TIN ... TIN ... suara klakson motor dari luar rumah Bulon. Hari ini Rizki tidak bersekolah, dia harus menemani Tari. Namun, Rizki menyempatkan diri untuk mengantar Bulon ke sekolah, dia harus memastikan bahwa Bulon tiba dengan selamat sentosa di depan pintu gerbang SMA Garuda.
“Pagi, Bul,” ucap Rizki saat melihat Bulon keluar dari gerbang rumahnya. “Udah siap sekolah?”
Bulon tidak menjawab sapaan dan pertanyaan Rizki, Bulon sibuk memandang dari atas ke bawah. Rizki tidak memakai sragam, itu berarti Rizki tidak masuk sekolah hari ini. “Iky hari ini gak masuk?”
“Iya.”
“Terus ngapain kesini?”
“Gue mau anter lo ke sekolah, buruan naik,” pinta Rizki pada Bulon.
“Gak usah repot-repot, Bulon bisa berangkat sendiri,” tolak Bulon.
Rizki turun dari motornya, menghampiri Bulon yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya. Rizki melihat penampilan Bulon yang berbeda dari biasanya, wajah Bulon sangat pucat, ditambah dengan mata yang sembab, dan rambut yang tak teratur.
“Lo kenapa? Masih sakit?” tanya Rizki seraya menempelkan punggung tangannya ke dahi Bulon, memastikan suhu tubuh Bulon. “Kalau masih sakit gak usah sekolah dulu.”
Mata Bulon mulai memanas, jantungnya berdegup kencang, dadanya mulai terasa sesak, dan tetesan air mata sudah membentuk aliran sungai di pipi Bulon. “Dari semalem mata Bulon ngeluarin hujan terus, Bulon jadi gak bisa tidur, terus Bulon susah nafas.” Jujur Bulon.
“Kenapa? Kok matanya hujan?” tanya Rizki mengikuti jalan bicara Bulon. “Bulon cemburu?”
“Iky banyak tanya deh, nanti Bulon bisa telat sekolah,” ucap Bulon sambil berjalan nkearah motor Rizki. “Ayo, anter Bulon sekolah.”
Rizki hanya geleng-geleng melihat tingkah Bulon, sebelum menaiki motornya Rizki merapikan rambut Bulon dan mengusap lembut pipi Bulon.
“Jangan nangis, cantik. Aku gak suka kalau lihat kamu nangis,” ucap Rizki lembut.
*****
Pelajaran Geogrefi menjadi penutup dihari senin, pak Cipto tidak bisa hadir untuk mengajar karna sedang ada rapat, sebagai gantinya beliau meninggalkan tugas untuk dikerjakan secara berkelompok. Kelompok dibagi menjadi 6, Bulon satu kelompok dengan Surya, Anjelo, Alvi, Agnez, dan Rizki.
“Lapisan Atmosfer terdiri dari?” Alvi membacakan soal.
“Oksigen 21%, Nitrogen 78%, Karbon dioksida 0,3%, Argon 1%, dan Helium 1%,” jawab Bulon malas.
“Widih, si Bunglon pinter,” kata Anjelo sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Sedangkan Bulon hanya tersenyum tipis, hari ini Bulon tidak seceria biasanya. Penampilannya pun sangat berbeda, terlihat acak-acakan dan menyedihkan, rupanya penampilan Bulon mengetuk pintu iba dihati Surya.
Jam pulang telah tiba, semua murid segera menghambur keluar sekolah, seolah-olah mereka adalah burung yang baru terbebas dari sangkarnya. Sedangkan Ara dan Bulon memilih duduk di taman sekolah, sekedar bertukar cerita atau membicarakan drakor yang belum selesai mereka tonton.
Mengobrol dengan Ara membuat perasaan Bulon sedikit membaik, namun setelah Ara pulang, hati Bulon kembali terasa remuk. Akhir-akhir ini Kafe Bunda juga sering tutup. Dengan lesu Bulon bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki menuju ke gerbang utama. Sekolah sudah sepi, sangat sepi, seperti hati Bulon saat ini. Sepi tak berpenghuni.
DRTT... DRRTT ...
Ponsel Bulon berdering nyaring, Bulon mengeluarkan dari saku, menatap layar ponsel. Surya menelfonnya, tak mau membuat Surya menunggu, Bulon segera mengangkat telfonnya.
“Hal—“
“Gue tunggu lo di rooftop, sekarang,” ucap Surya dengan nada perintah, setelah itu sambungan ditutup sepihak oleh Surya.
Dengan terpaksa Bulon harus kembali memutar langkahnya, menuju kedalam sekolah lagi untuk menemui Surya. Bulon belum pernah naik ke rooftop sekolahnya, ini yang pertama bagi Bulon. Saat sampai di rooftop, Bulon melihat Surya sedang duduk di tepian rooftop.
“Surya, Surya ngapain di situ? Mau bunuh diri?” tanya Bulon panik.
“Gak,” balas Surya.
“Sini, duduk samping gue,” sambung Surya sambil menepuk sisi kanan tempat Surya duduk.
“Gak mau! Nanti Surya dorong Bulon terus Bulon jatuh, habis itu surya ketawa jahat sambil bilang ‘Mampus lo!’ , iya kan?” tanya Bulon yang lebih mengarah ke tuduhan terhadap Surya.
“Lo dapet adegan seromantis itu darimana?”
“Dari drakor.”
Surya bangkit dari duduknya, melangkah ke arah Bulon. “Gue gak sejahat itu,” ucap Surya lembut.
“Ayo, ikut gue duduk di sana,” sambung Surya.
Akhirnya Bulon menurut dan mengikuti Surya duduk di tepian rooftop, mereka saling diam. Membiarkan sepoian angin sore menerpa wajah mereka, sesekali Surya memandang Bulon. Sedangkan yang ditatap masih diam dengan tatapan mata kosong.
“Bul,” ucap Surya memecah kesunyian. “Lo tahu jenis-jenis hujan?”
Bulon masih diam, sepertinya lamunan Bulon lebih menarik daripada pertanyaan dari Surya. Tangan Surya terjulur, menggemgam tangan Bulon yang berada di pangkuan.
“Bulon,” panggil Surya sekali lagi dengan nada lembut.
“Eh, iya, Surya,” jawab Bulon setelah tersadar dari lamunannya. “Ada apa?”
“Lo tahu jenis-jenis hujan?” Surya mengulangi pertanyaannya tadi.
“Tahu Surya, memang kenapa?”
“Coba sebutin, sekalian sama faktor penyebab terjadinya hujan itu.”
“Ada hujan zenith yang merupakan akibat dari pemanasan sinar matahari, hujan orografis disebabkan karna hujan basah yang dipaksa naik ke pegunungan, hujan frontal itu akibat percampuran massa udara basah dengan udara panas, lalu hujan drizle atau sering disebut hujan es dan terakhir ada hujan buatan,” penjelasan Bulon secara gamblang.
“Kalo hujan dari mata lo, disebabkan oleh siapa?” tanya Surya sambil menatap Bulon.
“Bulon gak tau,” ucap Bulon seraya menundukan kepalanya. “Karna Iky, mungkin.”
“Kalo tahu karna Rizki kenapa lo masih deket sama dia?”
“Maksud Surya apa?” tanya Bulon sambil menarik tangannya dari gengaman Bulon. “Surya mau Bulon jauhin Iky?”
“Bukan gitu, Bul, gue cum—“
“Bulon mau pulang,” ucap Bulon seraya berdiri dari duduknya. “Surya inget ya, jangan pernah nyuruh Bulon buat jauhin Rizki,” peringatan Bulon.
“Karna Iky itu anak baik, jadi Bulon gak akan mungkin jauhin Iky,” sambung Bulon sebelum melangkah pergi meninggalkan Surya.
Surya hanya diam, memandang kepergian Bulon. Dia memikirkan apa yang baru saja dia lakukan? Untuk apa dia menyuruh Bulon datang ke rooftop? Untuk apa dia mengenggam tangan Bulon? Dan atas dasar apa dia menyuruh Bulon menjauh dari Rizki?
“Lo gak bisa menjauh karna lo suka sama Rizki, Bul,” lirih Surya. “Dasar Surya bego! Ngapain juga ngurusin hidup orang lain, hidup lo aja gak ke urus,” sambung Surya menyalahkan dirinya sendiri.
Aku keasyikan bacaππ
Comment on chapter Bulan dan Ksatria BintangGoodjob kakβ€