Upacara bendera merupakan agenda wajib dihari senin, seperti yang sedang dilakukan para siswa-siswi SMA Garuda yang sedang melangsungkan upacara secara khidmat. Ditengah-tengah pembacaan UUD 1945, Bulon terpaksa mundur untuk beristirahat di UKS, karna merasakan tubuhnya yang mulai lemas.
Di ruangan serba putih ini, Bulon mengistirahatkan raganya. “Ini, diminum dulu teh nya.”
Bulon menerima gelas yang disodorkan oleh Ara, anak kelas 11 Bahasa-3 yang sedang bertugas menjaga UKS. “Makasih.”
“Lo murid baru ya?” tanya Mutiara.
“Iya.”
“Oh, pantesan agak asing.”
“Nama kamu siapa?” Bulon mencoba mengakrabkan diri, maklum sebagai murid baru dia harus banyak-banyak mencari teman
“Mutiara Ekawati, tapi lo bisa panggil gue Ara.” Ara menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Kalo lo, siapa?” sambung Ara.
“Xafeed Bulon, kamu bisa panggil aku Bulon,” balas Bulon seraya menjabat tangan Ara.
“Lo pernah nonton drama Korea?”
“Belum, apa itu drama Korea?”
“Drama Korea itu apa ya?” Ara terlihat berfikir sejenak. “Nonton aja sama gue, ntar lo juga tahu apa itu Drama Korea.”
Bulon mengiyakan tawaran Ara, dirinya penasaran dengan apa itu drama Korea. Maka, jadilah selama upacara berlangsung selama itu juga Bulon dan Ara asik menikmati drama The K2 di dalam UKS.
*****
Pelajaran sejarah minat telah usai, itu berarti waktu istirahat sudah tiba. Seperti biasanya, Rizki, Alvi, Surya, dan Anjelo merupakan penghuni pertama di kantin saat jam istirahat berbunyi, mereka sudah duduk manis di depan stan rujak cingurnya Mbak Rike.
“Lo pada gak diare akut?” tanya Alvi di tujukan kepada tiga kawannya. “Tiap hari makannya rujak cingur mulu,” sambung Alvi.
“Enggak, lo liat sendiri,kan. Kita sehat-sehat aja kok,” bantah Anjelo.
“Sur, gue mau beli Bakso, lo nitip gak?” tanya Rizki kepada Surya.
“Nitip, Fruit tea satu.”
“Cuma Surya yang ditawarin?” tanya Anjelo dan Alviansyah secara bersamaan, namun ucapan mereka tak di gubris oleh Rizki yang sudah jauh melenggang pergi.
“Eh, gimana-gimana?” tanya Anjelo sambil menaik turunkan dua alisnya.
“Apanya?” jawab Surya dingin.
“Jangan belaga bego, lo kan habis apelin si Bunglon betina,” nyinyir Alvi.
“Bukan apel, gue cuma nganter buku Geo nya yang ketinggalan di kolong meja.”
“Ganti topik, si Surya gak bisa di lekedin,” ucap Anjelo dengan nada malas.
Diantara mereka berempat, yang normal hanya dua, siapa lagi kalau bukan Surya dan Rizki, sisanya jangan ditanya, yang satu tukang kibul yang satu tukang gombal. Rizki kembali dengan semangkok bakso dan dua gelas Fruit tea, satu untuk dirinya, satu untuk Surya. Selesai makan Rizki mengutak-atik ponselnya, membuka pesan dari bunda yang mengingatkan agar Rizki tidak lupa untuk menyampaikan titipannya untuk Bulon.
“Gue balik duluan, ada urusan,” ujar Rizki kepada ketika sahabatnya.
*****
“Bul.” Rizki menguncang pelan tubuh Bulon yang tertidur dengan posisi kepala di atas meja. “Masih sakit?”
“Eh, enggak, Bulon Cuma ngantuk aja,” jawab Bulon setelah benar-benar membuka mata.
“Ini, ada Muffin titipan bunda, dimakan ya.”
“Makasih, pasti Bulon makan.”
Rizki hanya mengangguk singkat, sedetik kemudian ia undur diri untuk kembali ke kantin. Bulon tidak sadar jika ada orang ke tiga yang memata-matai gerak-gerik Bulon dan Rizki selama di dalam tadi.
BRAAAAAKKKK!!
Suara gebrakan meja berhasil membuat tubuh Bulon terlonjak kaget. Bulon menatap ke arah pelaku, siapa lagi jika bukan Menntari Aldiazwa.
Bulon mengelus dada, berusaha sabar. “Tari, bikin Bulon kaget aja.”
“Tadi Rizki ngasih apa ke elo?”
“Oh, ini,” Bulon mengeluarkan kotak yang diberikan Rizki tadi. “Muffin, buatan bundanya Rizki.”
Sudut kanan bibir Tari terangkat, tersenyum sinis. “Pinter juga lo, ngedeketin emaknya biar bisa dapet anaknya.”
“Maksud Tari apa? Bulon gak paham.”
“Gak usah sok gak paham!” Tari mendekatkan wajahnya ke wajah Bulon. “Jauhi Rizki, atau lo bakal menderita.”
Bulon masih tidak tahu apa yang dimaksud oleh Tari. Kenapa harus ngejauh dari Rizki, Rizki temen Bulon, sama kayak Anjelo, Alvi, Surya bahkan Tari pun temen Bulon, batin bulon dalam hati.
*****
Bulon masih memikirkan apa yang dikatakan Tari saat istirahat tadi, sepanjang pelajaran Biologi, Bulon hanya tertunduk lesu di mejanya.
“Surya,” panggil Bulon.
Sedangkan yang dipanggil masih asik berkutat dengan soal matematika. “Surya ....” lirih Bulon ambil menusuk-nusukan pulpennya ke tangan Surya.
“Jangan ganggu gue,” ucap Surya dingin.
Tingkah aneh Bulon mengundang perhatian Rizki, sebenarnya Rizki tak ingin peduli dengan alasan dibalik muka cemberutnya Bulon. Tapi tangan Rizki bereaksi lain, tangan Rizki merobek kertas yang ada dihadapannya lalu dengan segera menulis satu kalimat disana, kemudian di lemparnya ke arah Bulon.
‘Ada apa? Kok dari tadi murung.’
'Bulon mau cerita,’ balas Bulon dan kembali meremas kertas itu untuk di kembalikan ke Rizki.
'Cerita aja,’ balas Rizki kemudian, kertas yang ia tujukan untuk Bulon malah meleset ke meja Surya, dengan segera Surya menoleh ke arah Rizki dengan tatapan dinginnya.
“Jangan nyampah sembarangan!” tajam Surya.
Setelah itu Rizki memilih untuk mengakhiri kegiatan surat-menyuratnya dengan Bulon.
Aku keasyikan bacaππ
Comment on chapter Bulan dan Ksatria BintangGoodjob kakβ€