Read More >>"> Time Travel : Majapahit Empire (dimas wijaya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Time Travel : Majapahit Empire
MENU
About Us  

"Selamat pagi rek.. Sebelumnya perkenalkan dulu, nama saya Dimas Wijaya. Dalam dua minggu ini saya akan menggantikan Prof. Edi untuk mengajar kalian. Tidak perlu sungkan atau malu, karena disini kita sama-sama belajar. Silahkan ditanyakan jika ada materi yang kurang jelas. Kalian boleh memanggilku kak Dimas." Tuturnya sambil memancarkan senyumnya yang menawan.

Aku masih termangu

Mungkin juga kan ada yang jual parfum seperti baginda rajasa. Toh, parfum sekarang dijual bermacam-macam, aku berusaha menenangkan fikiranku.

Aku menggelengkan kepala, berusaha membuang jauh-jauh pikiranku tentang hayam wuruk. Sampai tak menyadari kartika yang membisikkan sesuatu di telingaku

"Sar.. rapi banget asisten dosenya Sar. Jarang banget kayak beginian. Parfumnya wangi juga."

"Mm.." Bibirku kaku, tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

Kini ruangan kelas dipenuhi dengan aroma rempah miliknya yang menyegarkan. Para mahasiswa terlihat hening dan seksama dalam memperhatikan setiap materi yang dia ajarkan. Sekilas dia memandangku, setelah itu pandanganya menuju mahasiswa lain.

'tik!' kak Dimas mementikkan jemarinya di depan mataku, sembari tersenyum. Senyumanya yang hangat menyadarkanku bahwa aku tidak berkonsentrasi sama sekali menerima pelajaran yang dia berikan hari ini.

"Jangan Nglamun dek.. Ntar kesambet."

Teman-teman serentak tertawa atas ulahku yang terlihat seperti tergila-gila pada asisten dosen Prof. Edi. Mata kuliah pengantar Teknik kimia berlangsung secara menyenangkan. Diakhiri dengan pengumpulan tugas dari Prof. Edi kemarin, menerjemahkan jurnal Tenik Kimia.

"Terima kasih rek atas perhatianya.. Untuk hari ini saja sebagai perkenalan, tidak ada tugas dari Prof. Edi." Tanganya memegang kumpulan-kumpulan tugas teman-teman. Kakinya melangkah keluar dan pandanganya menatap ke arahku sekilas, mata kami bertemu.

"Sar.. Malu-maluin aja kamu. Sampai segitunya sih kesemsem sama kak Dimas." Yayan datang tiba-tiba sambil menepuk bahuku.

"Iya nih.. malu-maluin aja. Tapi ya ga salah juga sih. Kak Dimas orangnya memang rapi dan keren." Kartika melirikku sinis, namun tetap sependapat denganku.

"Denger-denger rek ya, kak Dimas ini dapat beasiswa melanjutkan S2-nya di ITS. Pantesan dia jadi tangan kanannya Prof.Edi." seru Azhar yang tiba-tiba sudah ada di depan kami.

Perbincangan kami terhenti ketika dosen Fisika dasar memasuki ruangan kami, Prof. Ruhut. Materi kuliah terakhir kami berjalan seperti biasa, penuh kebingungan. Persamaan dan penjabaran dijelaskan secara rinci dan detail hingga tulisan beliau memenuhi papan tulis seluas 200cmx150cm.

Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, jam pulang. Tak butuh waktu lama mahasiwa keluar kelas setelah prof. Ruhut Meninggalkan Ruangan. Kini para mahasiswa menempati bangku-bangku kosong di bawah rerimbunan pohon. Langkahku berjalan pelan mencari tempat kosong yang tak jauh dari fakultas Teknik Kimia.

Aku mulai mengeluarkan pensil dan kertas di dalam tas. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh pak Darsono. Sayup-sayup angin dan reruntuhan daun menemaniku siang ini.

Yosh,saatnya ngerjain tugas!, aku menyemangati diriku.

Sebelum mulai mengerjakan tugas, aku menggulung rambutku, dan menusuknya dengan tusuk rambut pemberian hayam wuruk.

Tak lama kemudian muncul sosok pria yang duduk tepat di depanku, Kak Dimas. Senyumanya tergambar jelas saat melihatku,

"Halo.. Kakak duduk sini ya? O iya, siapa namamu?" tanyanya sambil meletakkan tasnya.

"Iya kak.. Namaku Sarah, kak Dimas." Aku membalas dengan senyuman.

"Mmm.. Sarah ya. Gimana sar pelajaran kakak tadi? Ada yang bingung?"

"Eng.. enggak kak,.." aku menggelengkan kepala

"Bener nih.. trus kenapa kamu nglamun aja waktu pelajaranya kakak" tanya kak dimas mengorek lebih jauh

Deg,.. aku langsung terdiam. Duh, ketauan deh..

"Eng.. itu kak, parfumnya kayak pernah kenal"

Kak dimas tertawa spontan

"Hahaha.. oalah.. gara gara ini sar" kak dimas mencubit sedikit bajunya.

Aku mengangguk.

"Ini aku tadi minta parfumnya temenku sih.. dia suka buat beginian. Terus, dia itu suka hal-hal yang berbau jawa kuno. Ya.. semacam tusuk rambut atau cincin unik milikmu itu.."

Aku lantas mengangkat kepalaku. Tidak, apa mungkin baginda rajasa kembali ke masa depan?

"Apa dia kuliah disini juga kak?" Tanyaku

Kak dimas menggelengkan kepalanya

"Enggak, kami cuman satu kos aja sih. Dia kuliah di fakultas ilmu budaya"

"Mm.. boleh tau nama temennya kak dimas?"

"Rendra, rendra pratama.."

Deg.. rasanya jantungku berhenti satu detik yang lalu. Rendra pratama? Bukankah itu nama asli kak rendra yang menjadi hayam wuruk.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • yurriansan

    Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D

    Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !
  • dhannianggra

    @rara_el_hasan aaahh.. makasii ^_^ share ke teman-temanmu juga ya :)

    Comment on chapter perkampungan majapahit
  • rara_el_hasan

    wah keren ....

    Comment on chapter perkampungan majapahit
Similar Tags
Surat untuk Tahun 2001
3048      1697     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...