Seperti yang diperintahkan oleh sang bunda, Rizki menjemput Bulon dirumahnya untuk dibawa ke kafe milik bunda. Setelah menunggu hampir lima belas menit, akhirnya sosok Bulon keluar dari rumah. Rizki sempat terpana dengan tampilan Bulon yang sederhana namun... cantik.
“Bul, mau kemana? Kok pake dress bunga-bunga.” Goda Rizki.
“Emang kenapa? Gak cocok?” Bulon kembali memperhatikan pakaian yang menempel di tubuhnya. “Yaudah, Rizki tunggu bentar ya, Bulon mau ganti baju.”
“Gausah,” ucap Rizki seraya menarik tangan Bulon yang hendak beranjak pergi. “Lo pake itu aja, cantik kok.”
Pipi Bulon bersemu merah, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Rizki yang menangkap kegugupan Bulon segera memecah suasana.
“Ayo naik, nunggu apa lagi?” ucap Rizki yang sudah membukakan pintu mobil untuk Bulon.
“Makasih, Rizki,” ucap Bulon.
Sesaat setelah Bulon masuk, Rizki mengitari mobilnya, menuju ke kursi pengemudi. Suasana hening selama perjalanan menuju kafe yang berjarak sekitar tiga kilo meter, hanya suara DVD player yang menemani keheningan mereka.
Sesampainya di kafe, Bulon masuk duluan kedalam kafe. Namun pemandangan pertama saat Bulon masuk adalah kehadiran Tari yang menghadang jalannya.
“Ngapain lo kesini?” tanya Tari angkuh.
“Bulo-“
“Dia bakal bantu-bantu bunda,” sahut bunda dari arah dapur berjalan mendekati Bulon. “Iky mana, Bul?”
“Masih di mobil kayaknya, bun,” jawab Bulon polos.
“Oh ya sudah, kamu langsung masuk kedalam saja, di dalam sudah ada mbak Icem, kamu minta diajarin cara bikin adonan sama mbak Icem ya.” Bunda mempersilahkan Bulon untuk langsung masuk kedalam, Bulon tidak lama-lama berhadapan dengan Tari
“Iya Bunda.”
Tari memandang Bulon tak suka, gerak-gerik Bulon selalu diawasinya. Tari mencari hal yang membuat Bulon mudah untuk berbaur dan menarik hati siapa pun.
****
Pukul tujuh malam, itu berarti saatnya kafe tutup. Tari masih dengan setia memperhatikan Bulon, hingga saat Rizki datang dan bersiap mengantarkan Bulon pulang.
“Bul, balik yuk?” ajak Rizki yang sudah siap.
“Sekarang? Terus kalau kita pulang duluan, nanti Bunda pulangnya gimana?” tanya Bulon polos.
“Bunda naik mobil sendiri, Bul. Yuk pulang,” ajakan Rizki dibalas dengan anggukan singkat dari Bulon.
“Terus gue balik sama siapa?” Tari membuka suara.
“Eh, lo siape?”
“Ikyyyy!”
“Lo ada kaki?”
“Ada."
“Masih fungsi?”
“Masih.”
“Yaudah, sana jalan ke parkiran, kan lo bawa mobil sendiri,” pungkas Rizki.
Tari hanya memandang punggung Rizki dan Bulon yang mulai berjalan menjauh, bisa-bisanya Rizki berkata seperti itu kepadanya. Tari bersumpah akan membuat perhitungan dengan Bulon.
Aku keasyikan bacaππ
Comment on chapter Bulan dan Ksatria BintangGoodjob kakβ€