Sesampainya di rumah, aku memasang senyum kerinduan. Ibuk menyambutku di balik pintu, namun aku menyambutnya dengan pelukan.
"Kenapa anak ibu ini? datang-datang langsung peluk ibu. Kayak ga ketemu beberapa bulan aja." Ibu membalas pelukanku dengan sentuhan hangat tangan beliau di punggungku.
"Kangen aja bu, Sarah.." Kehangatan pelukan ibu masih kunikmati, membuat hati ini merasa lebih tenang.
Bapak yang sedang sibuk membaca koran hanya melihatku sekilas, aku langsung melepas sepatuku dan berlari menuju kamar. Aku merebahkan badanku diatas tempat tidur yang lama aku rindukan. Nyamanya bagai tidur di surga, maklum ketika aku masih berada di Majapahit, aku tertidur di atas dipan kayu yang keras dan hanya dilapisi anyaman bambu saja.
Tengah malam aku terbangun, rasa lelah perlahan mulai mengilang ketika aku melampiaskan rasa lelah di atas tempat tidur. Aku membuka handphone dan waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. Jendela kamar kubuka, cahaya lembut bulan purnama menyapaku dengan senyuman. Namun tampaknya hanya beberapa bintang yang singgah di atas langit. Polusi cahaya di kota memang membuat para bintang enggan untuk menampakkan kilaunya.
Pemandangan ini tak seperti suasana malam di Majapahit, yang bertaburkan jutaan bintang dan nyanyian hewan malam. Tapi tak apalah, asal aku bisa kembali ke masa depan. Langkahku perlahan menuju meja belajar, tangan-tangan mulai bergerak mengerjakan makalah yang diperintahkan oleh bu Endah. Segala dokumentasi dan catatan-catatan yang dikerjakan oleh teman-teman kuhimpun jadi satu dalam bentuk makalah tugas, juga dicampur dengan beberapa pengalamanku selama di Majapahit.
Kali ini aku berjanji pada diriku bahwa aku tidak akan meremehkan pelajaran Sejarah atau apapun. Aku yakin, setiap mata pelajaran di sekolah suatu saat pasti akan bermanfaat di kehidupan sehari-hari. Entah hari ini atau di masa depan.
Waktu terus berjalan sampai akhirnya surya mulai terbit di sebelah timur.
'Yes,tugas makalah sejarah selesai' pikirku
Aku langsung menuju dapur,mencuci bajuku dan mencuci piring di dapur.
Aku melihat ibuk dengan tatapan heran,mengernyitkan dahi dan berdiri di pojok dapur.
"Sar,sarahh.." ibuk memanggilku
"Iya,bu?" Aku menjawab sapaan ibuk sambil mencuci piring.
"Kamu ga papa hari ini? Tumben kamu bangun pagi buta langsung cuci piring?"
"Sarah kan udah biasa bangun pagi buk"
"Udah biasa apanya? Baru juga pagi ini.. ckckck..."
Ibuk menggelengkan kepala,dan berdecak. Aku terdiam. Oh iya, baru hari ini di dunia ini aku bangun pagi buta. Kebiasaan di majapahit rupanya berdampak pada kehidupanku sekarang.
Aku bergegas berangkat ke sekolah, kini aku mencium tangan ibu. Tidak seperti biasanya yang hanya pamit dengan berteriak. Ibu merasakan kejanggalan yang ada di dalam diriku,
"Sejak kegiatan studi wisata itu, kamu jadi berubah, Sarah." Kata ibu sambil menyerahkan tanganya untuk kucium.
"Iya bu.. Sarah ingin jadi lebih baik lagi." Aku mencari alasan.
"Trus itu, cincinmu bagus sekali. Dikasih pacarmu ya?" pandangan ibu terhenti pada sebuah cincin berbentuk naga yang menempel di jari manisku.
Mata ibu memang selalu sensitif dalam beberapa hal, apalagi dalam perbahan anaknya. Aku terdiam sejenak, mencoba mencari alasan yang tepat agar ibu tidak mencurigai aku.
"Eng.. Ini beli di rumah suvenir bu, ketika di trowulan. Bagus ya? Dan juga Sarah belum punya pacar bu, masih jomblo. Jomblo bahagia."
Ibu tersenyum lega dan menganggukan kepala,
"Baguslah kalu belum punya pacar. Fokus sekolah dulu, belajar, lulus UNAS, kuliah. baru cari pacar.." Ibu tertawa tipis dan mendorongku keluar rumah.
Aku mengernyitkan dahi dan tersenyum dengan apa yang dikatakan oleh ibu barusan ada benarnya juga, aku juga harus mempersiapkan mulai dari sekarang, ujian masuk perguruan tinggi favoritku, ITS.
Satu tahun lebih bukan waktu yang lama untuk siswa kelas sebelas menuju UNAS. Justru adalah waktu yang tepat untuk belajar dan belajar dalam menghadapi berbagai ujian di akhir kelas SMA tahun depan.
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !