.
`Hadirmu tempat berlindung ku, dari kejahatan syahwatku.... `
Belum sampai akhir lirik lagu itu, aku pun segera mengambil ponselku yang tak jauh dari kepalaku. 'Farhan' nama itu tertera jelas dilayar ponselku. Mataku terbuka lebar ketika kulihat jam sudah menunjukan pukul 08.15 . Tak kuhiraukan lagi suara diseberang sana yang bagaikan burung nuri yang berkicau. Tanpa berpikir panjang lagi, segera kumasukan ponsel ke tasku dan bersiap meluncur ke kantor.
Ini kali pertama aku terlambat datang ke kantor, setelah aku bekerja 2 tahun ini. Rasa cemaspun semakin memenuhi pikiranku. Dan didetik selanjutnya kaki ku seolah terpaku ketika mata ini menatap sosok yang sedang berjalan pasti kearahku. Aku hanya tertunduk dengan rasa takut yang masih menyelubungi hatiku. Hanya sepasang sepatu hitam yang sedari tadi sudah menghalangi pandanganku.
"Ikut keruangan saya" tuturnya
Jantungku semakin berdetak kencang, ketika kakiku memasuki sebuah ruangan yang cukup besar itu. Aroma Wangi pengharum ruangan dan dinginnya suhu AC menyambut kedatanganku. Didepanku sudah ada seorang pria tampan yang duduk sambil memainkan pulpennya. Farhan, ya itu direkturku.
"Ada masalah? Apa perintahku sungguh membebanimu?"
Ucapan pria itu membuatku terkejut
"A a a a" belum sempat aku menjawab, seseorang sudah duluan mengetuk pintu ruangan itu dan membuyarkan suasana yang awalnya begitu damai.
"Baiklah, saya akan kesana" ucap farhan
" selesaikan semua tugasmu dan segera tinggalkan ruangan ini " tambahnya lagi
Srkkk
Kata-kata yang cukup jelas. Sejelas kakiku melangkah keluar ruangan setelah berpamitan. Ya setidaknya aku tidak mendapat hukuman yang berat seperti yang dialami karyawan lainnya.
"Kamu gak apa-apa kan fatimah? Kak farhan gak hukum kamu kan? " tanya azka yang sudah berhadapan denganku
Akupun dibuat bingung, padahal seingatku ,aku belum ada menceritakan masalahku pada siapapun pagi ini.
"Tadi pagi aku menemukan tas yang biasa kamu bawa kekantor untuk tempat file-file penting, dan didalamnya aku mendapatkan naskah cerpenmu yang belum selesai. Makanya, tadi aku panggil kak farhan. Dan sepertinya kak farhan sudah membereskan semuanya." jelas azka dan membuatku kembali kaget
"Jadi.... " gumamku seolah tak percaya
"Kak farhan gak ada ya cerita sama kamu? "
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku bingung harus berkata apa.
......................***...................
Sungguh diluar dugaanku, aku berfikir setelah farhan menyelamatkan naskahku dan menerbitkan cerpen pertamaku itu, kami bisa berteman baik. Layaknya aku dan azka . Tapi sayang, setelah kejadian itu aku tak pernah lagi berbicara dengannya. Dia selalu sibuk pergi keluar kota untuk mengembangkan bisnisnya. Sementara dikantor tempat aku bekerja, azkalah yang sekarang memegangnya.
Sikap azka yang menurutku terlalu baik padaku membuatku merasa ada yang lain dengan hubungan pertemanan ini. Pikiran ini semakin terasa sesak. Semakin azka berbuat baik padaku semakin ketidaknyamanan yang kurasa. Aku tak mungkin terus begini. Sikap azka tak lantas membuatku nyaman. Malahan aku selalu mendapat cibiran dari karyawan lainnnya yang mengatakan bahwa aku telah berhasil merayu direktur barunya itu. Dan tentu itu membuatku merasa bersalah. Hari itu dengan sangat berat aku memutuskan untuk DO dari pekerjaanku.
"apa kamu sudah menjadi seorang penulis hebat, hingga kamu ambil keputusan konyol ini? " suara itu seolah membuyarkan lamunanku
Suara itu, suara yang sudah tak asing ditelingaku dan suara itu sudah lama tak kudengar. Perlahan langkah kaki itu terdengar mendekatiku.
"Maaf pak,saya tahu saya bukan siapa-siapa. Saya juga tidak sehebat bapak. Keputusan ini sudah saya pikirkan matang-matang pak,tolong jangan halangi saya" ucapku
"Jadi kamu sekarang merasa kamu mampu melakukan apapun yang kamu inginkan diluar sana, tanpa pernah meminta izin kepada saya, kamu ambil keputusan ini sepihak? "
Laki-laki itu membenarkan jasnya dan duduk disebuah kursi tak jauh dari posisi ku berdiri.
"Maaf pak, maaf sekali lagi. Bukan itu maksud saya. Saya hanya... "
Ucapanku terpotong
"Terserah apapun alasanmu, saya tidak mau tahu. Yang pasti saya tidak pernah mengizinkan untuk kamu DO dari kantor ini"
Dengan egoisnya pria itu langsung keluar dan tak menjawab pertanyaanku lagi. Dan sikapnya membuatku semakin ingin cepat keluar dari kantor ini. Tekadku sudah bulat, kembali aku bereskan semua barang-barang ku dan segera meninggalkan ruangan itu.
.....................***.............
Meninggalkan kantor dan rutinitas yang biasanya aku kerjakan membuat aku mulai merasa kesepian. Hari-hari yang biasanya aku habiskan untuk menulis kini mulai aku tinggalkan. Apapun yang berkaitan dengan tulisan sejenak ingin aku jauhi. Aku merasa ada sebuah ketidak nyamanan dalam jiwaku saat aku berhubungan dengan tulisan.
Kejadian dikantor beberapa Bulan lalu masih menyisihkan sedikit luka bagiku. Kenapa aku bisa memutuskan kontrak kerja hanya karna sikap azka yang terlalu berlebihan kepadaku. Bukankah aku yang terlalu berlebihan menanggapi semua ini. Sejak aku DO, sampai detik ini azka masih sering menghubungi ku. Terkadang bila mood ku sedang baik, aku akan membalasnya. Terkadang aku biarkan saja beberapa chat masuk ke ponselku.
Tidak dengan farhan, terakhir pertemuan kami dikantor. Sejak saat itu dia tak pernah menghubungiku. Pernah sekali aku ingin tahu kabarnya. Dan aku memberanikan diri untuk mengirim chat padanya,namun sayang hinnga detik ini chatku tidak dibalasnya. Sejak saat itu, akupun langsung menghapus kontaknya. Aku tak ingin tangan ini mengirim chat lagi padanya. Setidaknya dengan menghapus kontaknya pikiranku sedikit lebih tenang.
"Assalamualaikum Fatimah, kamu lagi sibuk ya? Maaf mengganggu waktumu. Bisakah kita bertemu kali ini saja. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan " sebuah chat masuk ke ponselku
Ini memang bukan kali pertamanya azka mengirim chat, tapi kali ini seolah keseriusan jelas terlihat dari tulisan di chatnya itu. Akupun mengiyakan dan menuruti keinginan pria itu. Tanpa berfikir panjang lagi segera aku pergi ketempat yang sudah ditentukan azka.
"Huhhh, lama sekali azka" gumamku sambil kembali menyeduh jus ku
Sudah hampir 1 jam aku duduk manis di cafe ini. Orang-orang disekitarkupun mulai menatap aneh padaku. Tapi itu tak kupedulikan, sebisa mungkin aku memberikan senyuman pada mereka yang memperhatikanku.
Dan di menit ke lima akupun mulai berdiri berniat untuk segera pergi. Tapi....
"Farhan" gumamku
Pria itu berjalan dengan pasti kearahku dengan Gaya khasnya
"Assalamualaikum, sungguh aneh. Kamu ingin pergi disaat aku datang? " gumannya langsung duduk dihadapanku
"Waalaikumsalam, a a maaf pak" aku kembali duduk dan mencoba mengatur napasku
Hampir 10 menit kami hanya saling diam, aku masih tertunduk dan dia melihatku dengan tatapan seriusnya.
"Apakah seperti ini pertemuan yang direncanakan azka? " pria itu berniat beranjak pergi
Ucapannya membuatku terpaksa melihat kearahanya.
"Azka? " gumamku
"Apa maksudnya? " tanyaku lagi
Tanpa menghiraukan ucapanku, farhanpun langsung meninggalkanku. Akupun semakin dibuat kesal olehnya. Ketika aku berniat untuk mengejarnya ,pandanganku terhenti melihat sebuah kertas yang sepertinya sengaja ditinggalkan farhan diatas meja.
'Jangan kemana-mana sampai aku kembali'
Tulisan itulah yang membuatku terpaksa bertahan hingga saat ini. Aku bagaikan seorang bawahan yang terlalu Setia pada atasannya. Apa yang ada dipikiranku sehingga aku mampu bertahan dan menuruti perintah pria itu. Padahal dia bukanlah direktur ku lagi. Dan jika aku melanggar peraturannyapun aku tak akan dihukum.
"Aku benci permainan ini, aku seperti dipermainkan saja" akupun meraih ponsel diatas meja dan kemudian pergi
Setibanya dirumah aku dibuat sangat terkejut. Bagaimana tidak, kulihat azka sedang duduk manis di meja teras rumahku. Dia terlihat sangat santai tanpa merasa bersalah. Dengan segenap rasa emosi dan kecewa akupun mendekatinya.
"Assalamualaikum, keterlaluan kamu ya azka, aku gak nyangka sama apa yang telah kamu lakukan . Kamu mau mempermainkanku ya? Keterlaluan kamu "
Kali ini aku berbicara tanpa jeda, ingin rasanya kuluapkan segala yang kurasa ditambah lagi dengan sikap farhan semakin membuat ku merasa kesal.
"Waalaikumsalam fatimah, duduklah dulu. Kamu jangan menangis. Aku tidak tega melihatmu. Maafkan aku, aku bisa jelaskan semuanya"
"Jelaskan apa, aku benci kamu azka. Hampir 2 jam aku menunggumu di cafe, tapi apa, kamu tidak juga datang"
Segera kutinggalkan pria itu tanpa mendengarkan penjelasannya lagi. Aku tak ingin melihatnya lagi.
"Ya Allah, apa maksud semua ini, Kenapa aku menyukai orang yang salah, " gumamku dalam tangisan
'Hadirmu tempat berlindungku d.... ' alunan lagu itu terdengar jelas ditelingaku, aku tak ingin melihatnya. Aku butuh kesendirian. Tak kupedulikan lagi deringan ponsel itu. Akupun tertidur dalam tangisan.
'Assalamualaikum fatimah, izinkan aku untuk bertemu denganmu sebentar saja. Aku akan menunggumu sampai kamu keluar rumah. '
Chat itu seolah membantuku mengumpulkan nyawaku kembali setelah aku sempat tertidur lelap. Sebuah chat dari nomor yang tidak aku kenal. Tapi diri ini seolah mendapat sebuah dorongan yang kuat hingga akupun melangkah mendekati kaca jendelaku dan melihat siapa yang sedang berdiri dihalaman rumahku itu.
Baru kusadari hujan sedang turun dengan lebatnya diluar sana. Membuat pandanganku sedikit terganggu oleh tetesan hujan itu. Kucoba membuka kaca jendela kamarku dan...
"Astagfirullah farhan" gumamku kemudian berlarian membuka pintu rumahku
"Ya Allah pak, apa yang sedang anda lakukan disana? " tanyaku
Sepertinya ucapanku tak terdengar oleh pria itu, dia tampak memberi senyuman padaku. Aku pun bergegas mencari payung dan segera mendekatinya yang sudah pucat. Sepertinya hujan sudah lama turun, seiring tangisanku tadi.
"Ya Allah pak, apa yang anda lakukan disini? " tanyaku lagi
"Fatimah, syukurlah kamu mau menemui ku" ucapnya lagi
"Ayo pak kita berteduh. Jangan lakukan hal konyol ini pak" akupun mulai melangkah
Tapi tidak dengan farhan ,dia masih saja terdiam dalam pelukan hujan.
" Berhentilah dengan sikap konyol ini pak, jangan terus bercand" ucapanku sedikit keras, aku tidak ingin terjadi apa-apa padanya
"Fatimah, mungkin ini konyol. Tapi kelonyolan ini untukmu. " jelas nya terbata
"Apa maksudnya? " tanyaku tak mengerti
"Ana uhibbuki Fillah ya fatimah"
Ucapannya sungguh membuatku terpaku dan tak sadar bahwa payung yang kupegang sedari tadi telah terjatuh dan membuatku menjadi basah kuyup.
"Wahai fatimah, diatas meja itu ada sebuah kotak, silahkan kamu buka kotak itu. Sekiranya kamu mengizinkan ku menjadi pelengkap hidupmu, ambil lah isi kotak itu, dan jika tidak kamu boleh buang kotak dan isinya ditengah hujan ini"
Srkkk
Badanku lemah seketika. Rasa ini aku yakin datangnya dari Engkau ,dan pertemuan ini bukanlah kesengajaan semata. Ada sebuah rahasia besar yang sedang Allah siapkan untukku. Aku bingung apa yang harus aku lakukan saat Ada rasa senang dan ada rasa takut dalam diri ini. Tanpa kusadari tangan ini mulai memegang kotak itu dan bersiap untuk membukanya. Tapi kutarik kembali tanganku.
Kutarik nafas panjang dan kuucapkan basmalah. Aku tutup mataku dan kubuka kotak itu dengan perlahan. Sampai didetik dimana aku mulai membuka mata.
"Mahar untuk fatimah" tulisan itu membuatku semakin terpaku
Kutatap kembali farhan yang masih berdiri dalam derasnya hujan. Kualihakan kembali pandanganku pada buku itu.
"Bismillah" akupun mengambil bukunya dan memeluknya dalam dekapanku
Tanpa kusadari farhan sudah berlari kearahku. Ditariknya napas lega dan memberikan senyuman padaku. Sungguh senyuman yang memdamaikan hatiku.
"Sungguh kah ini fatimah? " tanyanya
Pria itu tampak menggaruk rambutnya yang sudah basah kuyup.
"Aku tak pernah seserius ini farhan, dan kamu tak pernah kulihat sekonyol ini pak direktur" ucapku sambil tersenyum
Kamipun larut dalam pembicaraan walaupun keadaannya sedang basah kuyup. Dia menceritakan bagaimana perjuangannya selama beberapa Bulan belakangan ini dalam menyelesaikan novel yang sengaja dipersembahkan untukku itu. Dia pun bercerita bahwa apa yang telah dilakukan azka selama ini padaku ,itu semua atas perintahnya.
"Ya Allah terimakasih akhirnya rasaku tak bertepuk sebelah tangan. Tak sia-sia aku pendam rasa ini. Karena aku yakin jika takdir sudah berbicara tak ada yang bisa menghalanginya. " batinku kemudian tersenyum
Ijab kabulpun terucap dengan Indah, kukecup tangan pria yang sekarang sudah menjadi imamku itu. Rasa bahagia tak dapat lagi kulukiskan. Kupejamkan mata dan kurasakan tulusnya Cinta farhan padaku setelah sebuah kecupan manis mendarat di keningku. Semoga hari ini malaikat juga ikut berdoa untuk kami. Karena tak ada hari yang paling bahagia ,selain hari dimana imamku akan menggenggam tangan ayahku dan melantunkan ijab kabul dengan Indahnya.
THE END