“ Ini gawat ! Belatiku sudah rusak parah akibat menahan serangan tadi dan juga sekarang belati itu hilang terlempar entah kemana. Bagaimana caraku menghadapi monster itu?”
Dengan panik, Aku pun melihat sekeliling guna mencari keberadaan belatiku ataupun sesuatu yang dapat aku gunakan sebagai senjata darurat, lalu aku melihat…
.
.
.
Pedang yang dipakai orc tadi!!
“ Syukurlah, Tapi dapatkah aku menggunakan senjata itu? Ukurannya terlalu besar dan sepertinya aku harus memegangnya dengan kedua tanganku.” Akupun memikirkan itu sembari mengambil pedang itu.
Kemudian, tiba-tiba pedang itu mengecil dan secara perlahan berubah seukuran pedang biasa dengan panjang kurang dari 1m.
"Bagaimana pedang ini bisa mengecil? Terus, bukankah ini terasa sangat ringan? Rasanya aku seperti hanya memegang ranting kering, bukan sebilah logam."
[ Jawaban : Pedang ini adalah pedang sihir. Ukuran pedang akan menyesuaikan dengan pemakai nya.]
Dengan santai sistem berkata hal itu, seolah-olah itu adalah hal yang biasa.
"Jadi begitu. Pedang sihir kah? pantas rasanya sangat ringan. Dengan begini mungkin aku memiliki kesempatan menang." Aku mengatakan itu sembari perlahan bangkit dan memandang kearah kedua Orc itu secara perlahan.
Saat aku memandang kearah mereka berdua, aku melihat sesuatu yang mencenangkan.
Aku melihat Orc yang aku potong tangannya tadi mulai beregenerasi. Perlahan luka ditubuhnya pulih , bahkan tangannya yang aku potong pun mulai pulih kembali secara perlahan.
Dia terengah-engah dan memandang kearahku penuh dengan kebencian saat melihatku mengambil pedang miliknya.
Sedangkan orc yang besar mulai berjalan kearahku.
Aku mulai menyiapkan posisi tempurku serta memantapkan kuda-kudaku.
“Hey sistem. Apakah auto-battlenya masih aktif?” Aku bertanya kepada sistem melalui pikiranku.
[ Jawaban. Sistem auto battle masih aktif. Apakah anda ingin menon-Aktifkannya? Ya atau Tidak. ]
" Tentu saja Tidak. Apakah kau bodoh!! Aku hanya memastikannya. Baiklah, kalau begitu aku serahkan kepadamu! " Aku membentak sistem yang berkata hal bodoh itu dengan santainya.
[....]
"Manusia, kurasa kami terlalu meremehkanmu. Sekarang aku akan serius menghadapimu, bersiaplah!"
Orc yang besar tadi, berhenti pada jarak 8m dariku dan mengatakan demikian.
" Hei...Hei sebenarnya aku tidak berharap kau menghadapiku dengan serius!! Aku harap kau mau melepaskanku , tapi sepertinya itu mustahil. Jadi, maaf saja, aku tidak mau mati bahkan tanpa perlawanan sedikitpun." Membalas pernyataan orc tadi aku mengatakan hal itu.
Kemudian aku mulai berlari kearah orc itu bersiap menyerangnya.
Saat aku mulai mendekat, orc itu mengayunkan senjatanya membentuk pola horizontal guna menghempaskanku, tetapi aku berhasil melompat keatas dan melewati senjata serta tubuhnya.
Tanpa membuang waktu dan memanfaatkan kesempatan yang ada, aku sempat menyerang pundaknya. Darah berwarna merah terang dan kental mengucur dari luka tersebut.
Ternyata senjata ini sangatlah hebat, bisa melukai orc sampai sedalam itu. Aku jadi berpikir, “ Kalau tadi saat pertarungan pertama aku sampai terkena serangan pedang ini, pastilah akan menimbulkan luka yang fatal. Aku Merasa sangatlah beruntung.”
Segera setelah tubuhku mencapai tanah aku kemudian melesat kembali menyerang orc itu. Tanpa menghiraukan lukanya, dia pun juga hendak menyerangku dengan serangan vertical kali ini.
Aku melompat kekanan untuk segera menghindar serangan itu dan berusaha menjaga jarak darinya.
(Sfx: Doom,kratak)
Serangan itu sangatlah kuat dan mematikan, hal ini aku ketahui saat melihat bekas serangan vertical itu ditanah.
Ujung senjata itu membuat sebuah lubang dan meretakan tanah disekitar lubang yang dibuatnya.
Kalau aku sampai menahan atau kena serangan itu pasti dampaknya sangat parah terhadap tubuhku.
Bukan hanya kekuatannya saja yang membuatku terheran-heran, bahkan aku saat ini melihat luka dipundaknya beregenerasi.
" Cih..kekuatan fisik dan regenerasi yang sangat menyebalkan" Aku mengatakan itu setelah melihat kekuatan dan kecepatan regenerasi yang sudah mulai.
Akupun bersiap untuk menyerangnya lagi dan mulai berlari. Saat berlari aku memikirkan bagaimana caranya mengalahkan dia, jika dia terus-terusan beregenerasi. Meskipun berpikir seperti ini disaaat aku berlari kearahnya, aku tidak perlu kuatir. Karena tubuhku saat bergerak sendiri akibat auto-battle yang sedang aktif. Jadi yang harus menjadi faktor yang kupikirkan adalah bagaimana caraku mengalahkannya ataupun bagaimana caraku bertahan lebih lama lagi.
“ Tapi Bagaimana cara menghentikan regenerasinya? Bukankah regenerasi sel akan terhenti akibat api atau asam? Tapi percuma, aku tidak punya api sekarang. Jadi apa yang harus aku lakukan?
Apakah ada bagian tubuh yang tidak dapat beregenerasi ?
Bagaimana dengan kepalanya?
Bukankah kepala adalah bagian yang mengendalikan semua aktivitas tubuh? Apakah dengan memotongnya aku dapat menghentikan regenerasinya?
Yah, kurasa tidak ada salahnya mencoba, toh jika itu tidak berhasil juga, aku akan memikirkan cara kabur dari sini karna mengalahkannya itu mustahil.”
Setelah melihatku mendekat dia pun bersiap untuk menyerangku, tapi lagi-lagi aku menghindari nya seolah-olah pola serangan itu sudah tertebak olehku.
Aku mulai menyerangnya lagi dan lagi, serta terus-terusan menghindari serangannya.
Sepertinya aku mulai terbiasa dengan tubuhku sendiri yang tengah berada dalam auto-battle. Bahkan sekarang aku berhasil sedikit mengontrol tubuhku disamping adanya auto-battle tersebut.
Tapi percuma. Semua luka yang aku berikan kepadanya serasa tidak berguna. karena, semua luka itu dengan cepat disembuhkan dengan regenerasinya.“ Sungguh menyebalkan.”
Aku mulai merasa kelelahan. Sebenarnya bukan hanya kelelahan, tapi tubuhku rasanya sakit semua. Dampak dari serangan orc yang menghempasku pertama tadi benar benar masih terasa menyakitkan, sepertinya aku beruntung karena sistem auto-battle membuat tubuhku bergerak sendiri tanpa memperdulikan rasa sakit yang kuderita.
“Sial, dapatkah aku bertahan lebih lama lagi?
Aku harus menyelesaikan ini secepat mungkin. Sekarang aku harus bertaruh, semoga saja dengan memotong bagian itu akan benar benar menghentikan regenerasinya.”
Aku mulai berlari kearahnya dan bersiap untuk melakukan serangan terakhir.
Orc yang memakai gada tadi melihatku berlari kearahnya seolah menyambutku, Dia mengayunkan senjatanya kepadaku.
Saat ini aku mulai terbiasa akan pola serangannya.
Serangannya adalah serangan yang mengandalkan kekuatan untuk menghancurkan lawannya dan tanpa strategi apapun hingga polanya mudah ditebak.
Aku berhasil menghindar serangan tersebut. Karena serangannya terasa lebih lemah dari sebelumnya dan terkesan terburu-buru, mengakibatkan Pertahanan nya menjadi terbuka.
Sepertinya dia juga mulai kelelahan akibat regenerasinya yang berkali-kali, hingga membuatnya lupa akan pertahanannya. Yah bodo amatlah, ini kesempatanku.
Akupun menerjang dan melompat lalu.. Slash.. aku berhasil memotong lehernya.
Benda bulat segera terjatuh ketanah dan darah mengucur ke udara mengikuti pola tebasanku tadi.
Tubuh yang tanpa kepala dibelakangku segera terjatuh bebas ketanah, seperti sebuah boneka yang talinya putus dan mengejang sesaat.
Darah segar mengalir dan bercucuran ditanah. Setelah beberapa saat, tubuh itu mulai berhenti mengejang dan mulai diam tidak bergerak lagi.
Melihat kakaknya yang terjatuh ketanah tanpa bergerak lagi, orc yang lebih kecil belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi setelah beberapa saat kemudian dia mulai paham bahwa kakaknya sudah mati. Segera setelah itu,
" Ka-kakak. Ap-apa yang terjadi? kau tidak mungkin kalah dengan tikus rendahan itu kan? HE-HEI BANGUNLAH!!..KURANG AJAR!! " seolah kehilangan kewarasan orc itu berlari kearahku dan menyerangku.
Karena orc yang lebih kecil itu tidak bersenjata dan serangannya berantakan, aku dengan mudah berhasil membunuhnya. Toh sekarang aku tahu cara membunuh mereka.
Setelah mengalahkan orc yang lebih kecil, aku mulai duduk bersandar di pohon.
Tubuhku benar-benar kelelahan dan rasa sakit mulai memenuhi tubuhku ini, akibat pertarungan tadi.
.
.
Tiba-tiba muncul pemberitahunan dihadapanku.
[Level 5 terpenuhi] [Job swordman: Terbuka.Level 2 tercapai]
“Naik 2 level kah? Dan juga Aku mendapat job baru dan langsung Naik ke level 2 ?
Kurasa pertarungan kali ini tidak sia-sia. Tapi Bagaimana kondisi tubuhku saat ini?” Aku memikirkan ucapan yang dikatakan Sistem tadi. Kemudian melanjutkan,
" Hei sistem. Bagaimana kondisi tubuhku saat ini? " Untuk memastikan kondisiku, aku bertanya kepada sistem.
[ Jawaban ; Status : Kelelahan & terluka. Rincian : Tulang patah 3. Retak 4 , cedera otot 5. Memar 7.Perkiraan sembuh: 15 hari. ]
"Hah 15 hari? Apakah aku separah itu? "
Tapi setelah kupikirkan baik-baik. Yah, kurasa 15 hari itu adalah waktu yang tidak terlalu lama, mengingat pertarungan yang kuhadapi barusan benar-benar pertarungan yang keras dan aku selamat dari maut.
Semua ini adalah berkat dari sistem auto-battle yang ku punya. Tetapi sistem mengatakan bahwa sistem auto-battle itu adalah sebuah sistem bantua khusus dan hanya dapat bertahan pada level 12. Setelah itu, sistem auto battle akan secara automatis dinon-aktifkan dan tidak dapat digunakan lagi.
Saat aku Tanya alasanya, dia menjawab bahwa secara garis besar ketika aku sudah berada dilevel 12 kekuatanku sudah cukup untuk bertarung sendiri dan tidak memerlukan sistem bantuan auto-battle tersebut.
"Setelah dipikir-pikir lagi bukankah auto-battle itu enak dan menjamin keselamatanku? aku sangat membutuhkannya!!"
Tetapi walaupun aku sudah mengatakan hal itu, sistem tetap memberitahuku bahwa sistem auto-battle tetap akan non-aktif dilevel 12.
"Huff.. begitu ya.. Ya mau gimana lagi, sepertinya sudah tidak dapat dirubah ketentuan akan hal itu. Akupun menyerah memikirkannya.
Yah untuk saat ini, yang penting untuk kulakukan adalah beristirahat.
Gimana dengan chap terbaru ini(31)? Terlalu menyeramkan? Terlalu intens atau malah kurang intens😅? Untuk scene pertempuran memang saya buat se-nyata mungkin sehingga banyak unsur pembunuhan. Kan ngk lucu kalo pertempuran cuma babak belur dan pingsan😅 . Jangan lupa kasih 👍 dan komennya ya😉. Terima kasih🙏
Comment on chapter Amukan Orxsia